Kejadian Gawat

42.9K 3.8K 236
                                    

"Hati-hati di jalan, jangan menyetir terlalu cepat."

Anthony tersenyum manis. "Kamu enggak nyuruh aku mampir, Nita?"

Anita balas tersenyum. "Ini sudah malam, dan rasanya enggak baik terima tamu laki-laki yang bukan pasangan sah."

Anthony mengerjap. Sebuah pemikiran melintas dan dia memegang tangan Anita yang langsung keheranan. "Aku curiga sama kamu, Nita. Apartemen ini kan fasilitas kantor, tapi kenapa kamu enggak pernah kasih aku mampir?"

Anita berdecak. "Karena Pak Anthony bukan pasangan sah saya, dan selalu saja kepengin mampirnya sudah malam begini," kilahnya.

"Bukan karena Aiden?"

Anita tertegun. "Uhm ...."

Anthony mengibaskan tangannya. "Sudahlah. Enggak usah dijawab kalo kamu enggak nyaman. Sana naik, tidur yang nyenyak, ya."

Anita masih terdiam selama beberapa saat, sebelum kemudian mengangguk dan turun dari mobil. Anthony melambai sebelum menutup jendela mobil dan pergi. Satu hal tertinggal di benak Anita saat melihat mobil mewah itu menghilang di belokan.

Kenapa Anthony mendadak bertanya soal Aiden?

************

Anthony melangkah keluar dari lift dan mendapati Laras yang sedang menyiapkan dagangannya dengan serius. Hari ini Anthony memang datang lebih pagi karena berniat sarapan di kantor. Gembira karena ternyata Laras belum mengedarkan dagangannya, dia bergegas menghampiri.

"Pagi, Ras," sapanya.

Laras mendongak dan tersenyum lebar. "Pagi, Pak Thony," balasnya lalu kembali serius dengan kegiatannya. "Pak Thony, Laras mau keliling sebentar, ya. Mumpung masih pagi. Pak Thony mau beli sarapan?"

"Mau, dong. Nasi uduknya dua, seperti biasa, pakai telur bulat, ya."

"Oke, Pak. Sebentar lagi Laras antar ke situ."

"Oke." Bukannya pergi Anthony malah mengamati kesibukan Laras. "Ras, kamu ini cantik, punya otak pintar, pintar masak pula. Saya jadi berpikir...."

"Berpikir apa, Pak Thony?"

"Kamu punya semua kriteria istri pilihan saya, lho. Kalau kita menikah, pasti anak-anak kita jadi bibit unggulan. Nanti mereka punya badan tinggi seperti saya, mata hijau seperti saya, rambut keriting seperti kamu, dan senyum semanis senyum kamu, lalu pintarnya juga seperti kamu. Mmmm ... bagaimana kalau kita menikah saja?"

Laras tertawa renyah. "Kalo anak-anak Pak Thony malah pendek kayak Laras, matanya hijau, terus hidungnya pesek kayak Laras, gimana? Nanti dikira tuyul lagi."

"Lho ... tidak mungkin itu!" ujar Anthony sedikit ngotot. "Keturunan atau genetik Kaukasian biasanya kuat, begitu juga gen pembawa rambut keriting. Kan, kamu jago Biologi? Berarti anak-anak kita akan jadi seperti yang saya bilang."

"Jiah ... Pak Thony pede abis."

"Bukan pede, Ras. Memangnya kamu tidak mau punya anak dengan kualitas unggulan? Kalau mau, berarti kamu harusnya mau dengan saya. Lagi pula, harusnya kamu senang, lho, pria paling tampan di Perkasa Ekatama meminta kamu melahirkan anak-anaknya. Itu kehormatan, Ras."

Laras cekikikan. "Pak Thony narsis, ih," katanya.

"Eh ... saya tidak salah, kan? Memangnya ada yang lebih tampan dari saya?"

"Ada, pacar Laras."

"Berarti aslinya dia tidak lebih tampan dari saya, Ras. Kamu bilang dia lebih tampan dari saya karena dia pacar kamu ... itu berarti kamu tidak obyektif."

My Hand In YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang