*Diam dan Hening*
Satu kata pun tidak terucap dari bibirnya
Air mata pun menetes tanpa ijin
Maaf tante, tante kenapa ??”. kata ku sambil memegang tangannya yang menyetir.
“Eh... Iya nak gapapa” sambil mengusap air matanya.
“Tante itu perumahan rumah saya, turun di depan pos satpam tante” kataku sambil menunjuk jalan.
“Biar tante anter sampek depan rumah mu nak”
“Ga usah repot-repot tante, rumah saya ga terlalu masuk kok”
“Ya udah, tante boleh minta pin bb nya ga Ai?”
“Boleh kok tante, ini silahkan” sambil menunjukan hp
“ya sudah makasih ya, lain kali temenin tante ya belanja, tante ga ada temennya soalnya”
“Siap Tante, makasih tante udah di anterin” sambil keluar mobil dan menunggu sampai mobilnya pergi.
****
“Assalamualaikum, Bu....”
“Waalaikumsallam, dari mana kamu nda...ibu tanya riri katanya dia ga tau”
“Tadi aku Cuma ingin jalan-jalan aja bu, refresing”
“Sama siapa kamu nda...??”
“Sendirian, bosen soalnya di rumah mulu. Eh bu tadi aku ketemu ibu-ibu, dia baik banget”
“Kamu hati-hati sama orang asing nda”
“Enggak kok bu, dia baik banget, dia ingin banget punya anak cewek, tapi takdirnya.....” aku diam dan tidak melanjutkan
“Ya udah, pokok kamu hati-hati jangan mudah percaya sama orang lain” sambil mengelus rambutku.
Seperti biasa liburanku ku isi dengan membaca novel, novel yang ku borong sebelum liburan, dan mendengarkan musik itulah kehidupan ku. Aku kepikiran tentang teror yang ku kirim tadi, apakah berhasil atau gagal. Akhirnya ide pun meluncur di otakku.
“Riri kan punya bbmnya rendi, sapa tau rendi buat PM tentang teror tadi” kataku dalam hati.
Langsung ku raih hp dan ku sms riri, dan menanyakanya soal teror itu. Tak lama setelah aku mengirim pesan. Balasan dari riripun secepat kilat.
“Nda Pmnya rendi gini “Yess !!! Teror hari ini gagal” otomatis tadi dia menghindari terormu, tobat aja nda, kan juga ga ada gunanya, ingat dosa Nda” riripun menjawab dengan ceramah yang panjang. (ampun deh, kalo kaya gini)
Akupun membalas dengan singkat, jelas dan tepat. “O-K-E”
****
Masih dalam suasana liburan, pagi ini aku melakukan aktifitas liburan seperti biasa.
“Nda hari ini kan kakak mu pulang, ibu mau jemput kak gio ke Stasiun kamu ikut enggak?” sambil membangunkanku yang masih belum bangun 100%.
“Enggak ah bu” kata ku sambil mengucek mata
“Ya udah, kamu jaga rumah, itu ibu sudah nyiapin makan di bawah, jangan lupa mandi, baunya sampek rumah tetangga tuh” kata ibu sambil menutup hidung keluar kamar
Selama ibu pergi aku pun langsung mandi dan makan sambil melanjutkan hidupku membaca novel. Hp di sebelah tumpukan novel pun ,enggetari seluruh meja.
“Ai, ini tante yuk ikut tante keluar, tante bosen di rumah”
“Iya tante, Ai temenin deh”.
“Ya udah setengah jam lagi tante nyampek depan perumahan mu, siap-siap gih”
Akupun siap-siap dan memberi tahu ibu kalau aku keluar. Entah kenapa aku bisa sedekat itu dengan orang lain yang baru aku kenal kemarin. Mungkin aku bisa merasakankan kesedihan yang terpancar di wajahnya karena ingin punya anak perempuan. Aku yakin dia kesepian. Setelah ku poles pipiku dengan bedak bayi dan ku ratakan bibir kecilku dengan Lipice aku keluar dan menuju ke depan perumahan. Dengan sepatu ket dan jaket. Kulihat jazz putih di depan sana. Dan membuka kaca mobilnya
“Ai, yuk masuk” sambil melambaiku
“Iya tante” akupun masuk
“Kita belanja dulu abis itu makan ya” dengan perkataan yang lembut.
“Ga usah tante, tadi Ai udah makan kok”
Setelah setengah jam perjalanan kita pun sampai di mall, dan tujuan pertama adalah toko pakaian. Aku pun ikut memilihkan baju yang cocok untuknya.
“ini cocok untuk tante” sambil mengepaskan baju ke tubuhnya.
“wah....bagus Ai, sana kamu pilih aja mana yang Ai suka” sambil menunjuk pakaian remaja.
“Ga usah tante, saya bantunya iklas kok”
Tante itu memaksa dan akhirnya jatuh pada pilihan Dress warna pink perpaduan dengan hitam. Yang seleraku banget tidak terlalu feminim dan tidak terlalu tomboi.
“yuk makan dulu, tante lapar” sambil menarikku untuk makan di mall bagian atas.
Setelah beberapa menit aku duduk berdua dan makan dengan penuh canda.
