Setelah insiden Leo yang akan dijodohkan, kini Leo begitu muak ketika melihat Nevan disekolah, bahkan rasanya ia ingin saja menghajarnya habis-habisan. Leo sekarang mulai dekat dengan Vania dan begitu pun juga dengan Vania.
Kini Leo berada dirumah Vania untuk sekedar main dan bercerita seperti biasanya. Bahkan, Leo bisa saja menginap dirumah Vania, tapi ia masih punya urat kemaluan.
"Van lo tau gak sih, sahabat lo sekarang deket sama temen-temen gue," cerita Leo kepada Vania
Vania yang mendengar berita itu, ia langsung kaget dan tanpa ia sadari, ia memegang tangan Leo dan mengguncangkannya. "Lah iya? Demi apa? Ceritaiin ke gue semua dong. Mereka gak ada cerita apa-apa sama gue masa." ucapnya dengan nada sedih.
Leo terkekeh melihat tingkah lucu Vania. Meskipun ia tomboy, tapi ia memiliki sisi dimana ia mamperlihatkannya di orang tertentu.
Dari arah belakang mereka, ada dua orang yang sedang memerhatikan interaksi dua sejoli. Dan dua orang tadi pun mengulas senyum yang belum pernah mereka tampakkan. Ya mereka adalah Varo dan Juga Caraka.
"Akhirnya Vania bisa nunjukin sisi lainnya di orang lain ya selain sama kita-kita," ujar Varo tanpa melepas pandangannya.
"Iya. Adanya Leo mungkin langkah awal buat Vania untuk merubah pemikirannya," jawab Caraka. "Semoga dengan adanya Leo, Vania mau jalanin operasinya." Lanjut Caraka.
Varo pun menepuk bahu Caraka ala cowok. "Mending kita pergi dari sini. Ga baik mata-matai adek sendiri." katanya dan meninggalkan tempat tadi sambil tertawa bareng Caraka.
****
Kini Margareth dan Johan pun sedang sibuk mengurus surat pengalihan hak asuh anak. Secepatnya, hak asuh Leo jatuh kepada Margareth dan juga Johan.
Sedangkan Reza, ia sibuk merencanakan planning ke dua untuk acara perjodohan Leo dan juga Keisha supaya tidak gagal lagi. Namun, kali ini Margareth dan Johan akan melangkah selangkah lebih cepat dibandingkan oleh Reza.
"Sya, bisa minta tolong telpon Leo sekarang?" pinta Margareth kepada Arsya.
Arsya pun dengan cepat menghubungi Leo agar ia cepat sampai dirumah dan masalah ini cepat kelar juga.
Dalam hitungan dering ke tiga pun sudah dijawab oleh Leo.
"...."
"Lo cepetan pulang sekarang disuruh mama. Urgent bro." tanpa menunggu jawaban dari Leo, Arsya langsung memutuskan sambungan sepihak.
Leo yang merasa ada hal yang harus diselesaikan, ia pun segera bilang ke Vania untuk pamit izin pulang. "Van, gue balik dulu, ya. Besok gue janji akan kesini lagi,"
"Jangan pernah berjanji kepada orang lain, kalau lo gak akan bisa menepatinya. Yaudah hati-hati kalau balik," tutur Vania dan hanya dibalas dengan senyuman oleh Leo.
Sepergian Leo, Vania hanya diam memandang hamparan taman dirumahnya. Ia selalu kepikiran tentang kehidupannya. Ia tak bisa mengikuti amanat dari Aldo. Dan ia pun juga tak bisa terus-terusan seperti ini, menyusahkan orang-orang sekitarnya. Sedih? Tentu saja.
Selama diperjalanan, Leo gelisah, ada apakah Arsya menyuruhnya pulang dan dia bilang apa? Urgent? Mengingat kata itu, kecepatan motor Leo pun semakin meninggi untuk segera sampai dirumah. Dan tibalah Leo dirumah, dengan tergesa, ia pun masuk kedalam dengan keadan yang ugh tak bisa dijelaskan lagi.
"Bunda, Ayah, Arsya," teriak Leo dari arah pintu dan berjalan menyusuri dalam rumah.
Dan sampai di ruang keluarga, disanalah keberadaan mereka. Leo langsung menghembusan napas lega, dan langsung menghampiri mereka dan bersalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...