Tiga Puluh

2.1K 77 0
                                    

Vania, Leo, Arsya dan kedua orang tuanya kini sedang berada di tempat penjualan apartemen. Leo yang selalu menemani dan membantu Vania dalam menjalankan kursi rodanya. Vania tak menyangka kalau Leo masih punya perasaan baik kepadanya.

"Van, lo disini dulu ya, sama bunda. Gue ayah sama bang Arsya lihat apartementnya." pamit Leo dan di angguki oleh Vania.

Sepergian Leo, Vania hanya diam dan melihat sekelilingnya tanpa harus berbicara. Vania bingung, perempuan yang bersamanya sekarang bukanlah mamanya Leo yang pernah ia temui dirumahnya. Lantas siapa perempuan ini? Dan kenapa Leo memanggilnya bunda dan ayah kepada suaminya perempuan ini? Begitu banyak pertanyaan yang ingin Vania tanyakan, namun selalu ia urungkan, takut kalau itu mengganggu privasi orang lain.

"Nama kamu siapa, nak?" tanya Margareth sambil mendekati Vania.

Vania pun melihat kearah Margareth sambil tersenyum manis.

"Bellvania, tan. Panggil saja Vania." jawabnya.

"Nama tante, Margareth. Kamu pacarnya Leo?" tanya Margareth dan itu berhasil membuat Vania terbelalak.

Vania gugup untuk menjawabnya. Bagaimana bisa, orang didepannya ini mengira dirinya adalah kekasih dari Leo? Ini sungguh dalam bahaya.

"Bu.. Bukan tan, saya hanya teman sekelas nya saja kok," jawab Vania jujur dengan nada kalut.

Margareth hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Vania telah mengalihkan pandangannya ke arah lain, sedangkan Margareth masih terus menatap Vania.

"Van, apa kamu kenal sama Leo sudah lama?" tanya Margareth akhirnya.

"Belum, Vania kenal semenjak sekelas sama Leo," jawab Vania dengan nada santai.

Jujur, Vania masih bingung dengan semuanya. Vania ingin menanyakan perempuan ini siapa? Dan siapa perempuan yang dulu dirumahnya Leo?

Margareth yang sedang melihat Vania merasa kebingungan pun, akhirnya tau apa yang membuat Vania kebingungan.

Sedangkan Leo, Arsya dan Johan pun sedang melihat isi apartemen yang ingin dibeli Leo. Setelah sesuai dengan keinginan Leo, apartemen pun langsung dibeli. Setelah semua pembayaran selesai, mereka pun kembali ke loby dimana Margareth dan Vania berada.

Johan berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Leo dan Arsya dibelakang.

"Le, cewek yang sama lo tadi siapa? Dia cantik," kata Arsya. Dan itu berhasil membuat Leo menaikkan darahnya.

"Dia temen sekelas gue. Iya dia cantik," kata Leo dengan nada dingin dan ketusnya.

Dan tak lama itu pula, mereka bertiga sampai di loby, dimana Vania dan Margareth berada.

"Gimana, Le? Apartementnya bagus? Sudab di beli atau cari ditempat lain?" tanya Margareth seusai mereka bertiga duduk di sofa loby.

Leo menyandarkan punggungnya di sofa dan mengusap wajahnya kasar.

"Sudah, bun. Kira-kira hajatannya buat merayakan apartemen kapan?" tanya Leo.

"Itu urusan nanti, sekarang kita makan. Kalian pasti udah lapar semua, bukan?" timpal Johan dan diangguki oleh semua kecuali Vania. Ya, Vamia hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Selama perjalanan dari loby sampai ke parkiran, Leo tetap setia mendorong kursi roda Vania. Dan sedikir bercanda yang selalu dilontarkan oleh Leo.

"Yah, bun, Leo pake mobil Leo sendiri aja. Soalnya Leo bawa anak orang. Buat lo, Sya, terserah lo ikut gue apa ikut ayah atau bunda," kata Leo ketika sudah berada di depan mobil.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang