"Gue tau Van penderitaan lo berat, mungkin penderitaan kita sama beratnya," ucap Leo kemudian.
"Maksud lo?" tanya Vania tak mangerti sambil terus menangis.
Leo pun melepas pelukannya terhadap Vania dan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "abaikan. Gue pemit balik dulu," pamit Leo kepada Vania.
Leo pun langsung meninggalkan ruang latiahn Vania dan berjalan keluar rumah. Namun langkah Leo terhenti karena didepan ada ada Dewi, Leo memutuskan pamit kepada mamanya Vania.
"Tan, saya pamit balik dulu," pamit Leo sopan sambil bersalaman.
"Iya nak hati-hati, sering-sering main kesini ya." suruh Dewi dengan suara lantang dan mempersilahkan.
Leo hanya tersenyum dan langsung berlari ngacir keluar rumah. Tanpa berpamitan kepada Demas dan kedua kakak Vania.
Leo langsung mengendarai motornya keluar pekarangan rumah Vania dengan kecepatan maksimal. Leo pun langsung melajukan motornya menuju sebuah cafe, dimana dia yang sudah bekerja disana sejak kelas 1 SMP bersama ketiga sahabatnya itu.
Leo pun sampai di cafe tersebut dengan tepat waktu, dia langsung masuk kedalam setelah memarkirkan motornya dan ternyata didalam sudah terdapat Bastian, Carel dan juga Axel.
"Kemana aja lo? Ditelfon gabisa di line ga bales, dirumah Asrya gak ada." tatar Bastian kepada Leo.
Leo hanya tersenyum biasa dan langsung berganti bajunya, "gue dirumah sakit." jawab Leo singkat
"Lo sakit?" spontan Bastian.
"Bukan gue yang sakit, Vania yang sakit." jawab Leo dan langsung pergi ninggalin mereka bertiga.
Sepeninggal Leo, Bastian dan yang lain pun shock mendengar pernyataan Leo. Bastian langsung berlari ngikutin Leo menuntut penjelasn.
Leo selama berjalan merasa ada yang mengikutinya, tanpa aba-aba Leo lansung berhenti dan siapa pun yang berjalan dibelakang Leo tanpa fokus maka langsung nabrak punggung gagah Leo dan benar Bastian menabraknya.
Brak!!!
Bastian langsung jatuh terududuk dibawah Leo. Leo pun langsung berbalik badan dan mengulurkan tangannya seraya membantu Bastian berdiri.
"Siapa suruh ngikutin gue?" tanya Leo dingin.
"Euy mas dingin amat lo sekarang," jawab Bastian dan langsung berdiri.
"Makanya kalo gue belum cerita sendiri jan kepo ya." kata Leo dan langsung melenggang pergi, membiarkan Bastian melongo tanpa kepastian.
"Untung sohib ya." dumel Bastian.
Leo pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Dan kali ini Leo akan mengantar makanan menuju meja dengan nomor 02. Leo meletakkan makanan diatas meja dengan begitu sopan.
"Terima kasih."kata orang laki-laki yang paruh baya itu sambil mendongak melihat ke arah Leo, seketika Leo dan orang tersebut pun terkejut dan saling menganga.
Dengan cepat Leo pun langsung kembali ke arah dapur dengan berjalan sedikit lari untuk menghindari orang tadi. Ya orang tadi adalah Reza, Hana dan juga Nevan. Dan kebetulan sekali di dapur, ada Exel.
"Xel, kalo ada yang cari gue bilang gue udah ga ada." suruh Leo kepada Exel. Dengan tampang polosnya, Exel hanya mengangguki permintaan Leo tadi.
"Bilangin ke Bastian dan juga Carel." suruh Leo.
Setelah bilang gitu, Leo pun langsung mengambil topi yang bertengger di dinding dapur dan langsung memakainya dan Leo pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Dari arah jauh, Leo melihat kalay Reza sedang melihat mengelilingi sekitar, sepertinya Reza sedang mencari keberadaan Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...