Dering alarm telah berbunyi nyaring, Vania merasa terganggu dalam tidurnya karena dengar suara alarm yang terus menerus. Sampai akhirnya Vania memutuskan untuk bangun dan mematikan alarmnya. Betapa terkejutnya Ketika mematikan alarm dan jam sudah menunjukkan pukul 06.30 yang artinya setengah jam lagi masuk sekolah.
Ia pun segera melakukan rutinitas di pagi hari, setelah selesai dengan ritual air, Vania pun segera mencepol rambut dan mengenakan aksesorisnya. Setelah semua dirasa siap, Vania dengan segera turun ke bawah dan suasana rumah sudah sangatlah sepi. Tanpa mencari siapapun, ia segera menyambar roti yang berada di meja makan dan langsung keluar rumah.
Ia mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata yang membelah ramainya jalan Ibukota ini.
Tak memakan waktu lama, sampailah ia di pekarangan sekolah yang sangat luas ini, lebih tepatnya di pekarangan belakang sekolah. Vania memarkirkan motor dengan rapi. Merapihkan tampilan dan sesegra mungkin memasuki area sekolah melewati koridor sekolah dengan menenteng tas, lengan baju di lipat, dengan pandangan lurus kedepa. Siswa di koridor ini pun menatapnya dari atas sampai bawah.
'Eh tomboy'.
'Belagu banget.'
Dan masih banyak lagi. Namun, bukan Vania yang tak menghiraukan ucapan mereka, ia hanya menggelengkan kepala dan Kembali melanjutkan jalannya.
Selama Vania berjalan melewati koridor, banyak omongan-omongan tentangnya. Namun Vania tak meresponnya sama sekali. Sesampainya Vania di kelas mata Vania langsung tertuju pada bangku bagian belakang. Ya, itu adalah bangku Leo dan teman-temannya. Vania teringat perdebatannya kemarin dengan Leo yang tak berujung habis.
'Gue tetaplah gue, gak akan bisa jadi seperti mereka,begitu pula dengan mereka. Penilaian orang emang pertama kali pasti dari luar.' Gumamnya sambil berjalan menuju bangkunya.
Baru saja Vania mendaratkan pantatnya, suara itu menggelegar seisi ruang kelas ini, yang benar saja, mereka—Belva, Agnes, Calista— teriak-teriak. Hal yang menjadi kebiasaan mereka akhir-akhir ini.
Vania pun segera beranjak berdiri dan membungkam mulut Agnes dan Calista dengan tangannya.
"Kalian jangan teriak-teriakan, bisa?" Tegur vania dengan kata yang penuh dengan tekanan.
"Eh sorry Van," ucap Agnes dengan senyuman kecil terlintas dibibirnya. Vania hanya memutar bola matanya malas dan kembali berjalan menuju bangkunya.
"Lain kali kalian kayak gitu lagi, gue ga akan ngajak kalian jalan-jalan lagi." Ancam Vania dengan enteng.
"Serah lo, Vania." Ucap Calista dengan pasrah, karena Vania tak pernah main-main dengan ucapannya itu.
"Hm." gumam Vania seraya mengambil benda persegi dari dalam tasnya. Vania pun terfokus dengan benda tersebut.
Vania terlonjak kaget ketika di dengarnya suara dari Bu Diyah, lagi-lagi Leo dkk yang dateng telat. Vania pun menutup novel nya dan memasukkannya kedalam tasnya.
Setelah Bu Diyah menyuruh Leo dkk pergi ke ruang BK, pelajaran pun kembali dilaksanakan seluruh kelas dengan hening.
Satu jam pelajaran bu Diyah telah berjalan, masuk lah Leo dkk ke kelas dan itu membuat cewek seluruh kelas menatapnya sambil menganga, terkecuali Vania, Agnes, Calista dan Belva.
Jam pelajaran pun berlanjut sampai tak terasa bel istirahat pun telah berbunyi. "Sekian dari pelajaran saya, Selamat pagi." ucap bu Diyah langsung beranjak dari kursi dan berjalan keluar diikuti seluruh siswa kelas ini.
Mengingat ini jam istirahat, Vania dkk segera pergi ke Kantin untuk sekedar membeli minum atau makan. Selama berjalan menuju kantin, banyak yang menatap Vania dkk dengan tatapan tak sukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...