Tak terasa sudah lumayan lama aku sudah berada disisi rendi, aku merasa nyaman kita tetap seperti biasa canda tawa marah setiap hari, tapi itulah bumbu kehidupan.
Ku nikmati membaca novel di temani angin semilir di taman, ku dengarkan musik syahdu. Tak lama musikku terhenti karena ada panggilan masuk, ku lihat di layar tertulis panggilan dokter lebay.
“Hallo... kenapa, lagi sibuk akunya?”. Tanpa basa-basi dan cuek.
“Palingan sibuk baca novel, nda mama kangen nih sama kamu, kapan mau ke rumah biar aku jemput”.
“aku pikir-pikir dulu deh”.
“enggak usah banyak mikir kasian tuh otak imut mu yang kebiasaan baca novel mulu, intinya nanti aku jemput sore jam 4”. Rendi langsung mematikan dan memutus panggilanya.
“hallo ren, ren, kebiasaan deh dasar dokter lebay”. aku mengomel sendiri. Dan melanjutkan aktivitas ku lagi.
Selang beberapa menit akupun beranjak pulang untuk bersiap ke rumah mama.
***
“Bu aku pakai baju yang mana ya, aku mau kerumahnya mamanya rendi?” sambil menunjukan berapa potong baju di hadapan ibu.
“Yang ini juga bagus nda, yang penting tertutup dan sopan”. Sambil menujukan kemeja cewek panjang.
“oke makasih ibu, oh iya bu nanti aku mungkin pulang malem, soalnya mama kan pasti mau curhat gitu, namanya kan juga cewek”.
“Iya nda, pokok jangan malem-malem banget, ga enak kalau dilihat tetangga”.
“Iya siap bu”. Aku langsung masuk ke kamar ku dan menyiapkan semuanya.
Satu jam sudah berlalu, aku sudah bersiap menunggu rendi datang di ruang tamu. Terlihat mobil di depan rumah dan seseorang turun.
*tok*tok*tok
Aku langsung membukanya.
“Eh dokter lebay datang juga”.
“Kamu apaan sih nda”. Sambil mengacak rambutku.
“Ih... susah tau ngaturnya”. Sambil menata rambutku.
“Oh iya nda, ibumu mana, biar aku izin dulu”. sambil melihat-lihat.
“Ibu sudah berangkat arisan, aku tadi udah izin kok, yuk berangkat”.
“Ya sudah yuk”. Rendi membukakan pintu mobilnya.
***
Setengah jam sudah berlalu, akhirnya sampai juga di rumah rendi.
Bibi langsung membuka pintu ketika terdengar mobil rendi masuk gerbang. Mamapun berada di belakang bibi.
“Assalamualaikum ma”.
“Waalaikumsalam, Ai... akhirnya sampai juga, mama kangen banget sama Ai”. sambil memelukku dengan erat.
“iya ma, aku juga kangen banget sama mama”. Sambil memeluknya.
Akupun mengobrol lama dengan mama, rendi hanya menyaksikan kami berdua.
Si bibi tiba-tiba nongol di tengah pembicaraan kita,
“bu, masakannya udah siap, kesukaannya mas rendi udah bibi buatin”. Sambil menunjuk meja makan.
“Iya bi, makasih ya. Yuk kita makan semua”. Kata mama sambil mempersilahkan makan bersama.
Kita semua makan bersama dan mengobrol santai di meja makan.
“Ai sama rere, mama punya sesuatu buat kalian berdua, kalian harus akur dan saling menyanyangi ya selayaknya adik dan kakak”.
*Uhuk*uhuk.
Kita berdua tersedak makanan setelah dengar kata “kakak dan adik”.
“Kalian kenapa, memang perkataan mama ada yang salah?”
“Eng...enggak kok ma”. Jawabku menetralkan suasana.
Setelah selesai makan kita berkumpul di ruang keluarga, dan tak lupa mama membawakan sesuatu buat kita.
