Vania kini sedang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Ya Vania sedang berada dirumah sakit, karna kemarin malam dia pingsan.
Vania tak perlu berhari-hari disini, karna Vania hanya kehabisan obat dan ia lupa untuk membelinya. Caraka juga tidak tau kalau obat adiknya sudah habis.
Vania hanya menunggu cairan infusnya habis dan dia bisa pulang kerumah. Orang tua Vania begitu cemas ketika melihat Vania tak sadarkan diri.
"Bang, Vania boleh pulang hari ini kan?" tanya Vania. Dan Caraka mengangguk sebagai jawabannya.
Calista dkk tidak begitu cemas ketika tau Vania tidak masuk sekolah, karna dari dulu ketika Vania bertanding dia selalu tidak sekolah pada hari berikutnya. Dan seperti sekarang ini, tapi nyatanya untuk sekarang ini pikiran Calista tidak benar, Vania tidak masuk sekolah karna ia sakit.
"Sepi ya gak ada Vania," bisik Agnes kepada Calista dan diangguki olehnya.
Bel istirahat pun berbunyi dan tersebgar seantero sekolah, seluruh siswa siswi pun berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin, lapangan dan juga perpus. Namun tidak dengan Calista dkk, mereka masih setia didalam kelas, karna begi mereka gak ada gunanya jam istirahat keluar kelas kalau ia sudah membawa bekal dari rumah.
Dan ketika Calista melihat sekitar dalam kelas, dibangku belakang masih ada Leo dkk yang hendak berjalan keluar. Calista langsung memalingkan pandangannya kearah lain.
"Le kantin yok, laper gue." ajak Carel sambil mengusap-ngusap perutnya itu.
"Kalian jalan dulu aja, ntar gue nyusul," kata Leo dan diangguki oleh ketiga temannya itu.
Setelah teman-temannya keluar kelas, Leo mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. Ia mencari sebuah kontak untuk menanyakan sesuatu, dan setelah ketemu ia menemukan kontak tersebut, ia langsung mengetikkan sesuatu disana dengan berjalan keluar kelas, ia pun hanya terfokuskan pada ponsel dan tidak taua kalau didepannya ada orang.
Bruk
"Kalau jalan pake lihat-lihat dong," omel orang tersebut.
Leo merasa menubruk seseorang, ia pun langsung menngadahkan kepalanya dan orang yang dia tabrak adalah Agnes sahabat Vania. Leo tak memperdulikan ocehan Agnes dan ia kembali melanjutkan jalannya.
Leo pun berjalan melewati koridor sekolah untuk sampai ke kantin. Selama ia berjalan dikoridor sekolah, banyak pasang mata yang mencuri pandang ke Leo. Tapi, Leo hanya cuek dengan semua tatapan itu.
'Yes. Gue bisa date sama dia,' gumam Leo selama berjalan melewati koridor.
Sesampai dikantin, Leo mengedarkan pandangannya untuk mencari ketiga temannya itu, setelah mata Leo tertuju pada meja paling pojok, ia pun langsung berlalri menghampiri meja tadi.
Brak...
Siapapun yang berada disini pasti sangat terkejut dengan sikap Leo barusan, tapi siapapun itu sudah terbiasa kalau mendengar suara itu, karna bagi mereka itu adalah ciri khas dari Leo dkknya. Setelah menggebrak meja Leo pun langsung duduk dan menyeruput minuman yang ada dimeja ia tak peduli itu punya siapa yang terpenting bagi Leo adalah tenggorokannya terisi oleh air.
"Tumben muka lo ga cemberut," kata Axel sambil mengunyah makanannya.
"Ya karna gue nanti mau jalan," jelas Leo jujur yang itu membuat ketiga temannya tersedak.
Leo yang melihat ketiga temannya tersedak pun mengerutkan kening kebingungan. Bagaimana bisa mereka bertiga tersedak barengan gitu? Kan Leo cuma menjawab sesuai fakta, apa salahnya?
"Lo jalan sama nyokap lo?" tanya Bastian setelah meneguk minumannya.
"Lo udah baikan sama mereka?" kini Carel pun ikut menimpali omongan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...