Leo beranjak dari kasur yang ia tempati buat tidurnya ketika sampai di rumah ini. Leo melihat jam yang bertengger di atas dinding kamar ini menunjukkan pukul sepuluh pagi, yang berarti itu artinya Leo terlambat sekolah.
Cklek...
Pintu kamar ini terbuka, muncullah Arsya di balik pintu ini, "mandi sono, terus lo turun sarapan, mama sama papa gue udah berangkat dan lo masih tidur, lihat ini udah siang, Brother." Ucap Arsya dan kata terakhir di hadiahkan dengan bogeman pelan di lengan Leo.
Leo mendaratkan bokongnya di atas sofa ruang tamu rumah sepupunya ini, Leo langsung menyambar remote tv yang tergeletak di atas meja. Leo sedari tadi hanya mengganti-ganti channel televisi.
"Lo kabur lagi dari rumah atau gimana?" Tanya Arsya yang kini berjalan menghampiri Leo duduk.
Leo menoleh ke sumber suara dan kembali melihat layar televisi yang di tayangkan film kartun, "lo ngagetin gue aja."
"Yaudah biasa aja kali, kalo ngomong." Ujar Arsya dengan nada diimut-imutkan seraya merampas snack yang di bawa oleh Leo.
"Abisnya lo ngagetin gue, untung gue gak punya penyakit jantung." Kata Leo sambil mengambil alih snack dari tangan Arsya.
"Yaudah jawab pertanyaan gue Adeleo." Tegas Arsya dengan nada geram sambil memindahkan channel televisi.
Leo mengunyah makanan sambil menjawabnya, "gue di usir dari rumah, yaudah gue pergi simple, kan?" Ucap Leo enteng.
****
"Tumben banget Leo gak masuk sekolah." Kata Bastian seraya berjalan menyusuri koridor sekolah.
"Mana gue tau." Jawab Exel enteng.
"Yaa sapa tau." Ucap Bastian sarkas.
Selama berjalan menuju koridor, siswa-siswi berlarian menuju lapangan sekolah, entah ada apa Bastian dkk pun ikutan berbalik dan berlari menuju lapangan juga.
"Eh ada apaan sih kok lari-larian gitu?" Tanya Carel ke salah satu siswa yang lari-larian ini.
"Anu Stefani sama teman-temannya bikin ulah sama temennya Vania itu." Jawabnya dan langsung melenggang pergi ninggalin ketiga cowok itu yang kini diam seribu bahasa.
"Ah sial, kenapa sih si step itu ikut-ikutan bikin ulah sama mereka, ada masalah apaan sih mak lampir itu." Ucap Bastian panjang lebar dengan nada marah nya.
Dengan cepat Bastian dkk berlari menuju lapangan, sesampainya di lapangan Bastian langsung menyingkirkan siswa siswi yang sedang asik menonton di pinggir lapangan. Bastian pun sekarang tepat di belakang Stefani dan temannya dan di susul oleh Carel dan Exel.
"Vania gak masuk lagi." Gumam Bastian.
Exel dan Carel mendengar gumaman itu hanya mengangguk, namun Exel dan Carel sadar kalau anggukannya tak diketahui oleh Bastian. Stefani tak sadar dengan kedatangan antek-antek Leo, Calista dan kedua temannya menyadari itu langsung menyunggingkan senyumnya.
"Ngapain lo senyum-senyum ha? Jijik gue lihat senyum lo." Ucap Stefani dan berjalan mendekat kearah mereka.
"Kalian jijik sama kita? Kita lebih jijik sama kelakuan lo apalagi sama gincu merah lo." Sela Belva sambil menunjuk tepat di wajah Sftefani, Bella dan Clara.
Stefani di buat kemarahannya di ujung tombak, tangannya pun langsung mengepal, "lo kalo ngomong di jaga tuh mulut, nggak pernah di ajarin sopan santun?" Teraikanya.
Calista dan yang lainnya tercengang mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan dari Stefani tadi, "apa? Gue bilang kayak gitu sesuai fakta! Gue dari kecil di ajarin sopan santun, orang tua gue juga agamanya kuat nggak kayak kalian yang bisanya ngatain tanpa ngaca." Kini Agnes yang bersuara dengan menekankan kata terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...