"Pagi semua." Sapa Vania menuruni tangga untuk menuju meja makan. Semua yang berada di meja makan menatap Vania heran bahkan tercengang.
"Pagi juga, Van, kok penampilan kamu jadi berbeda gitu?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Sudah seperti yang ia perkirakan sejak tadi
"Eh. Iya ma, Vania pingin aja berpenampilan kek gini, biar beda dikit lah seperti biasanya dan juga kan Vania udah lama nggak kayak gini semenjak Vania di vonis," jawab Vania sesuai dengan kenyataannya.
Vania pun duduk di antara saudaranya, Vania sekeluarga siap untuk sarapan. Keadaan pun hening, hanya dengar suara garpu, sendok dan piring beradu jadi satu. Tak butuh waktu lama, Vania pun selesai dengan ritual paginya, dan segera berpamitan untuk pergi ke sekolah.
Padatnya jalan Ibu Kota ini membuat Vania terjebak macetnya jalan raya, namun Vania tak begitu tergesa-gesa karna ini sudah biasa bagi Vania. Ia pun kembali membelah ramainya jalanan Ibu Kota, dengan kecepatan maksimal agar cepat sampai di gedung sekolahnya. Dan oh Vania hanya memakan waktu 25 menit untuk sampai di sekolah meskipun jalanan begitu macet.
Vania memakirkan motor pribadinya di parkiran biasa sama dengan siswa yang lainnya. Dirasa motor tertata rapi, Vania pun segera melepas helm dan masker nya langsung turun dari motor. Ia menyusuri koridor sekolah dengan tas di tenteng sebelah pundak, lengan baju di lipat, rambut di cepol, gelang banyak di tangan, dan tatapan dingin. Para siswa-siswi disini pun melihat Vania dan mulai berbisik-bisik tentangnya, namun Vania tak meliriknya sama sekali.
XI Ipa 2, di mana kelas yang paling dikenal oleh guru satu sekolahnya karena dari awal siswa kelas XI Ipa 2 sangat famous dengan kenakalannya, pencicilannya, urakannya namun mayoritas juga dengan kepintarannya. Mengingat kelas XI ini kelasnya diacak jadinya Vania belum kenal sama teman sekelasnya apalagi sekarang Vania berubah menjadi cewek tomboy, yang dulu sewaktu kelas X begitu pendiam dan tak mengenal siswa lain. Vania pun langsung mencari tempat duduk yang kosong bagian tengah urutan no 3 dari belakang.
Tak lama Vania duduk datang lah tiga cewek dengan paras cantik, rambut tergerai dan wajah yang tak bisa dikatakan.
"Ih Vania, kenapa lo jadi kek gini lagi?" Tanya Bellva dengan begitu shocknya melihat Vania menjadi tomboy.
"Yaudah lah serah gue. Gue kangen sama style gue yang ini." Ujar Vania dengan cengiran yang membuat ketiga temannya terdiam.
Belva dan calista pun duduk di samping kiri dan kanan Vania sudah seperti biasanya. Mereka bertiga pun melihat sekeliling yang menatap mereka dengan tatapan tak bisa diartikan.
Bel masuk pun telah berbunyi semua penghuni kelas ini masuk semua dan disusul oleh wali kelas baru.
"Assalamualaikum. Selamat pagi bagi agama lain, saya akan menjadi wali kelas kalian. Sebelum peroses belajar mengajar berjalan dengan lancar ibu mau perkenalan satu persatu maju kedepan" Kata bu Hetty panjang lebar.
Dan sampai akhirnya giliran Vania yang memperkenalkan dirinya maju kedepan "Pagi semua. Kenalin, Aerllyn Belvania Cintakirana. Biasa dipanggil Vania. Sekian terimakasih." Vania pun kembali ketempat duduknya lagi, ketika berjalan menuju tempat duduknya ada sepasang mata yang melihatnya dengan tatapan sulit di artikan.
Sampai pada akhirnya sekarang giliran dia yang maju kedepan buat memperkenalkan dirinya "Pagi semua kenalin nama saya Adeleo Orlando Arsenio. Biasa di panggil Leo. Sekian dari saya. Thank's"
"Leo kamu itu niat sekolah apa tidak? Masukkan bajumu sekarang!" Tegur bu Hetty dan hanya di anggap angin lalu bagi Leo.
"Duh, Ibu kalo Leo di sini ya berarti Leo niat sekolah masa mau gembel, soh." Jawabnya dengan nada santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...