Tiga Puluh Empat

1.7K 77 6
                                    

Ini adalah hari ke dua Vania di Rumah Sakit saat menjalani kemo yang entah keberapa ini. Seberapa Vania mengeluh pun hasilnya juga sama, sama-sama monoton kalau tidak Vania sendiri yang akan merubah kehidupannya.

Vania kali ini ingin pergi ke taman hanya untuk sekedar mencari udara dan juga ngurangin rasa suntuk. Vania pun dengan setia ditemani oleh mamanya dan juga Varo. Dan selama Vania perjalanan menuju koridor, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka, dia ragu apa benar yang diliatnya itu Vania atau bukan.

Nicholas pun mengikuti kemana arah jalannya Vania, dan setelah dekat ternyata benar itu Vania. Dengan langkah yang sedikit di perbesar, Nicholas langsung menghampiri Vania dengam wajah datarnya.

Melihat kedatangan Nicholas yang tiba-tiba ini, membuat Vania kaget dengan berbagai macam perasaan dan pikiran.

"Ini Nicholas adiknya Aldo?" tanya Vania, dan tangan Vania tak lepas dari lengan kekar Nicholas.

Nicholas yang mendapat pertanyaan itu pun hanya diam membisu dan masih lekat memandangi Vania dengan tatapan sendu dan juga sedih. Keadaan Vania tak kalah menyedihkan dengan Aldo, tapi disini Aldo lah yang paling parah dibanding Vania.

Vania yang melihat Nicholas melamun pun akhirnya melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Nicholas. "Eh iya, Van?"

"Lo kenapa? Lo adeknya Aldo kan? Kenapa lo bisa disini?" serbu Vania dengan berbagai macam pertanyaan.

Nicholas pun jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Vania, "iya, gue adeknya Aldo. Karna gue disini nemenin dia, dan dia sekarang mau ketemu sama lo. Katanya, dia kangen sama lo, Van."

Mendengar pernyataan dari Nicholas, Vania tak bisa membendung air matanya, dia sendiri pun juga begitu kangen dengan sosok Aldo. Kini keadaan yang membuat mereka susah untuk bertemu. Dulu, tempat yang susah untuk mereka bertemu, sekalinya bertemu ada saja penghalang yang mengakibatkan pertemuan itu menjadi susah, lantas setelah ini penghalang apalagi yang akan membuatnya susah untuk bertemu dengan sahabatnya itu?

"Nich tolong anterin gue ketemu sama Aldo," lirih Vania sambil menggoyangkan tangan Nicholas.

Dewi dan Varo menyaksikan itu semua pun merasa sangat sedih juga, karna selama di Rumah Sakit Aldo lah yang selalu menemani Vania sebelum jarak memisahkan mereka. Meskipun mereka berdua sama-sama lemah, namun mereka tetap tegar dan seakan tak pernah punya penyakit sedikit pun.

Nicholas pun menatap Dewi dan juga Varo meminta persetujuan untuk ngajak Vania bertemu sama Aldo. Dua orang yang ditatap pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan.

Setelah mendapat persetujuan, Nicholas langsung mendorong kursi roda Vania kembali masuk kedalam Rumah Sakit untuk menemui Aldo. Selama di koridor, Vania tak henti-hentinya meneteskan air matanya, yang Vania rasakan sekarang itu sedih, takut, iba semua perasaan bercamput jadi satu.

"Nich, Aldo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Vania lirih, namun masih terdengar oleh Nicholas.

Mendengar pertanyaan itu, Nicholas tersenyum kecut meskipun tak terlihat oleh Vania. "Nanti lo lihat sendiri aja gimana keadaannya."

"Dia gak baik-baik aja, Van. Dia lemah, dia makin parah, gue gak tau dia akan masih kuat atau tidak. Tapi gue hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik buat abang gue." lanjut Nicholas dalam hati.

Sampailah mereka di depan ruangan dimana Aldo terbaring. Tangisan Vanua semakin menjadi-jadi, Nicholas yang menyadari itu pun menenangkan Vania. Setelah cukup tenang, mereka pun masuk kedalam ruangan tersebut.

"Aldo," panggil Vanua lirih sambil mendekat ke arah Aldo.

Aldo yang merasa terpanggil pun mengulas senyum ke arah Vania. "Van, sini deh gue kangen banget sama lo," titah Aldo.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang