Dua puluh dua

2.5K 105 9
                                    

Pagi ini Leo baru sampai rumahnya, ia langsung berjalan menuju kamarnya. Ketika ia hendak masuk kedalam kamar, tangan Leo dicekal oleh seseorang dan mau tak mau Leo harus menoleh kearah orang tersebut, dan dia adalah Nevan.

"Ngapain lo?" tanya Leo sambil menghentakkan tangannya.

"Jangan cari masalah ya sama gue, gue capek baru pulang!" bentak Leo kepada Nevan.

Nevan masih saja menatap adiknya tanpa tau apa yang ada dipikirannya Leo. Nevan tak tau bagaimana caranya ia tanya kepada Leo tentang kejadian kemarin sore.

"Lo jangan pernah deketin Vania, dia cewe gue!" bentak Nevan akhirnya, ketika Leo hendak menutup pintu kamarnya.

Leo melotot mendengar pernyataan Nevan barusan, "apa? Ga salah denger gue?" tanya Leo sambil menggosok telinganya.

Nevan mendengar itu pun merasa dirinya diremehkan, tanpa aba-aba Nevan mendaratkan pukulannya tepat disudut bibir Leo. Dengan spontan, Leo kaget ketika ia dipukul dengan begitu kerasanya.

Reza yang melihat kejadian itu spontan ia langsung marah terhadap kedua anaknya itu.

"Ikut papa kebawah juga sekarang!" bentak Reza kepada kedua anaknya itu.

Nevan pun mengikuti perintah dari papanya itu dan turun kebawah, berbeda dengan Leo, dia lebih memilih masuk kamar untuk bersih diri sebelum ia akan kembali ke rumah sakit. Nevan sudah berkeringat dingin ketika papa nya sudah menyuruhnya untuk kebawah dengan omongan dingin.

Sesampainya mereka di bawah, Reza langsung duduk di sofa dan disusul oleh Nevan, sedangkan Hana hanya menyaksikan saja.

"Mana Leo? Sudah dibilang suruh ke bawah masih saja masuk kamar, dasar anak tak tau di untung!." kata Reza sambil menggebu-gebu.

Prok....

Prok....

Prok....

Leo datang sambil bertepuk tangan dan tersenyum, "memang saya bukan anak yang tau di untung, selain itu juga saya tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang orang tua dan bahagianya punya keluarga!." kata Leo sambil menekankan kalimatnya yang akhir.

Setelah mengucap kata-kata pedas itu, Leo langsung pergi meninggalkan ruang keluarga ini, dan sepeninggal Leo Hana, mamanya, nangis tersedu-sedu melihat Leo yang begitu dingin terhadap keluarganya. Reza pun mengejar Leo kedepan, dan Nevan membantu mamanya berjalan untuk mengikuti Reza.

Reza langsung mencekal tangan Leo ketika jarak mereka sudah dekat, Leo yang merasa tangannya dicekal pun dengan cepat ia menghentakkan tangannya.

"Ada apa lagi?" tanya Leo dingin dan tanpa berbalik

Reza mendengus kesal mendengar jawaban Leo yang begitu dingin itu, "kamu mau kemana? Gak sekolah?" tanya Reza akhirnya.

"Sekolah atau tidak, itu urusan saya," jawab Leo, dan masih dengan kedinginannya.

Nevan dan Hana pun mendengar semua percakapan itu, Hana pun menangis lebih deras dibandingkan yang tadi. Reza mendengar isakan tangis sang istri pun akhirnya menenangkan istrinya sejenak. Leo merasa ia tak akan diajak bicara lagi pun akhirnya ia melanjutkan jalannya menuju motornya, dan ternayta Reza sama Nevan mengikuti nya dan menghalangi jalan Leo.

"Kamu gak sekolah, apa kamu ga kasian sama papa yang sudah membiayi kamu sampai sekarang?" tanya papnya dengan sedikit bentak dan langsung mencabut kunci motor Leo.

Leo langsung melepas helmya, "apa? Membiayi saya sekolah? Sejak kapan? Saya sekolah gak pernah memakai uang anda sepeser pun, saya selalu mendapat beasiswa. Uang anda yang setiap satu bulan anda kirim ke saya dibawa sama tante Margareth," katanya. "Dan sekali lagi, anda gak berhak ambil kunci motor saya, karna saya beli motor dan mobil hasil jerih payah sendiri."

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang