Flashback On
Dulu sewaktu kecil Nevan berumur 7 tahun dan Leo berumur 6 tahun, Nevan mengidap penyakit yang menyangkut dengan nyawanya, ia terkena penyakit jantung koroner, sehingga ia harus mendapat cangkok jantung. Selama Nevan dibawa kesana kemari untuk berobat, Leo di tinggal sendirian di rumah sebesar itu dan hanya ada Leo, pembatu rumah tangga, satpam dan sopir. Sampai-sampai Leo merasa kalau dirinya sudah tak di anggap di keluarga ini. Orang tuanya hanya mengirimkan uang untuk biaya sekolah dan jajan Leo selama ia di tinggal oleh kedua orang tuanya untuk menyembuhkan kakaknya.
Sampai di puncaknya, Leo mendapat peringkat pertama di kelasnya dan mendapat beasiswa. Leo merasa dengan begini keuda orang tuanya akan bangga padanya, tapi kenyataan berkata lain, orang tuanya masih saja tidak memperdulikan itu. Setiap malam Leo selalu menangis dalam diam di kamarnya, ia selalu berpikir bagaimana keadaan kakaknya, apa sudah membaik atau semakin parah? Entahlah Leo tidak tau itu.
Setiap kali Leo menelpon kedua orang tuanya, orang tuanya selalu bilang kalau dia sedang sibuk harus merawat kakaknya dan selalu membentak Leo. Sampai Leo berumuru 10 tahun, Leo di jemput oleh orang tua Arsya dan Leo di rawat di rumah Arsya dengan penuh kasih sayang dari om dan tantenya itu.
Sudah sangat lama orang tua Leo berada di Singapura untuk mengobatkan kakaknya, tapi orang tua Leo juga tidak memperdulikan bagaimana keadaan anak bungsunya saat ini. Setiap malam Leo masih saja menangis dalam tidurnya, ia selalu berharap kalau dia akan mendapat telepon dari orang tuanya dan bilang bangga kalau mereka punya anak sehebat Leo.
Besok adalah hari di mana hari ulang tahun Leo yang ke 11 tahun dan besok adalah hari dimana pengambilan raportnya. Wali kelas Leo pun bilang kalau pengambilan raport kali ini harus di ambilkan oleh keuda orang tuanya, tapi bagaimana dengan Leo? Orang tuanya yang sibuk mengurusi kakanya berobat, wali kelasnya pun sudah tidak percaya lagi dengan omongan Leo.
Leo pulang dari sekolahnya sambil menatap nanar ke bawah, bagaimana caranya biar Leo bisa ambil raportnya? Pertanyaan itu selalu berputar di otaknya sampai Leo memasuki rumah om dan tantenya itu. Om dan tantenya yang melihat wajah Leo begitu sedih, mereka pun langsung memanggil Leo dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
Leo tak kuasa menjawab pertanyaan dari om dan tantenya, ia langsung menangis tersedu-sedu sambil terus setia menatap sepatunya yang sudah di bilang tak layak pakai. Om dan tantenya yang langsung paham dengan perasaan Leo, mereka langsung memeluk tubuh kecil Leo dengan penuh kasih sayang.
"Tante tau, besok hari ulang tahun Leo kan? Besok juga Leo ambil raport kan?" Tanya Retha—nya—Retha pun ikut menangis merasakan sakit yang Leo rasakan.
Leo mendengar itu semua hanya mengangguk sebagai jawabannya, Leo mendongakkan kepalanya dan mengusap air mata Retha dengan tangan mungilnya itu. Johan—omnya— melihat itu pun merasakan bagaimana perasaan seorang anak kecil yang di tinggal orang tua bahkan tidak dipedulikan lagi beberapa tahun.
"Bunda gak boleh nangis ya." Pinta Leo yang masih setia menghapus air mata Retha.
Retha hanya mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum tipis melihat Leo yang yang begitu pintar. Tak lama Leo beranjak dari kursi dan pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
****
Dan hari ini adalah hari di mana Leo bertambah umur dan pengambilan raport. Seperti biasa Leo setelah berpakaian rapi ia pun turun untuk mengikuti sarapan bersama. Kini dimeja makan sudah ada om, tante dan Arsya, Leo mulai duduk di antara mereka.
"Pagi ayah, bunda kak Arsya." Ucap Leo dengan begitu semangat.
Ayah, bunda, dan Arsya pun membalas ucapan Leo dengan begitu semangat juga. Senyuman di bibir Leo tak pernah pudar setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Novela Juvenil[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...