"Jika bisa diungkapkan, aku benci dengan waktu. Karna waktu, berhasil merubah segalanya, merubah perasaan, takdir, dan juga keadaan. Tapi, aku juga suka dengan waktu, karna waktu aku bisa merasakan, apa itu indahnya jatuh hati untuk yang pertama kali." Adayraa
___________________________________________Sore, ini aku dan keluargaku menuju ke Rumah Sakit terbesar dan terkenal di Singapore, guna menemui Dokter Charlos seperti yang mama kemarin katakan. Menggunakan kupluk dan menggunakan earphone mungkin itu yang menjadi hobi tambahanku sekarang.
Mendengarkan sholawat, dan lantunan ayat suci Al-Qur'an berhasil membuat hati ku sedikit tenang dan damai. Memang lantunan ayat-ayat suci tersebut sungguh ajaib buat umat-Nya. Seperti yang aku rasakan kali ini.
Mungkin bertemu dengan Dokter Charlos hari ini ada perkembangan, pikirku sejenak. Akan tetapi, tamparan kenyataan kembali menyerangku, bahwa semua itu hanya penenang belaka. Dan hanya penenang.
****
Pemeriksaanku bersama Dokter Charlos pun telah usai. Kini semua keluargaku masuk dan mulai berbicara bersama Dokter mengenai perkembangan penyakitmu dan keadaanku.
"Boleh aku juga ikut mendengar nya?" Pintaku dengan penuh harap kepada mereka.
Dokter Charlos pun memandang semua keluargaku meminta persetujuan akan permintaanku barusan. Dari tatapan mereka sangat jelas bahwa raut wajah mereka tampak berat untuk mengijinkan aku untuk mendengarkannya.
"Sekalipun kalian melarang, jika memang yang punya hidup lebih menyayangiku, kalian juga tak bisa melakukan apapun. Seberapa kata yang terlontar dari kalian juga pun tak bisa membuat aku seperti semula. Seberapa besar kalian mengeluarkan uang untuk berobatku, jika yang kuasa lebih sayang terhadapku, itu juga jalan yang terbaik buat kita."
Ucapku panjang lebar, dan berhasil membuat mama menunduk. Perasaan bersalah pun mulai menyelimuti hati kecilku, tapi ini memang kenyataan, bukan?
"Jadi izinkan aku untuk mendengarnya." Pinta ku sekali lagi kepada mereka.
Papa akhirnya menganggukan kepala sebagai tanda persetujuan. Aku pun tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tidak terlihat kalau itu tersenyum.
Dokter Charlos pun siap mengucapkan semua tentang kondisiku saat ini. Oiya, Dokter Charlos ini aslinya orang Indonesia, jadi setiap berbicara sama pasien yang asalnya Indonesia, beliau pasti menggunakan bahasa Indonesia.
"Keadaan Aldo semakin menurun, tidak stabil atau pun tetap. Seperti prediksi saya, hanya tinggal sedikit lagi. Biarpun Aldo melakukan operasi, jika Tuhan berkata tidak, kita harus ikhlas, pak, Bu." Jelas Dokter Charlos. "Jadi biar saya kasih obat, dan nanti saya bakal kerumah kalian sama perawat yang akan merawat Aldo dirumah." Lanjutnya.
****
Menunggu kedatangan Dokter Charlos pun sungguh melelahkan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil buku diary, syal, dan juga sebuah foto.
Memandang semua barang-barang didepan ku ini, sungguh menyayat hati. Entahlah, rasanya begitu perih melihat semuanya.
Melupakan rasa perih ini, aku pun menyobek selembar kertas dari buku diary ku. Menorehkan tinta pada kertas putih ini, sampai penuh. Rasanya, aku hanya bisa menyampaikannya lewat kertas ini, karna buat berbicara langsung pun, sudah tidak ada waktu lagi.
Usai menulis di kertas ini, Dokter Charlos dan satu orang perawat pun datang, buru-buru aku membereskan semua benda yang ada didepan ku. Diperiksa, lagi. Itulah yang dilakukan oleh Dokter Charlos kepada ku, tak lama, infus mulai dipasang. Menerima dengan ikhlas, itulah yang aku lakukan saat ini. Biarkan mereka melakukan apapun terhadapku, aku pun juga pasrah dengan adanya kuasa Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...