Dua puluh tujuh

2.5K 89 0
                                    

Leo merasa bosan diapartemen yang begitu besar ini. Akhirnya Leo memutuskan untuk mengabari teman-temannya untuk diajaknya ke mall untuk sekedar main time zone atau nonton bioskop. Setelah teman-teman Leo setuju dengan ajakannya, Leo pun langsung berganti pakaian santainya. Dan Leo pun langsung menuju ke Mall yang sudah ia janjikan tadi.

Sesampainya Vania di rumah Aldo, Vania disambut hangat oleh mamanya Aldo. Namun Aldo tidak terlihat sama sekali ketika Vania masuk ke rumahnya.

Vania pun menjabat tangan mamanya Aldo dan berpelukan sebentar sebagai pengobatan rasa kangennya.

"Aldonya ada tante?" tanya Vania akhirnya.

"Ada. Sebentar tante panggilkan dulu." dan mamanya Aldo pun langsung pergi. Vania memilih untuk duduk di sofa.

Tak lama itu pula, Aldo dan mamanya pun mendatangi Vania dengan keadaan Aldo duduk dikursi roda dan bantuan bernafas. Vania melihat itu rasanya ia tak bisa gerak, Vania langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tanpa sadar air matanya sudah membasahi pipinya.

"Tante tinggal dulu ya." pamit mamanya Aldo.

"Vania," sapa Aldo sambil tersenyum.

Mendengar suara Aldo yang begitu parau, Vania langsung menghampirinya dan memeluknya erat. Vania menangis dalam pelukan Aldo, Vania tak berbicara sekata pun.

"Kenapa nangis, Van? Gue gapapa kok, jangan nangis ya, gue ga bisa lihat cewe secantik lo nangis," kata Aldo menenangkan.

Vania pun melepaskan pelukannya dan tersenyum sedikit. Vania begitu sedih melihat keadaan Aldo yang seperti ini. Aldo pun berusaha menghapus air mata Vania. Bagi Aldo, Vania adalah wanita yang begitu tegar dalam menghadapi apapun.

"Do, lo netep di Indonesia terus kan? Gue kangen tau sama lo," ucap Vania sesekali memanyunkan bibirnya.

Aldo pun tersenyum dan mengusap puncak kepala Vania, "iya, Vania. Gue netep di Indonesia kok, ga pergi-pergi lagi,"

"Nah gitu dong. Eh btw, lo kenapa lagi? Kan kemaren lo gapapa?"

Mendapat jawaban itu, Aldo tak tau harus jawab apa, apa iya harus jujur, atau berbohong untuk kali ini?

"Emm anu gue susah nafas, akhirnya tadi pagi gue ke Rumah Sakit Dharmais buat check up eh taunya surub pake ini dan juga gue lemes banget tadi," jujur Aldo akhirnya.

"Ish kenapa ga bilang sih, Do. Suka bener bikin gue sedih," cibir Vania.

"Iya iya maaf little girl," Vania selalu blush kalo di panggil itu sama Aldo, karna cuma dia yang manggil seperti itu.

Dan saat itu juga, kepala Vania mulai terasa sakitnya, Vania berusaha menahannya sampai ia dirumah nya. Dan Vania pun memutuskan pamit dan berlalu pulang.

"Do, gue balik pulang dulu ya, jaga diri baik-baik, makan sama minum yang bayak biar ga kurusan, jangan lupa minum obat, ke Rumah Sakit juga harus rutin. Love you." tutur Vania dan mencium pipi Aldo sekilas, itu semua sudah menjadi kebiasaan Vania bersama Aldo.

"Iya, Bellvania. Lo juga ya, love you too." jawab Aldo dan balik mencium pipi Vania.

Dan Vania pun berjalan keluar rumah Aldo sedikit tergesa-gesa. Aldo tau kalau Vania seperti itu yang berarti kepalanya kembali sakit dan dia harus minum obat kalau nggak ke rumah sakit.

Sesampainya Vania masuk di mobil, Vania pun mengeluarkan isi tasnya untuk mencari obat yang selalu ia bawa. Dan ketika ketemu, hanya tinggal botolnya, obatnya habis.

"Shit." umpat Vania.

Akhirnya Vania mencari obatnya disekitar mobilnya, biasanya obat cadangan ada di mobil dan setelah mencari cukup lama, akhirnya obat nya pun ketemu, dan Vania langsung meminumnya.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang