Tiga Puluh Sembilan

1.4K 61 3
                                    

Setelah meraih kemenangannya dalam sidang tadi, kini keluarga Johan disibukkan dalam Apartemen baru Leo. Yang hari ini akan resmi ditempati dan juga mengadakan tasyakuran atas kemenangan dan juga Apartemen ini.

Tak lupa, kini Vania semakin akrab dengan Margareth dan juga Johan. Bahkan mereka merasa cocok saat ngobrol bareng.

"Jadi, kamu kenal sama Leo itu barusan? Dan Leo pertama kenal kamu nyebelin?" Tanya Margareth dengan diakhiri tawanya yang menggelegar.

"Iya, Tante. Dulu tuh Leo iseng banget tapi, gatau kenapa sekarang bisa berubah kayak gitu." jawab Vania dengan raut wajah bingung melihat sikap Leo yang akhir-akhir ini berubah.

Bahkan, Margareth, Johan, Arsya dan juga teman-temannya pun juga kaget dengan perubahan Leo yang begitu drastis. Padahal, Leo yang mereka kenal itu, tidak peduli dengan sekitar, apalagi dengan seorang cewek.

Tapi, mereka semua tidak tau apa penyebab Leo berubah seperti sekarang ini, yang jelas jawabannya cuma satu, yaitu dengan hadirnya Vania dan juga keberanian Vania melawan setiap omongannya. Klasik, bukan? Tapi itulah kenyataannya.

"Bunda, Leo pergi dulu ya. Ini barang-barangnya Leo juga udah tertata rapih, kan? Jadi sekarang Leo mau pamit pergi dulu jemput temen sekalian beli sesuatu," pamit Leo seraya mencium pipi bundanya dengan sayang. "Leo titip ratunya Leo, ya".

Margareth mendengar kata-kata ratu sudah pasti itu ditunjukkan kepada Vania. Siapa lagi cewek disini selain Vania?

Margareth pun tertawa mendengar perkataan Leo tadi, "iya iya, ratunya bakal bunda jagain."

Vania pun mendengar itu hanya bisa diam, tapi tak bisa dipungkiri, kalau Vania juga merasa senang akan perlakuan Leo dan kata-kata ratu yang ditunjukkan kepada Vania.

****

Kini Leo berada dikediaman Demas, tak ada maksud lain selain mengundang mereka dalam acara syukuran apartemennya yang baru. Yang jelas, rencana ini tidak diketahui oleh siapapun, apalagi Vania.

Bahkan Leo sendiri tidak tau kenapa ingin sekali mengundang keluarga Vania dalam syukuran ini, yang ada dipikirannya hanya satu, ingin lebih dekat lagi dengan keluarga Vania. Leo juga tidak tau kenapa, ia bisa dipercayai oleh keluarga Demas untuk menjaga Vania, selalu.

Bagi Leo, ini sungguh diluar nalarnya, bahkan dia saja tidak tau kenapa dirinya bisa berubah karna hadirnya Vania. Tapi tanpa dipungkiri, Leo juga mengakui, jikalau Vania beda dari cewek-cewek yang lainnya.

Dalam keadaan hening didalam rumah yang cukup besar dan mewah ini, Leo merasa adanya kedamaian dan  keharmonisan dari keluarga ini, rasanya beda sekali sama keadaan rumahnya sewaktu serumah dengan Reza, rasanya panas, hampa, sepi dan itu semenjak beberapa tahun yang lalu.

"Le," sapa Caraka.

Leo yang melamun pun ia langsung terlonjak kaget, "eh bang Raka,"

Caraka yang mengerti pergerakan Leo yang gegabah itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, "ada apa? Terus adik gue mana?"

Pertanyaan itu seakan menjadi mautnya Leo jika sudah menyangkut dengan Vania. Bagaimana tidak menjadi mautnya, secara Leo sudah dipercayai untuk menjaga Vania kalau sedang bersamanya, tapi sekarang Leo hadir di kediaman Demas sendirian tanpa ada Vania disampingnya. Tidak ada yang salah kan jika seorang Abang menanyakan tentang adiknya?

Sebisa mungkin Leo menetralkan pergerakan dan raut wajahnya, "Vania biak-baik aja kok, bang. Dia sekarang ada di apartemen gue sama keluarga gue," jawab Leo menjelaskan. "Dan kedatangan gue kesini, mengundang kalian buat datang syukuran nanti malam di apartemen gue."

Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang