Dua puluh sembilan

2.2K 83 17
                                    

Sore pun telah tiba, dimana Agnes, Bellva dan juga Calista sudah berada di dalam ruangan rawat Vania. Mereka tertawa bersama ketika ada lelucon yang di lontarkan.

"Van, lo tau, tadi si Nevan nyamperin ke kelas terus di gruduk tuh sama temen-temennya Leo," Calista mulai bercerita tentang tadi pagi.

Vania sedikit tertarik oleh cerita yang diceritakan oleh Calista. Vania mendengarkannya dengan jernih ceritanya.

"Kenapa teman-temannya Leo gruduk Nevan? Emang mereka punya masalah?" pancing Vania.

Calista pun memakan camilan yang ada ditangannya sebelum ia melanjutkan ceritanya.

"Mana gue tau, Van. Tapi ya, seakan-akan Nevan sama teman-temannya Leo itu musuh bebuyutan," lanjut Calista. Mendengar itu, Vania merasa ada sangkut pautnya dengan Leo.

Tak lama itu, handphone Vania berdering pertanda ada notif line masuk. Vania pun mengambil handphone daru atas nakas. Dan mulai menarikan jari jemarinya dia atas sana. Senyum kecil mulai menyungging di bibir manisnya ketika membaca pesan line tersebut.

[Line]

Adeleo O. : Van, sorry ya gue gak bisa kesana sekarang, masih ada urusan yang harus gue selesein. Tapi gue janju setelah semua selesai gue bakal ke tempat lo kok. Jaga diri ya :)

Belvania A : Iya, Le :)

Setelah merasa pesannya telah terkirim, Vania kembali meletakkan handphone tersebut ke atas nakas seperti semula.

*****

Leo pun merasa tak betah didalam rumahnya ini. Sekarang dia di duduk kan di ruang keluarga yang ada mama papanya dan juga Nevan.

Leo pun dengan penampilan rapi nya mau tak mau ia harus duduk karna paksaan orang tua nya. Dalam hati, Leo menggerutu sumpah serapah buat mereka, karna bagi Leo, semua sudah jelas bahwa ia tak pernah ada di dunia ini, yang ada bagi mereka adalah cuma satu Nevan.

"Ada yang perlu kalian sampaikan apa sampao-sampai saya harus di duduk kan seperti ini? Saya tidak punya waktu lama disini, saya harus be-ker-ja," kata Leo dingin dan menkankan kata bekerja di depan keluarganya.

Mendengar penuturan itu, Hana dan Reza kaget setengah mati, bagaimana tidak, selama ini anaknya Leo bekerja untuk mencari uang buat kebutuhannya.

"Kamu kerja? Kenapa? Tiap bulan papa selalu transfer ke ATM kamu, masih kurang?" cecar Reza. Dan cecaran itu membuat Leo semakin panas dan gencar untuk membantahnya.

"Saya cukup tau itu. Dari kecil kalian selalu mengirim uang kepada saya untuk jajan dan biaya sekolah. Tapi kalian harus tau, saya tidak pernah pake uang dari kalian serupiah pun. Dan uang dari kalian masih anteng di dalam ATM." sergah Leo menyanggah omongan Reza.

Reza mengerutkan keningnya mendengar penuturan Leo barusan. Sedangkan Hana hanya bisa menutup mulutnya untuk menahan tangisannya.

"Terus kamu sekolah pake biaya dari mana? Makan uang dari mana? Jajan uanh dari mana?" cecar Reza untuk Leo agar jujur.

Mendengar pertanyaan yang mengasikkan bagi Leo, ia pun tersenyum miring sebelum ia menjawab.

"Pertanyaan yang bagus," jawab Leo. "Biaya sekolah? Kalian tidak tahu? Selama saya SD sampai SMP saya selalu dapat beasiswa dari sekolah, jajan? Saya tidak pernah jajan selama sekolah, makan? Uang hasil keringat saya sampai sekarang." lanjutnya dan itu berhasil menohok hati nya Reza dan juga Hana.

Setelah mengutarakan jawaban itu, Leo langsung bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan tempat panas tersebut.

"Leo, kamu mau kemana? Papa belum selesai bicara." teriak Reza dan langsung berlari mengejar Leo.

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang