Empat : Nadi

5.8K 176 5
                                        

Mungkin ini pandangan kosong atau padangan penuh keheranan.
Detak jantung mulai terdengar
Nadi pun terasa kencang
Aku penuh heran setelah melihat seseorang yang berjas putih, dan tidak asing bagiku.
Dalam hati aku berkata “Kenapa harus dia lagi, Dunia ini terlalu sempit”
Dari depan terdengar suara
“Perkenalkan Nama saya Rendi dan bisa di panggil kak rendi, disini saya akan menjadi pembina atau guru PMR, Apakah ada yang di tanyakan” kata Rendi
Banyak siswa yang kepo atau sekedar nge-Fans tentang dokter itu, semua siswa berebut untuk bertanya.
Ada salah satu siswa yang berteriak untuk bertanya.
“Kak Rumahnya mana, sudah punya pacar belum, boleh minta nomornya” kata Mita siswa yang paling gokil.
“Oke saya jawab, mungkin itu tadi namanya wawancara ya, tapi gapapa, rumah saya tepat di atas tanah dan di bawah langit, untuk pacar masih belum di pertemukan sama yang di Atas, dan untuk nomornya masih berjumlah 12.” Kata rendi sambil tertawa kecil.
“Kok gitu kak jawabnya” kata semua siswa serentak.
“hehehe... biar ga tegang, suatu saat pasti juga akan tau. Oke kita mulai latian kita hari ini dengan menghitung denyut nadi dan tensi darah.” Kata rendi
Rendi pun mengeluarkan tensi darah dan memperkenalkan pada semua siswa, dan mempraktekannya di depan semuanya. Setelah sekian menit menjelasakan akhirnya rendi pun memberi tugas.
“Semuanya mungkin sudah bisa karena ini simpel banget, setelah ini silahkan mencari kelompok dua orang dan mempraktekanya di depan, dengan bergiliran” dengan suara keras.
“Ri gimana aku masih belum paham, coba ajari aku lagi.” Kataku lirih
“gini lho nda caranya, coba mana tangan mu, pegang denyut nadi tangan sebelah kiri, terus kamu hitung dalam satu menit berapa denyutan, Cuma gitu doang, buat yang tensi nanti dulu saja.” Kata riri sambil menjelaskan dengan jelas.
Setelah beberapa menit sekarang waktunya giliranku dan riri maju.
Hati ku deg degan mungkin ini karena rasa malu karena melihat si dokter lebay itu dan harus berhadapan langsung. Mungkin dokter itu bertanya-tanya karena aku di tempat ini, tapi dokter itu hanya diam dan Cuma senyum tipis kepadaku.
Riri dengan sukses mempraktikanya di depan teman teman waktunya giliranku mempraktekanya, tapi aku selalu gagal dan tidak bisa merasakan nadi yang ada di tangan ku.
“di mana nadi ku kok ga terasa di tangan ku, apa mungkin aku terlalu bodoh atau karena aku terlalu deg degan karena rasa malu ??” kata ku dalam hati.
“kenapa kok lama berapa denyut nadinya” kata dokter lebay itu.
“Ehmmm.... maaf kak aku masih belum bisa” Kata ku sok sopan di depan dokter itu.
Riri pun langsung menjawab “ Gini kak, Nda itu baru ikut PMR hari ini, jadi mungkin masih kaku, tidak seperti teman-teman yang lain”
“O.... jadi ini baru oke, sini aku ajari mencari denyut nadi, coba mana tanganmu” sambil menarik tangan ku.
Sambil dia menjelaskan tanganya pun meraba tangan ku dengan lembut dan mencari denyut nadiku, jantungku sungguh  tidak karuan, karena malu pada saat itu aku marah di  depan nya. Aku juga takut kalau dia balas dendam padaku.
“ini denyut nadimu coba kamu rasakan dengan tangan mu sendiri.” Sambil menekan tangankanan ku ke denyut nadiku.
Akhirnya akupun berhasil dan mempraktekanya.
“Oke hari ini kita sudahi latianya, sampai jumpa di hari berikutnya” kata ramah dari dokter lebay.
Aku pun pulang bersama sahabatku yang selalu ada di sampingku.
“eh ri gimana tadi kelihatanya kamu bahagia” Kata riri mengejekku
“Maksudnya....????” kataku bertanya-tanya
“Aku siap kok jadi makjomblangnya. Hahaha” kata riri
“Maksudmu aku suka sama dokter lebay itu, iiihhhh.... aku gak akan jatuh cinta sama dokter itu. kamu taukan aku benci banget sama dokter.” kataku sambil menyentak riri
“Iya-iya Cuma bercanda, jangan marah gitu dong. Tapi bisa juga kalau awalnya benci jadi cinta.” Kata riri mengejekku lagi.
“Itu Cuma mitos, dokter itu mungkin sudah punya pacar, zaman sekarang apa mungkin seorang dokter tidak punya pacar... ha..??” kataku
“Cie.... siapa tahu dalam hati kamu ada tetesan cinta. Cinta berawal dari benci nda.” kata riri
“kamu apaan sih. Aku jelasin lagi oke. AKU BENCI DOKTER DAN TIDAK AKAN CINTA SAMA DOKTER, paham” kataku sinis sambil pergi meninggalkan riri.
“Nda tunggu dong jangan marah-marah kaya gitu lagi, Sorry deh kan tadi Cuma bercanda” kata riri sambil mengejarku.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk kekamar karena rumah sepi, entak kemana ibuku pergi, hanya meninggalkan kertas yang bertuliskan “Makanya sudah siap, ibu pergi keluar sebentar”
Aku males makan dan hanya beristirahat di kamar, aku kepikiran kata-kata riri
“Apa mungkin Cinta berawal dari benci” kataku dalam hati
“Tapi ga mungkin juga aku suka dengan seorang dokter, Please Nda jangan mikirin dia dan lupakan” kataku di depan cermin.
“Mungkin hatiku akan tenang setelah sholat” kataku dalam hati
Aku akan berusaha untuk menghindar dari PMR karena aku ga suka dengan bidang itu dan apalagi harus berurusan dengan benda-benda itu, dan satu lagi harus ketemu dengan dokter itu.

&&&&
Coba tebak apa yang di lakukan Anda agar bisa menghindari itu semua ???
Makasih udah sempetin baca, tunggu lanjutanya ya   -iin-

Me Vs DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang