Tiga Puluh Enam : Canda Tawa Kembali

3K 94 12
                                    

Hari ini ku jalani seperti mahasiswa biasa
Aku masih keingat jelas di benakku apa yang di lakukan rendi kemarin malam, dalam hati aku merasa malu sekaligus ada yang aneh dalam hatiku, apa benar aku ada rasa sama rendi.
“Nda bengong aja, ntar kesambet loh”. Sambil menepuk pundakku.
“Eh ri, tumben jam segini udah selesai jam kuliahnya”.
“Iya nih, gara-gara dosennya tidak datang, kalau kamu sendiri ngapain bengong di taman sendirian pula?”
“emang udah selesai kuliah ku buat hari ini”.
“katanya kemarin kamu mau cerita tentang apa?”.
“Emm... jadi malu aku kalau cerita”.
“Ayolah, Nda kepo nih”.
Akupun akhirnya menceritakan dengan sejelas-jelasnya pada si tukang kepo ini. akhirnya riri mengerti juga curhatanku yang panjang lebar ini.
“jadi intinya kak rendi beneran suka sama kamu nda ??”. sambil garuk kepala.
“Ga tau juga ri, pusing juga mikirnya”.
“Kalau kamu suka sama kak rendi tidak nda ?”. matanya riri mulai melotot ke arahku.
“Emm...gimana ya nda, kalau aku masih belum 50% menyukainya ri”.
“La emang kenapa ? kurang apa coba kak rendi, udah ganteng, karirnya bagus, kelihatanya setia juga”.
“Masalahnya di karirnya itu ri, kamu tahu kan kalau aku benci banget yg namannya d*t*r. Aku ga bisa menerima itu ri”.
“Nda ingat kebencian akan melahirkan kecintaan”.
“Sok puitis kamu ri, au ah... ke kantin aja yuk, lagi pengen coklat dingin”. Sambil beranjak dari bangku taman.
“Tungguin napa nda”. Sambil menyusulku berjalan.
***
Sore yang indah ku nikmati,
Angin menghembus seperti nafas mu,
Ku nikmati dengan secangkir teh yang menemani –
Hp ku berdering di atas meja, ku lihat panggilan masuk dari rendi.
“Hallo, iya kenapa ren”
“Hallo nda, kamu malam ini ada acara tidak ?”
“Emang mau ngapain?”
“Yuk nonton Beauty***The****, mumpung akunya free, bosen di rumah terus”.
“Cuma nonton doang kan, aku capek soalnya?”
“Iya manja, ntar aku jemput”.
“Heemm..”
***
Akupun bersiap dengan fashion ku yang simpel, tanpa aksesoris apapun selain jam tangan.
Tak lama aku menunggu akhirnya rendi sampai di rumah dan minta izin ibu.
“Bu, Nda saya ajak nonton boleh kan bu?”
“Iya tidak apa-apa asalkan jangan larut malam pulangnya, hati-hati di jalan”. Kata ibu.
Akhirnya kita berangkat, aku hanya diam di dalam mobil, sepertinya canggung untuk bercanda seperti biasanya, entah kenapa.
“Nda kok diem aja, biasanya cerewet banget”.
“Emm... lagi ga mood ngomong”
“Nda apa ini efek kemarin ya, kamu jadi merasa aneh gini. Kalau emang iya lupain aja”
“Enggak kok, santai aja”.
Di perjalanan ini hening tidak seperti biasaya penuh dengan candaan, penuh dengan kegilaan, aku ingin megulang itu semua. Dan tidak tau siapa yangdi suakai rendi.
Sesampainya di bioskop, aku masuk bersama rendi dengan dua minuman dan dua popcron di tangannya rendi.
“Selamat datang, mbak sma masnya serasi banget, selamat menonton”.
Sebernarnya ketika ada yang bilang kita pasangan aku hanya ingin tertawa dan kesal juga dalam hati, tapi biarlah itupun masih belum bisa merubah hatiku.
Akupun menikmatinya dengan tenang di samping rendi, sekilas aku melihat wajahnya dan sekilas dia melihatku, aku hanya tersenyum.
***
Setelah menonton rendi mengajakku makan malam, sambil menunggu pesanan datang rendi cerita panjang tentang mama dan adiknya.
“Nda, aku ingin kita kembali seperti kemarin-kemarin sebelum aku memberimu kue, aku ingin melihat kamu seperti Nda yang manja, bawel dan cerewet, kamu lupain aja yang kemarin”.
“Iya ren, aku juga ingin seperti dulu lagi, bisa debat sama kamu”
Setelah sekian menit menunggu akhirnya datang juga pesananya, kita menikmati makan malam bersama.
“besok kuliah masuk jam berapa”.
“Emm...agak siangan tap.....uhuk...uhukkk”. tiba-tiba aku tersendat makan.
“nih-nih minum dulu”. rendi sambil menepuk pundakku dengan perlahan dan memberiku minum.
“gara-gara kamu nih aku jadi batuk gini”.
“Iya-iya maaf ngambek nih ceritanya”.
“Jelas lah”. Sambil meneruskan makan.
“Dasar manja, gitu aja ngambek”
“Biarin weekkk....”
Akhirnya suasana kembali penuh dengan tawa, dan pertengkarang yang sekian hari tidak kurasakan bersama rendi.
Setelah selesai makan akhirnya kita pulang dengan perut kenyang dan yang pastinya senyum selalu.
“Nda, besok lusa ikut aku yuk”.
“Kemana emang?”
“Ketempat yang membuat kamu akan lebih bersyukur”.
“Jangan bilang ke RS”.
“emang siapa yang mau ke RS sok tau, kalau kamu ikut minimal manjamu berkurang lah”.
“Siapa bilang aku manja, dasar dokter lebay sok tau juga”. Aku melengos ke arah kaca mobil.
“Tuh kan ngambek lagi, kalau ga manja apa namanya hah?”.
“Capek tau debat sama dokter lebay sama kamu itu”.
Kita pun di mobil seperti anjing dan kucing. Dikit-dikit berantem dan tertawa bersama.
Akhirnya sampai di depan rumah,
“Ren ga mampir dulu?”.
“Kapan-kapan aja nda, salam buat ibumu ya”.
“Oke, makasih buat malam ini”.
“Sippp, cepet istirahat biar tidak sakit”.
Rendi pun akhirnya pulang. dan aku masuk dan beristirahat.

&&&&&
Yuk komen-komenya.
Selamat membaca 😊😊😊

Me Vs DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang