Semenjak kejadian malam itu, kini kedekatan Vania dan juga Leo semakin dekat. Bahkan hari ini mereka akan pergi berlibur menghabiskan akhir pekan mereka.
Bukan hanya mereka berdua, akan tetapi bersama sahabat-sahabat mereka. Mereka akan pergi ke salah satu pantai yang ada di kawasan puncak.
Kabar baik sungguh buat Vania, kini Vania sudah diperbolehkan tanpa menggunakan kursi roda lagi. Tapi seorang Leo tetap berada dipendiriannya, ia tetap membawa kursi roda Vania buat jaga-jaga ditengah liburan.
Dengan cekatan, Vania membereskan semua keperluan yang ia butuhkan selama liburan ke Pantai bersama Leo dan teman-temannya. Entahlah, hari ini rasanya Vania merasa senang akan pergi berlibur bersama mereka, lebih tepatnya bersama Leo. Senyum-senyum, bersiul, menghayal, itulah yang dilakukan Vania kini.
Melihat pantulan dirinya di cermin besar, ia terkikik geli, seakan banyak kupu-kupu beterbangan di seluruh anggota tubuhnya. Aneh memang, kekuatan kasmaran begitu kuat untuk seorang.
****
Selama perjalanan menuju pantai, Vania tak henti-hentinya bernyanyi bareng sama Leo di dalam mobil. Kebetulan, satu mobil berisi cewek dan cowok, jadi mereka sekarang ada empat mobil.
Tak lupa, Vania hanya memakai kaos polo, celana jeans selutut dan sepatu Vans nya. Rambut yang selalu ia tutupi dengan sebuah kupluk warna biru muda.
Sesekali Leo melirik tingkah Vania dan itu berhasil membangunkan sesuatu yang ada didalam perutnya. Entahlah, susah di deskripsikan memang.
"Oiya, Van. Tadi bunda bawain gue roti bakar nih, katanya dimakan sama lo, gitu. Mau gak?" Ucap Leo disela Vania sedang asik bernyanyi.
"Lo ganggu gue nyanyi, sumpah. Ini lagu favorit gue. Jadi Lo diem dulu, yes!" Ucap serta perintah Vania untuk Leo.
Leo yang mendapatkan perkataan itu pun hanya bisa tertawa dan tangannya terulur untuk mengusap kepala Vania bekali-kali.
Now I wish we never met
Cause you're too hard to forget
While I'm cleaning up your mess
I know he's taking off your dress
And I know that you don't
But if I ask you if you love me
Hope you li-li-li-lie
Lie to me
Lirik demi lirik berhasil Vania nyanyikan sampai habis, dan ia pun tak menolak apapun perlakuan Leo terhadapnya, dari mengelus kepalanya, memegang tangannya erat, mencium punggung tangannya. Musik pun berhenti dengan sendirinya, dan itu membuat Vania berhenti dari kegiatan nyanyinya.
"Tadi Lo bilang apa? Bunda bawa roti bakar?" Tanya Vania dan menatap Leo sepenuhnya.
Leo yang ditatap seperti itu pun menjadi salah tingkah, ia gelagapan, ia bingung, seketika otaknya menjadi lama untuk merespon. Sungguh aura Vania membuat Leo tersengat.
Vania yang menyadari perubahan Leo pun, ia melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Leo. Seketika, Leo mengedipkan matanya dan menyengir kuda.
"Kenapa, Le? Gue kan tanya tentang omongan Lo tadi, apa bener? Bunda bawain roti bakar?" Ulang Vania.
Tanpa menjawab, Leo langsung menepikan mobilnya dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya yang berada di jok belakang. Dan benar, dia mengambil satu kotak makan yang berukuran sedang.
"Nih buat Lo, buka aja." Kata Leo sambil menaruh kotak makan diatas paha Vania.
Vania yang mendapatkan itu pun tersenyum sumringah, dan tanpa berbicara apapun lagi ia membuka kotak makan itu. Sungguh berbinar terpancar dari mata indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...