Sembilan Belas

3.2K 108 1
                                    

Hari ini sekolah Vania libur seperti biasa dan hari ini adalah jadwal Vania untuk mengambil resep di Rumah Sakit. Vania kali ini berangkat ke Rumah Sakit bersama mamanya.

Vania sungguh bosan harus meminum obat-obatan. Sudah hampir tiga tahun dia mengkonsumsinya, dan bahkan dia harus meminumnya jika sedang kambuh tidak peduli itu dimana dan jam berapa.

Sekarang Vania sedang perjalanan menuju rumah sakit untuk mengambil resepnya bersama mamanya. Kali ini Vania pergi kerumah sakit daerah, bukan rumah sakit spesialis, karna menyesuaikan dengan jadal kakaknya bekerja.

10 menit...

20 menit...

30 menit...

Dan sekarang Vania telah tiba di Rumah Sakit Daerah. Vania dengan rasa malas harus turun dan diikuti oleh mamanya. Vania sungguh malas jika ia harus ikut untuk mengambil resep dokternya, karna bagi Vania obat sama sekali ga ngaruh terhadap penyakitnya, jika Tuhan menakdirkan umatnya untuk pergi, kita sebagai umatnya bisa apa? Mencegahnya? Tidak bisa kan?

"Mah, Vania males ngantri panjang. Vania keruang bang Caraka, ya?" renge Vania kepada mamanya dan diangguki oleh mamanya.

"Jangan lari-larian. Bilangin abang mu, mama akan keruangannya setelah mengantri," teriak mamanya dan Vania berhanti sejenak lalu menghadap kebelakang dan mengangkat tanganya membentuk tanda oke.

Vania berlarian kecil melewati koridor rumah sakit ini dan menaiki lift untuk sampai keruangan kakaknya. Dan setelah lift terbuka, Vania langsung berlari menuju ruangan kakaknya yang kini sudah berada didepan mata. Dengan senang Vania berlari tanpa melihat sekitar dan

Brugh

Vania menabrak seseorang dan itu membuat Vania dan orang tersebut sama sama terjatuh. Dengan cepat Vania berdiri dan menjulurkan tangannya kepada seseorang tersebut dengan maksud meminta maaf.

"Maaf ya gue ga sengaja. Gue buru-buru," kata Vania. Dan seseorang tersebut pun berdiri sambil membersihkan bajunya, "maka---," omongan seseorang tersebut terhenti ketika mengetahui jika cewe didepannya in adalah Vania, dan Vania menarik tangannya kembali ketika Vania melihat jelas sesorang tersebut, ya dia adalah Leo.

Tanpa pamit, Vania kembali berlari menuju ruangan kakaknya dan langsung masuk kedalam tanpa mengetuk pintunya. Leo melihat Vania yang begitu terburu-buru pun sedikit ada rasa penasaran dilubuk hatinya, tapi Leo tidak ingin mengikuti Vania jika keadaan yang sangat tidak memungkinkan seperti ini.

Vania menemui kakaknya dengan nafas yang ngos-ngosan dan tidak teratur, Caraka yang menyadari itu pun langsung menyodorkan gelas berisi air putih kepada Vania.

"Ngapain sih kamu lari-larian?" tanya Caraka sambil mengelus punggung adiknya itu.

Vania meletakkan gelas tersebut disebelahnya, "Vania ingin bertemu abang. Dan tadi Vania sempet nabrak seseorang bang," cerita Vania.

Caraka mengerutkan keningnya, "siapa?" tanya Caraka.

"Dia temen Vania disekolah, bang. Di---" ucapan Vania terpotong ketika pintu ruangan Caraka terbuka dan mamanya pun masuk kedalam.

"Hai sayang," sapa Dewi kepada anak-anaknya.

"Hai ma," jawab Caraka dan Vania bebarengan.

"Keadaan Vania sekarang gimana, Rak?" tanya Dewi kepada Caraka.

Caraka pun langsung berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan menuju meja yang berisi berkas-berkasnya, dan Caraka mengambil satu berkas dengan map warna biru, di luar map ada nama yang tertera disana, ya namanya Bellvania Aerlyn Cintakirana.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang