Seperti biasa hari ini adalah hari libur semester, karena hanya liburan kali ini aku bisa free dari les karena aku ingin libur untuk beberapa hari absen dari buku-buku tebal dari les lesan. Strategi untuk hari ini tergolong matang, aku sudah menyiapkan teror yang pas dan kostum yang pas, tapi ada yang kurang untuk hari ini. Riri tidak bersamaku, aku tahu kalau dia takut semua akan ketahuan, karena aku sama riri sudah bersahabat sejak lama jadi aku tahu apa arti raut mukanya yang kemarin ketika aku ajak meneror rendi.
“Oke i’m Ready” dengan semangat aku menggenggam tangan dan optimis kali ini akan berhasil seperti kemarin. Aku mengenakan celana jeans jaket hitam, masker dan topi. Mungkin seperti teroris.( mungkin teroris manja, emang ada yah)
Aku dengan semnagat keluar dari rumah dan menuju rumah sakit jaraknya lumayan jauh lah tapi tidak menghentikan langkahku untuk misi ini. Kesempatan yang bagus, aku keluar ketika ibuku keluar rumah. Ini lah yang namanya misi tersembunyi.
Sesampainya ke RS aku dengan rasa dek-dekan karena takut yang namnya RS,tapi untuk kali ini aku memberanikan diri (Ups..... terorisnya takut dokter)
Aku menghampiri suster yang berada di lobby dan menitipkan kotak yang berisi makanan tapi dalam makanan itu sudah aku campuri serbuk yang membuat rendi apel terus ke kamar mandi.
“Sus aku titip ini tolong kasihkan yang namanya Rendi....eh Dokter rendi maksudnya” aku menutup mulut.
“Kalau boleh tau ini dari mbak siapa ya ??” susterpun bertanya.
“Bilang aja dari penggemar Rahasia” aku dengan sigap melihat rendi dari jauh dan langsungkabur dari hadapan suster itu.
“Eh...mbak mau kemana ???” sambil menunjukku yang lari ketakutan.\
Akupun lari keluar dan bersembunyi di taman semak-semak taman rumah sakit dan mencari oksigen yang entah kemana.
****
“Eh... pas sekali ada dokter Rendi, ini ada titipan makanan, katanya sih dari penggemar Rahasia” sambil mengasihkan kotaknya.
“Emang cowok apa cewek yang ngasih?” kata rendi sambil melihat-lihat kotaknya.
“Cewek tapi mukanya di tutupin semua jadi ga tau deh ciri-cirinya”
“Okelah... makasih ya, aku ke kantor dulu” sambil pergi dan membawa kotaknya.
Di dalam kantor rendi masih ragu dengan kotaknya karena dia masih ingat tentang teror kemarin. Dia takut tapi juga penasaran. Karena dia adalah seorang dokter dia pun tidak sembaragan makan makanan yang ga jelas asalnya. Dia pun punya ini siatif untuk menge-lab kan makanan tersebut. Dia langsung menuju ke ruang lab ahli gizi. Mungkin karena dia pintar dan tampan banyak orang yang suka dan banyak teman walaupun dia baru di RS itu.
“Bro.... tolong cek kandungan nasi ini kandungannya apa?” sambil memberikan kotaknya.
“Kamu ini kan dokter Broo otomatis kandungan dalam nasi kan karbonhidrat, kamu sakit kali ya ??” vero mengejek.
“kalo itu mah aku tau bro, gini lho tadi ada yang ngirimi aku nasi kotak, tapi orangnya misterius banget, sapa tau dia neror aku lagi”
“Ga mungkin lah bro coba kam....” rendi memotong pembicaraan vero
“Kamu kan sobat gue, jadi tolong satu kali ini aja, nanti aku ambil hasilnya” akhirnya rendi berhasil membujuk vero dan langsung keluar dari lab.
****
Mungkin ini saatnya aku keluar dari persembunyian, dan lari dengan kecepatan seribu kaki. Setelah sampai di jalan raya aku berhenti di halte bus untuk menunggu bus.
*BRUUKKK*
Di hadapanku terlihat ibu-ibu yang membawa barang-barang yang keluar dari swalayan dekat halte tersebut.
“maaf, tante sini saya bantu” sambil mengambil barang-barangnya.
“Iya makasih ya nak”
“Tante duduk aja dulu di sini biar barang-barangnya aku beresin” sambil menyuruh duduk ibu tersebut dan akupun membereskan barang-barang yang jatuh.
“Udah selesai tante, ini barang-barangnya”
“Makasih ya nak, oh iya kamu mau kemana biar tante antar sebagai tanda terima kasih, tapi mobil tante di parkiran RS gimana??” kata tante itu dengan ramah
“Enggak tante makasih, saya iklas kok membantu tante” kata ku lembut
“Gini aja deh biar tante ambil mobil dulu, nanti tante kesini lagi ya, jangan nolak ya”
“em... iya deh tante, makasih sebelumnya” Akupun dengan senang hati tidak menolaknya (lagi butuh tumpangan kali)
Tante itupun pergi dan meninggalkan barangnya di dekatku, agar aku tidak pergi dan menjaga barangnya.
Setelah beberapa menit pun jazz putih menghampiri ku dan membuka kaca mobilnya, dan pemiliknya keluar dari mobil itu.
“Yuk naik, sini biar tante masukin barang-barangya” dengan ramah.
****
“Bro gimana hasilnya” membuka pintu dan mengagetkan Vero
“Kamu harus bersyukur bro ga sempet makan nih nasi” sambil menunjukan hasil labnya
“Maksudnya makanan ini positif beracun???” rendi kaget
“Iya bro, kalau sampek kamu makan ini pasti bolak-balik ke kamar mandi deh” kata vero sambil tertawa kecil
“makasih bro bantuanya”sambil melihat-lihat dengan teliti nasi tersebut
“Di dunia ini ga ada yang gratis bro, toilet umum aja bayar sekarang” sambil meledek rendi
“Iye bro paham maksudmu aku, ntar malem aja kita ke kafe biasa biar aku traktir deh”
“Gitu dong, makasih bro”
Rendi pergi meninggalkan vero.
****
Akupun masuk mobil dan dan berbincang-bincang dalam perjalanan, seperti ibu dan anak.
“Tante kok tadi parkirnya di RS emang ada yang sakit ya ?” kataku
“Enggak ada Cuma anak tante di situ”
Aku tidak bertanya lagi karena kesanya kurang sopan, walaupun penyakit kepo ku merajarela.
“Eh nak kamu namanya siapa ?”
“Oh nama saya Ainda tante”
“kalau biasanya Ainda panggilanya siapa di sekolah?”
“Nda tante, teman-teman memanggilku begitu”
“ ya udah tante panggil Ai boleh, biar beda,kan lucu, kelihatan imut kalau namanya gitu”
“Terserah tante aja, ga papa kok”
“ kalau tante liat kamu jadi inget anak tante, Tante itu ingin banget anak perempuan, tapi Allah berkehendak lain” haru
“emang kenapa tante?”
*Diam dan Hening*
&&&&
Makasih udah baca. Penasaran kan maskud dari semua itu ???? tunggu cerita selanjutnya ya? 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Doctor
РазноеPerjalanan kisah Cinta seseorang yg benci terhadap dokter dan menjadi Cinta pertama dan sejati