Dua tahun kemudian.
Tiga tahun bekerja di grup perusahaan Smith Goldwig, dan dua tahun di antaranya sebagai sekretaris Adrian Smith, sang bos besar Perkasa Ekatama yang merupakan perusahaan induk di Indonesia, membuat Anita dianggap sebagai salah satu karyawan dengan fungsi vital. Dia adalah sekretaris terlama yang bekerja untuk pimpinan paling ditakuti itu, dan sebagai kompensasi pengabdiannya, perusahaan menyediakan baginya sebuah unit apartemen yang berlokasi dekat kantor dan juga sebuah kendaraan dinas. Untuk saat ini Anita merasa kalau dirinya mulai mengecap kebahagiaan, meski terkadang, ada rasa teriris setiap kali diingatkan pada fakta putrinya yang mulai balita masih belum mendapatkan pengakuan ayahnya.
Masalahnya, sejak kejadian Samudra hampir dua tahun lalu, hubungan Anita dan Anthony kini makin dekat. Mereka bersahabat, dan Anita mulai merasakan keengganan untuk kehilangan rasa persahabatan Anthony. Jadi setiap kali mulutnya membuka untuk bicara, dia akan segera mengatupkannya kembali karena ketakutan Anthony menjauh. Kondisi itu terus berulang, sampai-sampai Anita sudah tidak yakin lagi akan apa yang diinginkannya.
"Langsung istirahat, Nita. Kerjaanmu hari ini berat banget," kata Anthony sungguh-sungguh sambil menatap Anita yang sedang membuka sabuk pengaman. Saat itu dia memang sedang mengantarkan Anita sampai ke unit apartemennya setelah menemaninya lembur.
Anita tersenyum. "Pak Anthony yang harusnya cepat-cepat pulang dan istirahat. Ngapain pake nganterin saya? Kan saya bawa mobil kantor?"
Anthony mendengkus. "Iya. Tapi ini sudah malam dan jam kerja kamu kepanjangan banget hari ini. Kakakku itu memang beneran, deh. Keterlaluan banget otoriternya. Sekretaris dianggapnya mesin apa, ya? Mentang-mentang difasilitasi, disuruh lembur sampai jam segini?"
Senyum Anita melebar. "Saya enggak pa-pa, kok. Kan bayarannya juga sepadan?"
"Tetap saja, Anita."
"Ya sudah, enggak usah diperpanjang, ya? Habis ini saya langsung istirahat, kok. Pak Thony pulang saja. Hati-hati di jalan, jangan ngebut, oke?"
Anthony masih cemberut, sebelum kemudian menghela napas. "Aku pulang, ya?"
Anita mengangguk, lalu membuka pintu and turun dari mobil. Dia berdiri sebentar untuk melihat Anthony yang membawa mobilnya dengan hati-hati, sebelum kemudian berbalik dan masuk ke apartemen.
Alangkah kagetnya Anita saat tiba-tiba dia dipeluk oleh seseorang yang semula duduk di sofa lobi, tapi kemudian dia tersenyum mengetahui siapa orang itu. Wajah Aiden yang tampak ceria tersenyum balik kepadanya.
"Aiden ... kapan sampai?" tanyanya sambil memeluk balik adiknya.
Aiden tidak langsung menjawab, melainkan menciumi dulu pipi dan hidung Anita, sebelum mencium tangannya.
"Siang tadi, Mbak. Ajeng sudah mulai tinggal di sini?"
Anita tersenyum simpul. "Sudah ... kan Ajeng yang jaga Yemima. Kenapa? Senang, ya, bakalan ada yang meringankan kerjaan kamu jagain si Bandel?"
Aiden tersenyum. "Seneng banget. Oh iya ... tadi Mbak Nita diantar siapa?"
"Kamu lihat?"
"Lihat."
"Oh ... itu bos di kantor. Adiknya bos besar. Orangnya baik dan pedulian sama karyawan. Kenapa?"
"Enggak pa-pa. kirain pacar Mbak Nita."
Anita mencubit pinggangnya. "Ngaco! Mbak enggak akan pacaran, Aiden. Mbak hanya akan hidup untuk Yemima dan kamu."
Aiden tersenyum tipis. "Aiden justru berharap Mbak pacaran lagi dan kasih ayah buat Yemima."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...