“Kamu ga keberatan kan Ai jika tante ngajak kamu begini” sambil menatapku
“Enggak lah tante, maaf sebelumnya tante, Ai boleh tanya sesuatu?”
“Tanya aja Ai, biar kita makin dekat”
“yang tante maksud kemarin apa, anak tante kenapa?”
“Oh tentang itu, tante punya anak dua laki-laki sama perempuan. Yang laki-laki udah gede dan udah dapetin cita-cita yang dia impikan waktu kecil, tapi anak tante yang perempuan itu...” diam dan meneteskan air mata. Aku pun mengusap air matanya yang jatuh di pipi yang penuh perawatan itu.
“Makasih Ai.” Sambil memegang tanganku.
“Kalau gitu ga usah di lanjut tante, maaf Ai terlalu kepo sama tante”
“Ga papa. Kalau ga gitu kamu akan penasaran terus kan. Biar tante lanjutin aja lebih baik Ai tau kan. Anak tante yang perempuan itu sudah tiada,....” meneteskan air mata yang penuh arti.
“Kenapa tante kok bisa”
“Waktu itu sekitar umur sepuluh tahun dia bermain bola dengan tante dan kakaknya di depan rumah, tante masuk untuk membantu bibi memasak, dia sama kakaknya melanjutkan bermain. Setelah sekian menit bermain kakaknya masuk nagmbilin minum untuknya, dia main sendiri dan bolanya keluar pagar. Pagar itu tebuka lebar dan langsung menghadap jalan. Setelah sekian menit ada suara keras dari depan. Tante, bibi dan kakaknya keluar. Anak perempuan tante yang malang tergeletak bersimpah darah di dekat mobil yang menabraknya. Tante tak kuasa melihatnya.” sambil menangis
“Maaf tante, Ai membuat tante sedih”.
“Enggak kok Ai, waktu itu tante langsung membawanya ke rumah sakit tapi takdir berkata lain. dia sudah di surga dan tenang di sana. Tante baru pertama kali itu melihatnya segembira itu walaupun Cuma permainan bola. Ternyata itu kenangan yang di berikan kepada kita semua”
“Kakaknya merasa bersalah, dia menyalahkan dokter yang ada di ICU karena tidak bisa menyembuhkan adiknya. Mungkin memang dia belum mengerti arti semua itu, dia selalu menganggap semua itu salahnya karena tidak bisa menjaga adiknya. Tapi tante tau itu yang terbaik untuknya”
“Tante yang sabar ya” sambil memeluknya.
“Iya Ai, tapi sekarang tante sudah menemukan bidadari seperti anak tante, yaitu kamu Ai, mungkin kalau dia hidup sudah segede kamu, dia juga mempunyai sifat sepertimu”
“Ah tante bisa aja, anak tante lebih baik dari pada saya tante”
“Boleh kan kalau tante menganggap kamu seperti anak sendiri, anak tante yang laki-laki sibuk banget dengan kerjaanya karena dia sudah bekerja dan suami tante selalu di pekerjakan di luar kota”
“Iya tante ga papa kok, oh iya anak tante siapa namanya, kalau boleh tau”
“Anak tante yang perempuan dulu namanya Reina dan yang laki-laki yang sudah besar itu Rere, tante boleh minta sesuatu dari Ai enggak?” sambil tersenyum di depanku
“Apa tante”
“panggil tante dengan kata MAMA”
“emh.... Iya tan” langsung memotong perkataanku
“Mama sayang”
“Iya Mama” lidah ku kaku seperti sulit di gerakan dengan kata itu.
Akupun melanjutkan makan dan setelah selesai semua aku pulang. Di rumah masih kosong dan sepi, ibu sama kak gio belum datang. Aku langsung masuk kamar dan mencoba dress baru ku. Aku mengenakan dress itu dan melihatnya di depan kaca.
“wih... pas benget di badan ku” dengan riang aku mengelok-elokkan tubuhku. Hp pun bergetar dan layar hp pun tertulis pesan “Dokter Lebay” nomor yang kusimpan dengan nama itu. aku membuka pesanya.
“Aku sudah tau semuanya, ternyata di balik semua Terormu itu adalah kamu”. Hatiku langsung deg-degkan kepalaku langsung migren setelah membaca itu semua. Di susul sms kedua.
“Kali ini bukan riri atau satpam yang kamu titipi, tapi aku punya bukti lain”. semakin ga karuan badanku sudah gemetar. Dengan terpaksa aku membalasnya.
“Apa buktinya sampai kamu bisa menuduhku begitu ?”
“Kalau kamu ingin tau buktinya besok aku tunggu di cafe dekat RS, kalau kamu ga datang berarti kamu pecundang”
“oke siapa takut” balasanku, sebenarnya aku merasa takut, kalau dia sampai melaporkan ke polisi atau pihak sekolah.
Akupun masih penasaran, kenapa dia tau semuanya, kalau bukan riri dan satpam siapa lagi.
&&&&
Makasih semuanya. Tunggu cerita selanjutnya. Love you all reader’s . 😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Doctor
De TodoPerjalanan kisah Cinta seseorang yg benci terhadap dokter dan menjadi Cinta pertama dan sejati