“Nih jaket couple buat kalian, temanya kakak dan adik. Kalian pakai ya”
“Ini buat Ai sama rendi, eh..maksudnya kak rere?”. Aku melihat-lihat jaketnya
“Iya buat siapa lagi, ini spesial buat anak-anak mama”.
Rendi memberiku kode untuk menuju taman belakang, dengan menunjuk tangan ke taman belakang. Dan rendi berjalan duluan.
“Ma, aku ke sana dulu ya, makasih buat jaketnya, pasti aku pakai deh”.
Aku langsung pergi menuju taman belakang, rendi sudah menunggu di sana.
“Nda, sini”. Rendi menyuruhku duduk di dekatnya.
“Kenapa ren?”.
“Gimana nih, mama nganggep kita sebagai adik dan kakak, mana bisa hubungan ini tanpa rentu mama nda?”
“la terus gimana ren, mama pasti tidak setuju kalau kita pacaran, mama sudah nganggap aku sebagai anaknya”.
“Kalau kita jujur sekarang resikonya mama bakal marah, hari ini moodnya mama lagi bagus aku tidak mau merusaknya”.
“Tapi kalo lama-lama juga akan ketahuan Ren”.
“Aku janji nda akan mencari cara biar mama enggak marah dan nerima kalau kita pacaran”.
“Jadi mas rendi sama mb.nda ini pacaran to?. Terdengar dari belakang dengan logat jawanya.
“Bibi”. Kita berdua berkata serentak dan kaget.
“bi, please tolong jangan kasih tau mama ya”. Rendi langsung bangkit dari kursinya dan minta tolong pada bibi.
“Iya bi tolong ya”. Akupun berusaha menenangkan bibi.
“Iya deh, ini demi mas rendi dan mb.nda bahagia”.
“Makasih ya bi”.
“Ngomong-ngomong kalian berdua sudah lama pacaranya?”
“Ya lumayan bi, aku suka sama nda sejak aku ketemu nda di SMA dan aku anggap nda itu bukan adik tapi pasangan ku”. jawab rendi.
“Ya udah bibi akan kunci mulut deh”.
“Makasih banget bi”.
***
Malam sudah tiba saatnya aku pulang dan di antarkan oleh rendi.
“Ma, Ai pamit dulu ya, makasih banget buat makan dan jaketnya”.
“Iya Ai, mama juga seneng banget Ai main ke rumah”.
“di pakek saja Ai jaketnya kan dingin, biar kak rere juga pakek jaketya, iyakan re”. Sambil menoleh ke rendi yang mengenakan jaket coupelnya.
“Iya ma Ai pakai”. Akupun mengenakanya.
“mas rendi sama mb.nda cocok banget, emang pasangan romantis”
“Maksud bibi apa ?”. mama langsung sensitif dengan kata-katanya bibi.
Aku dan rendi kaget banget.
“Maksudnya bibi itu kita pasangan adik-kakak yang romantis gitu loh ma, iyakan bi”. Rendi pun memberikan kode untuk bibi yang keceplosan.
“Em... iya maksud saya juga begitu”.
“Oh... ya udah sana masuk mobil biar tidak kemalaman”, mama membukakan pintu mobil buat ku”.
“makasih ma, Ai pulang dulu”.
Akhirnya aku pulang dengan kecepatan sedang.
“Nda, untung saja tadi aku bisa ngeles, bibi sih gampang banget keceplosan”.
“Iya ren untung saja, kita sampai kapan ren kaya gini terus”.
“Hanya waktu yang bicara, kita tinggal menunggu waktu, jangam dipikirin terus, ntar stres lo nda”. Sambil membelai rambutku.
“Ya sudah deh, aku percaya sama kamu ren”.
Aku menikmati perjalanan malam ku ini bersama rendi, walaupun di hati dan pikiran tidak tenang.
&&&&
Selamat membaca, nantikan dua episode terakhir Me Vs Doctor untuk Part 1 ini.
Maaf sudah lama menunggu 😊😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Doctor
AléatoirePerjalanan kisah Cinta seseorang yg benci terhadap dokter dan menjadi Cinta pertama dan sejati