Anthony menghela napas berat dan meluruskan punggungnya yang pegal setelah selama berjam-jam berkutat dengan laporan yang diminta Adrian. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima pagi. Hm ... sudah selama itu rupanya dia bekerja?
Lelah dia bangkit dan melangkah menuju jendela, lalu menyibakkan tirai untuk melihat pemandangan Jakarta di saat fajar, waktu langit baru mulai bersemburat merah. Sejenak dia tercenung, mengingat kejadian semalam.
Prasetyo. Nama dalam kertas di tangan Anthony disebutkan Adrian dengan penuh penekanan kepada ibunya di telepon. Membuat Anthony tahu, ibunya pernah atau mungkin berselingkuh dengan seorang pria yang sedang berusaha menghancurkan Adrian saat ini. Well ... tentunya bukan hanya Adrian yang akan hancur jika pria itu berhasil, tetapi juga dia dan seluruh Perkasa Ekatama, bahkan termasuk Smith Goldwig, perusahaan induk milik keluarga besar mereka.
Terngiang kembali suara Adrian yang begitu dingin. Apakah kakaknya itu tahu sejak lama? Itukah sebabnya dia sangat membenci ibu mereka? Anthony yang tidak tahu apa-apa, makanya hanya bisa merasa heran tiap kali Adrian menunjukkan kebenciannya.
Namun, kenapa Adrian tidak pernah bercerita kepadanya? Kenapa kakaknya itu menyimpan semua sendiri? Kenapa dia selalu tertutup dan tidak sedikit pun memberi kesempatan kepada Anthony untuk menanggung beban bersama?
Kembali duduk—kali ini di sofa—Anthony memejamkan mata. Sudahlah. Apa pun pilihan Adrian, dia akan coba memercayainya. Adrian pasti punya alasan untuk tidak membagi bebannya. Seperti selama ini.
Hm ... kalau dipikir-pikir, untung saja si dingin berhati keras itu akhirnya bertemu dengan Laras yang hangat. Setidaknya, meski dengan beban berat di hidupnya, Adrian kini mendapatkan sedikit kebahagiaan. Kebahagiaan yang belum bisa didapatkan Anthony.
Bukannya Anthony tidak ingin mendapatkan kebahagiaan seperti itu. Meski dia iri, sampai saat ini Anthony masih merasa kalau dirinya tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan ataupun cinta. Dia merasa telah rusak hingga ke dalam, dengan segala kesalahan masa lalunya. Sebesar apa pun keinginannya membangun sebuah rumah tangga yang harmonis, tapi nuraninya selalu akan menyuruhnya mundur. Tidak ada wanita baik-baik yang ingin diusiknya, atau lebih tepatnya, tidak ada wanita baik-baik yang saat ini dia inginkan. Kecuali satu.
Ya. Hanya ada satu wanita yang mungkin terkadang melengkapi gambaran puzzle masa depannya, tapi dia ragu wanita itu akan menerima idenya untuk menghabiskan hidup bersama. Karena mungkin ... wanita itu saat ini tidak lagi sendiri.
Dia melirik ranjang nyaman tak jauh dari sofa tempatnya duduk saat ini. Rasa lelah membuatnya merasa tak mampu untuk indah ke situ, jadi dia memutuskan untuk tidur di sofa saja. Lumayan, dia masih bisa tidur selama dua jam sebelum berangkat ke kantor. Paling-paling dia tidak sempat membeli sarapan dari Laras kalau datang sedikit terlambat. Ya sudahlah. Yang terpenting sekarang ini dia tidur lebih dulu.
Dia meraih ponsel di saku kemeja untuk mengatur alarm, lalu melihat ada pesan teks di situ. Kenalannya di kepolisian. Pastilah berita baik.
*********************
"Ini video yang sama dengan yang bocor ke pers. Entah oleh siapa, kami belum bisa melacaknya. Mungkin sudah cukup terlambat, karena entah sejak kapan, video itu bocor." Ipda Brianna, perwira kepolisian yang sementara diperbantukan ke KPK sebagai penyidik memberitahu Anthony. Ipda Brianna adalah salah satu penggemar Anthony, sampai kemudian Anthony mengaku kalau dirinya gay. Meski kecewa, Brianna masih sering membantu Anthony.
"Jadi ... video itu di tangan KPK atau Bareskrim?" Anthony memastikan.
"Ya. Masih di Bareskrim sampai kami bisa menentukan itu tindak korupsi atau bukan. Lagipula, kami masih belum bisa memastikan video ini asli atau rekayasa dan baru akan mengirimnya ke ahli untuk diteliti." Brianna menjawab sambil tersenyum memikat. "Tapi aku yakin perusahaanmu bisa meneliti sendiri keasliannya, bahkan melacak jalur penyebarannya, bukan begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...