Dua puluh lima

2.4K 101 0
                                    

"Kalian?!"

Semua yang ada diruangan pun langsung menoleh kearah Vania dengan kaget.

"Biasa ga teriak-teriak bisa?" tanya Agnes akhirnya. Namun Vania masih saja menatap lurus kearah Leo dkk.

Leo yang merasa dirinya diliatin sedari tadi pun mendekat. "Iya tau gue ganteng, ga perlu diliatin kek gitu juga,"

Vania pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Vania muak dengan kata-kata Leo yang basi itu.

"Van, mama kuruangannya bang Raka dulu ya," pamit Dewi kepada Vania dan diangguki oleh Vania.

"Tolong jagain, Vania ya. Tante keluar dulu." pamit Dewi kepada teman-teman Vania.

"Pasti, tante." jawab Leo dengan semangat.

Dewi pun keluar dari ruangan Vania dan sekarang diruangan Vania hanya tersisa teman-teman Vania. Dan tiba-tiba Vania menangis dalam diam tanpa sepengetahuan mereka. Sampai kini Vania sesenggukan dan ia menggumam dua buah nama.

'Angel.'

'Tania.'

'Angel.'

'Tania.'

Dan sampai Agnes mendengar gumaman Vania pun langsung menghampiri Vania yang Agnes dari sofa. Agnes begitu iba melihat Vania memanggil temannya yang kini sudah tiada.

"Van, lo kenapa? Lo kangen mereka?" tanya Agnes dan Vania hanya mengangguk saja.

Calista dan Bellva yang menyadari itiu pun langsung menghampiri nya, sedangkan Leo dkk, mereka hanya diam melihat kepanikan seorang cewek seperti mereka.

"Van, lo kangen banget sama mereka? Perlu kita kesana?" tawar Bellva namun Vania hanya menggeleng pelan.

"Nggak, gue ga mau. Gue yakin mereka pasti datang ke mimpi gue nanti malam," ujarnya dengan diakhiri dengam senyum dibibirnya.

Melihat senyuman itu, Calista dkk merasa lega karena Vania yakin kalau temannya akan mampir ke mimpinya. Sedangkan Leo yang tau senyuman Vania itu pun ikut tersenyum.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 dan mereka masih berada didalam ruangan Vania dengan keadaan hening tanpa bicara sepatah katapun. Bahkan keempat cowok tersebut tertidur diatas sofa dan dilantai.

"Van," ucap Calista, Bellva dan juga Agnes barengan. Vania mendengar itu sontak langsung tertawa.

"Sejak kapan kalian jadi barengan gini ngomong nya?" tanya Vania dengan sedikit tertawa.

"Gatau," jawab mereka lagi dan ini juga pun barengan.

"Yaudah kalian mau ngomong apa?"

"Kita dapat tugas matematika dan tugasnya itu berkelompok," jelas Calista, sedangkan Agnes dan Bellva pun diam mendengarkan.

"Kelompokan?"

"Iya, lo sekelompok sama Leo. Gue sekelompok sama Bastian, Bellva sekelompok sama Exel sedangkan Agnes sama Carel."

"Sumpah demi apa? Gue sekelompok sama si buluk Leo?" kata Vania dengan nada keras dan itu membuat keempat cowo itu langsung terbangun kaget.

"Apaan sih lo, teriak-teriak. Berisik!." omel Leo.

"Kalo lo ga mau berisik ngapain kalian disini ha?"

"Gue jagain lo,"

"Gue ga perlu dijagain, gue dari awal emang nyusahin orang lain,"

Mendengar itu, Leo merasa salah bicara kepada Vania sehingga Vania ngomong seperti itu. Leo pun langsung menghampiri Vania dan memegang erat tangan Vania.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang