Pagi ini Vania absen untuk kesekolah, semalem keluarga Vania sudah izin kepada pihak sekolah. Vania mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya diruangan ini, setelah benar-benar terbuka, Vania cukup kaget ketika melihat Leo yang sedang tidur dengan duduk dan kedua tangannya dilipat diatas kasur Vania sebagai bantalnya.
Vania menepuk punggung Leo pelan untuk membangunkannya, "Leo, lo gak sekolah? Ini udah jam 7,"
Leo mulai menggerakkan badannya ketika ia merasa tubuhnya diguncangkan dan mendenngar suara. Leo langsung duduk tegap ketika melihat Vania sudah bangun dari tidurnya semalam.
"Lo udah bangun?" tanya Leo kepada Vania.
Vania mendengus kesal mendengar pertanyaan Leo yang sangat tak perlu dijawab, "seperti yang lo lihat. Lo gak sekolah hari ini? Ngapain lo tidur sini?" tanya Vania berturut-turut.
Leo mendengar pertanyaan Vania pun bersedakap dada dan langsung menyandarkan punggungnya disandaran kursi, "sante dong mbak. Tanyanya satu-satu dong," kata Leo.
Vania mendengar itu merasa kesel, akhirnya ia memilih untuk diam dan menunggu Leo menjawab pertanyaan Vania.
Leo menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya ia menjawab, "gue absen hari ini. Gue disini karna gue mau nemenin bang Varo jagain lo." jawab Leo sejujurnya.
Vania mendengar itu pun kaget, "ngapain lo absen? Terus bang Caraka kemana?" tanya Vania bertubi-tubi.
Leo cukup kesal mendengar pertanyaan Vania yang tak ada henti-hentinya ini, "karna gue males kesekolah dan semalam bang Caraka ada dinas di rumah sakit khusus katanya." jelas Leo dan Vania hanya mengangguk mengerti.
Alvaro yang mendengar pembicaraan itu pun sengaja untuk membiarkannya. Alvaro ingin bagaiamana cara jika mereka sudah berbicara ternyata cara mereka berbicara sudah sedikit menyiratkan sesuatu yang terpendam.
Alvaro merasa pembicaraan mereka selesai, ia langsung bernjak dari sofa yang semalam ia buat tidur, "Van, Le gue balik dulu ya, mau bersih diri. Gak lama mama kesini, jagain adek gue." pamit dan pinta Alvaro sebelum akhirnya ia keluar.
"Leo gak masuk lagi hari ini," bisik Bastian kepada teman-temannya.
"Iya. Akhir-akhir ini sikap Leo beda banget njir," kata Carel yang sangat betul.
"Ternyata bukan gue aja yang ngerasa gitub ternyata kalian juga," timpal Exel.
"Eh ini ada line dari Leo. Bentar gue baca," kata Exel, yang sedari tadi ia memainkan ponselnya. Padahal ini adalah jam pelajaran sedang berlangsung.
"Gimana?" tanya Bastian dan Carel bebarengan.
"Dia gak masuk sekolah karna ada keperluan," jelas Exel. Bastian dan Carel mendengar itu pun sangat tidak percaya, mereka kenal Leo sudah sangat lama, mereka sangat tau kalau Leo sedang berbohong kepada mereka.
Bastian mendengus kesal, "dia bohong sama kita." emosinya. Bastian pun langsung membanting buku didepannya dan ia langsung keluar kelas diikuti oleh Carel dan Exel.
Selama mereka bertiga berjalan melewati koridor, emosi Bastian pun mulai diubun-ubun. Ia langsung menonjok dinding didekatnya.
"Gue rasa ini ada sangkut pautnya dengan Vania," kata Carel.
"Gue ngerasa juga gitu, men." timpal Exel.
Bastian mendengar itu pun langsung menyeriangi, "gue rasa kita harus kasih pelajaran terhadap antek-antek Vania." jelas Bastian dan langsung diangguki oleh Carel dan exel.
Vania dan Leo kini sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, "aaarrrgghhh," teriak Vania sambil memegangi kepalanya.
Leo melihat itu pun, ia sangat panik dengan segera ia memanggil dokter dari tombol panggilan dokter darurat. Tak lama itu pula seorang dokter datang dengan dua perawat, yang mau tak mau, Leo harus keluar dan membiarkan dokter tersebut memeriksa Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...