Dengan kacamata yang mulai melorot di hidung mancungnya, Anthony terus berfokus pada layar komputernya. Berbagai kode berupa angka dan huruf berlarian di layar, dan sesekali Anthony mengetikkan sesuatu untuk menembus pertahanan sistem komputer yang tengah diretasnya. Setelah berkutat cukup lama dengan apa yang dia lakukan, sebuah senyum lebar terulas di bibirnya.
"Got you!" bisiknya.
Ya. Saat itu Black Widow-lah yang sedang kembali beraksi meretas sistem data milik sebuah hotel besar. Menurut informasi yang didapatnya dari sumber rahasia di kepolisian, hotel itu katanya memiliki rekaman video pertemuan Adrian dengan beberapa tokoh beberapa tahun lalu. Anehnya, ternyata dalam pertemuan itu juga ada Ayu, perempuan penghibur kelas atas yang menyamar menjadi sekretarisnya dan menghilang tiba-tiba karena mengalami kecelakaan.
Ingat Ayu, Anthony jadi kesal sendiri. Ternyata perempuan itu jahat, malas jadinya menjenguk di rumah sakit. Untuk apa? Toh bergabungnya dengan perusahaan hanya untuk maksud buruk.
"Sudah, Thon?" Terdengar suara dingin Adrian dari arah pintu, membuat Anthony menoleh.
"Sudah dapat, satu orang. Sepertinya orang ini pintar. Dia menyimpan beberapa video rekaman CCTV, tapi tidak cukup pintar untuk menyimpannya di flash disk atau perangkat lain, dan malah menaruhnya di dalam sistem. Ini sih kecil," jawab Anthony dengan nada meremehkan.
Adrian mengangguk. "Tidak usah sombong. Kita di Indonesia, tidak semua orang berpikir untuk hacking ke jaringan orang lain sepertimu," tegurnya.
Anthony berdecak. "Kakak tidak usah menyindir. Siapa yang saat ini menyuruhku melakukan perbuatan ilegal begini, ha? Lagi pula, kenapa Kakak jadi sering mengomel, sih? Sepertinya bocah keriting Laras semakin mempengaruhi Kakak dan membuat Kakak jadi ekspresif seperti om-om tua rewel yang menyebalkan."
Adrian mengerjap dan hampir mengomel untuk membalas ocehan Anthony, tetapi kemudian mendengkus. "Lucunya, sekian tahun bergaul dengan Anita kamu sama sekali tidak bisa berubah menjadi baik sepertinya," sahutnya kalem.
Anthony tertegun dan menelan ludah. Betul juga.
"Aku tidak mudah dipengaruhi," kilahnya kemudian.
Ekspresi Adrian datar. "Kumpulkan semua jadi satu dan kirimkan ke Bang Sam dan Pak Harris untuk referensi."
"Baiklah. Ngomong-ngomong, ternyata sumber Pak Harris benar. Di pertemuan Kakak dengan pejabat Pemda waktu itu ternyata ada Ayu. Mungkinkah dia yang membocorkan video ini ke polisi?"
Adrian tercenung. "Aku sempat berpikir mengenalnya. Jadi ternyata benar dia memang perempuan itu," gumamnya sambil berpikir.
"Kakak ingat padanya?"
"Ya. Dia berusaha merayuku, menunggu di dalam kamar hanya memakai pakaian dalam, tapi aku langsung pergi."
"Oh ... jadi itu sebabnya, Kakak cuma berada di dalam kamar itu kurang dari lima menit? Untung penanda waktu rekaman videonya akurat."
"Iya. Aku langsung pulang karena khawatir kejadian ini bakal berdampak di kemudian hari. Ternyata betul. Sepertinya dia dibayar untuk menjebakku, tapi saat itu aku belum terlalu mabuk untuk bisa dijebak. Hhhh ... kalau bukan karena Gultom memaksaku datang ke situ, mana mau aku datang?"
Anthony mengerutkan kening. "Gultom? Siapa?"
"Gultom, orang Pemda. Teman lamaku di SMA."
"Bukan itu yang kutanya, Gultom siapa lengkapnya?"
Adrian mengerutkan kening. "Pardomuan Gultom. Kenapa?"
Anthony membulatkan bibir, lalu berbalik dan mulai mengetik dengan cepat. "Jadi begitu. Berdasarkan histori email Ayu, alamat Gultom_ Pardomuan muncul beberapa kali. Dia mengirim beberapa berkas yang dicurinya dari data reklamasi kita. Tapi orang yang sistemnya kususupi ini namanya berbeda. Dia adalah salah satu pemilik hotel tempat Kakak rapat itu, bersama dengan si berengsek saingan kita di tender reklamasi. Alurnya adalah, Ayu ke Gultom, Gultom ke orang ini. Jadi ... apakah Gultom ini terlibat? Tapi dia teman Kakak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hand In Yours
RomanceMasa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku, dan saat tanganku ada dalam genggamanmu, aku adalah seorang pemenang. Menang dalam perang yang bernama...masa lalu. Karena cerita ini suda...