Dua puluh enam

2.5K 84 8
                                    

Leo pun menunggu motornya sampai dirumah Vania. Leo memutuskan untuk menunggunya di ruang tamu sambil main ponsel, sampai sebuah suara mengganggu kefokusan Leo.

"Le, lo mandi sana, bajunya udah mama siapin." ya yang bicara adalah Vania.

Leo pun menoleh ke arah Vania dan tersenym simpul. "Ga usah, Van. Lagian bentar lagi motor gue sampe." tolak Leo.

Mendengar jawaban itu dari Leo pun sudah seperti dugaan Vania sebelumnya. Vania pun langsung pergi meninggalkan Leo sendiri. Vania pun berjalan ke kamarnya, dan merebehkan badannya diatas kasurnya.

'Ternyata orang jahat, tidak selamanya jadi jahat. Tapi tidak tahu jika sifat kejahatannya kembali menguasi dirinya.' gumam Vania sambil memandang langit-langit kamarnya.

Dan setelah kepergian Vania, motor Leo pun datang dibawa oleh supir pribadi dikeluarga ini. Leo pun masuk kedalam mencari keberadaan Dewi dan berpamit untuk pulang.

"Tante, aku balik pulang dulu, maaf ga bisa pamit ke Vania, sepertinya dia udah tidur." ujar Leo dan menjabat tabgan Dewi untuk bersalaman.

"Yaudah nanti tante sampein, kamu hati-hati ya dijalan, dan makasih udah banyak membantu keluarga tante." kata Dewi dan dibalas anggukan dan senyuman oleh Leo.

Leo pun keluar dari rumah Vania dan langsung mengendarai motornya keluar dari halaman rumah Vania. Hari ini, hari rabu dimana hari rabu ada balapan ditempat biasanya, Leo pun mengendarai motornya dengan begitu cepat agar bisa sampai di rumahnya? Dan Leo hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai dirumah. Leo mulai masuk dan berlari menuju kamarnya di lantai dua, sedangkan dilantai bawah, ada mama, papa dan juga kakaknya yang ia abaikan tanpa ia sapa. Mereka yang melihat Leo pun hanya diam tanpa kata namun hati nya begitu terluka.

Leo pun segera mandi dan berganti baju menggunakan baju santai namun elegan untuk mengikuti balapan itu. Setelah semua dirasa rapi, Leo pun kembali turun sambil bersiul dengam sedikit berlari, hampir saja Leo keluar selangkah dari pintu, namanya sudah dipanggil, mau tak mau Leo pun berhenti tanpa menoleh.

"Leo." ujar Reza dari araj jauh belakang Leo.

Leo pun hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab panggilan tersebut.

"Baru pulang, udah mau pergi lagi. Kamu pikir ini tempat apa? Wc umum? Ini rumah! Ini rumah, Leo!" ujar Reza dengan dengan membentak dan menggunakan suara yang keras.

Leo pun akhirnya berbalik dan bersedakap dada. "Saya sangat tau, kalau ini rumah. Tapi bisa kah anda tidak melarang saya ini itu lagi?"

Reza pun mulai geram melihat sikap anaknya yang makin hari makin seperti ini. "Dasar anak gak tau diuntung ya kamu! Sekarang juga, kamu pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali kesini lagi." bentak Reza sambil menunjuk wajah Leo.

Mendengar itu pun, dada Leo rasanya naik turun tak karuan, Hana yang mendengar itu pun langsung menangis sesenggukan. Leo pun kembali masuk kedalam kamarnya yang tidak tau apa yang akan dilakukannya. Dan juga, Leo mengurungkan niatnya untuk ikut balapan itu.

Reza pun sadar akan apa yang diucapkan keada Leo barusan. Reza langsung terduduk disamping Hana yang sedang menangis sesenggukan. Sedangkan Leo, dia sibuk memasukkan semua baju-bajunya dan barang-barang pentingnya kedalam koper dan tasnya. Ia sekarang benar-benar diusir dari rumah ini. Leo pun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga sambil membawa dua koper dan satu tas ransel.

Reza dan Hana hanya melihat Leo dengan keadaan menyesal, terutama Reza.

"Leo..." teriak Hana sambil berlari menuju arah Leo, namun Leo sama sekali tak peduli dengan itu.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang