Sekarang waktu menunjukkan pukul dimana seluruh siswa waktunya untuk istirahat. Dan selurub kelas XI mipa1 pun berlarian keluar kelas untuk menuju kantin, tapu tidak dengan Vania dkk ia tetap berada didalam kelas untuk memakan bekal yang ia bawa.
"Kantin, Le, gue laper." ajal Exel pada Leo.
Namun Leo menolak ajakan tersebut dan ia mengeluarkan sebuah tempat makan tupperware berwarna hitam itu. Ketiga temannya ini pun mengernyit kaget melihat Leo membawa bekal.
"Lo udah baikan sama bonyok lo?" tanya Bastian.
Leo mendengar itu pun langsung tersedak makanannya sendiri, "gue kan udah bilang, kalo gue ga akam baikan sama mereka. Gue udah kebiasa tanpa orang tua bahkan gue ngerasa ga punya orang tua," jawab Leo. Bastian mendengar itu pun memutar bola mata malas.
"Ya serah lo aja , Le. Kalo lo ada apa-apa awas aja kalo ga cerita sama kita-kita.!" ancam Carel dan langsung berlalu pergi meninggalkan Leo yanh sedang makan.
"Gue cabut kantin," teriaknya mereka bertiga ketika berada diambang pintu.
Lagi asik-asiknya makan, si Stefani dan antek-anteknya masuk ke kelas Vania dengan senyum yang tak dapat diartikan. Vania melihat itu pun hanha mengedikkan bahu cuek.
Brakk...
Gebrakan dimeja Vania pun membuat siapapun mendengarnua langsung terlonjak kaget. Vania pun juga begitu, ia cukup kaget.
"Kurang kerjaan banget sih lo gebrak meja orang, lagi makan juga.!" omel Vania kepada Stefani.
Stefani bersedakap dada dan tersenyum menyeringai, "lo bilang gak ada kerjaan? Kalo gue kesini itu namanya ada kerjaan bodo!." kata Stefani dan menunjuk tepat diwajah Vania.
Leo yang menyaksikan itu pun tak mau dengan cepat untuk menyelamatkan Vania. Leo ingin mencari waktu yang tepat untuk menyelamatkannya. Vania selalu mengabaikan omongannya Stefani dan ia lanjut makan, tetapi tidak dengan Bellva, Agnes dan Calista ia khawatir bagaimana kalo Stefani sampai jambak rambut Vania yang akan mulai rontok?
Stefani geram sedari tadi omongannya selalu diabaikan oleh Vania, dengan cepat Stefani langsung jambak rambut vania sehingga Vania mendongakkan kepalanya. Dugaan Bellva, Calista san Agnes pun benar.
Bellva membanting sendok makannya dan langsung berdiri, "jangan sekali-kali lo jambak rambut dia. Orang tuanya gak pernah jambak rambutnya!." berontak Bellva dan berusaha melepaskan tangan Stefani dari rambut Vania.
Setelah berhasil tangan Stefani lepas dari rambut Vania, rambut Vania pun rontok digenggaman tangan Stefani. Stefani melihat itu pun langusng melempar rambut Vania tepat diwajah Vania dan langsung berlalu pergi.
"Urusan lo semua belum selesai sama gue!." katanya, sebelum akhirnya ia tak terlihat dari dalam kelas.
Vania menatap nanar beberapa helai rambutnya, dan tak lama itupula kristal putih bening itu jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Vania sungguh sedih ketika rambutnya jatuh begitu saja, ia pun jongkok dibawah dan mengambili rambut-rambut yang jatuh ke lantai dengan air mata yang masih bercucuran keluar.
Agnes, Calista dan juga Bellva yang melihat itu pun langsung berjongkok juga, ia menenangkan Vania dan memeluknya erat. Mereka sangat terpukuk ketika orang lain tau tentang penyakitnya bahkan menjambak rambutnya sampai rontok begini. Vania masih saja sesenggukan dipelukan sahabat-sahabatnya ini.
"Gue ke kamar mandi dulu ya, gue pingin sendiri," kata Vania sambil merenggangkan pelukannya.
Ketiga sahabatnya yang paham dengan maksud Vania pun mengangguk mengerti dan membiarkan Vania pergi sendiri. Meskipun ketiga sahabatnya itu was-was tapi apa boleh buat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...