Jam istirahat sekolah sudah terdengar setengah jam yang lalu. Tapi Vania sampai sekarang ia belum sadarkan diri, ia masih saja setia dengan pingsannya. Leo masih setia menemani Vania yang masih terlelap ini, semua teman Leo dan Vania pun heran dengan perubahan Leo yang begitu aneh ini, bagaimana tidak? Leo jelas-jelas membantu Vania padahal Leo selalu membully Vania.
Leo tak henti-hentinya mengelus dahi Vania dengan lembut yang itu semakin membuat teman-temannya penasaran. Apalagi Calista yang ratu kepo itu.
"Tumben amat lo sejak tadi ngepeduliin temen gue?" Tanya Agnes yang sudah gatal sejak tadi.
Leo merasa kalau pertanyaan itu tertuju padanya hanya menoleh kearah Agnes sekilas, "salah ya kalo gue peduli dengan dia?" Tanya Leo balik.
Siapapun yang berada disini ia bakalan langsung kicep setelah mendengar omongan Leo tadi, bagaimana tidak, omongan Leo meskipun sedikit tapi begitu menusuk. Kini area sekolah pun telah sangat sepi, bahkan hanya ada anak yang sedang mengikuti pelajaran olahraga saja dan mungkin sama anak-anak yang pergi ke toilet.
Pintu UKS terbuka dan muncullah Bu Hetty dari balik pintu tersebut. Bu Hetty masuk dengan wajah yang begitu gugup, bingung dan khawatir? Entahlah yang intinya ekspresi Bu Hetty nggak bisa di tebak begitu saja.
"Vania masih belum sadarkan diri?" Tanya Bu Hetty sambil berjalan mendekati ranjang Vania.
Calista, Agnes dan Bellva pun menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya. Entah rasanya ia sangat sulit untuk menjawab pertanyaannya dengan lisan.
"Kenapa kalian gak ngehubungi kakanya?" Tanya Bu Hetty yang berhasil membuat Calista, Agnes dan Bellva saling pandangan.
"Mau saya gitu bu, tapi Vania pesan kalau dia ada apa-apa jangan kasih tau kakaknya." Jelas Bellva sambil menggaruk tengkunya yang sama sekali tidak gatal itu.
Bu Hetty hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari Bellva. Setelah itu Bu Hetty memilih langsung pergi meningglkan UKS dan hanya ada Leo dkk dan juga Calista dkk.
"Guys gue masuk kelas dulu ya?" Pamit Bellva dan Agnes yang mendapat anggukan dari Calista.
"Yaudah sana kalian masuk." Usir Bastian sambil melambaikan tangannya sebagai tanda mengusirnya.
Setelah kedua cewek itu pergi, Vania masih sama, masih setia dengan tidurnya. Calista merogoh sakunya untuk mengecek jam dan siapa tau ada notif dari kakaknya Vania. Keadaan pun sekarang menjadi hening, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, sampai keheningan mereka buyar ketika mendengar rintihan. Vania sadarkan diri dan langsung memegangi pelipisnya yang masih terasa berdenyut. Dengan sigap Leo menahan tubuh Vania agar dia tidak bangun terlebih dahulu.
Vania yang menyadari keberadaan Leo langsung terdiam dan menurut apa kata Leo, serasa Vania sekarang terhipnotis olehnya. Setelah Vanai benar-benar terbaring lagi, Leo memutuskan untuk pergi dari UKS dan di susul oleh ketiga temannya itu. Sekarang hanya tinggal Calista dan Vania disini, mereka berdua masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Cal, kok dia bisa ada disini?" Tanya Vania akhirnya.
Calista yang mendengar pertanyaan Vania pun hanya menyengir saja, "entahlah gue gatau, Van, bahkan dia yang bawa lo kesini." Jelas Calista dan Vania hanya mengangguk-angguk mengerti.
'Aneh.' gumam Vania yang masih di dengar oleh Calista.
Tak lama itu pula Leo datang sambil membawa kantong keresek, tapi dia kesini sendirian, tanpa ketiga temannya itu.
Leo berjalan mendekati ranjang Vania, "Gimana keadaan lo?"
"Seperti yang lo liat." Balas Vania sambil mengendikkan bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...