Hari pertama selesai melakukan kemoterapi, Vania harus di rawat di rumah sakit ini dahulu, ya rumah sakit Dharmais. Setelah di pindahkan keruang rawatnya, Vania langsung mematikan ponsel miliknya selama ia masih di tempat ini. Vania masih merasa nyeri disekujur tubuhnya, Vania pun memutuskan untuk tidur. Tanpa Vania sadari, Caraka yang sedari tadi memerhatikan adiknnya itu berhasil meneteskan air matanya.
Calista kini sedang kebingungan, kok tumben-tumbennya Vania sampai detik ini tak ada kabar, ngga biasanya Vania nggak pernah ikut nimbrung digrup, jangankan nimbrung read aja nggak. Akhirnya Calista hanya berfikir positif saja kepada temannya itu. Caraka pun akhirnya menelpon sang mama untuk memberitahu keadaan adiknya sekarang, setelah percakapan antara anak dan ibu selesai, Caraka memutuskan untuk kembali mengerjakan tugasnya lagi.
****
Pagi ini Vania lagi dan lagi absen sekolah yang tanpa di ketahui kenapa oleh Calista dkk. Calista mengira Vania hari ini datang terlambat, tapi sampai jam istirahat berlalu Vania pun tak kunjung datang juga. Selain Calista, Leo pun juga begitu ia mencari sosok Vania. Tapi tidak untuk mengerjainya lagi, akhirnya Leo kembali teringat ketika ia bertemu Vania di rumah sakit.
"Cal, kok gue hari ini nggak ngelihat Vania sama sekali?" Tanya Nevan yang tiba tiba datang dan membuat Calista kaget.
Calista melihat sosok Nevan dan sedikit menggeran, "gue juga gatau kak, gue juga bingung, gue chat di WhatsApp juga centang, gue line juga ga di bales, gue telpon nomornya nggak aktif." Jelas Calista panjang lebar dengan nada khawatirnya.
Nevan mendengar tuturan Calista pun ikut khawatir juga, karna apa? Karna Nevan mulai jatuh hati dengan sosok Vania. Tak lama itu Nevan langsung meninggalkan Calista dan berlari menyusuri koridor.
Sesampainya Nevan di kelas, Nevan langsung menyambar tasnya dan keluar kelas, ia pun juga menghiraukan pertanyaan dari teman teman sekelasnya. Setelah Nevan terlolos dari teman-temannya ia pun sekarang harus berurusan dengan satpam sekolahnya, dengan terpaksa Nevan harus berbohong.
"Pak saya barusan di telpon sama mama di suruh pulang cepat karna ada keluarga mama saya yang dari Yogyakarta ke sini mau berobat." Bohong Nevan.
"Kamu jangan bohong ya, nak." Tolak pak Botak yang menjabat sebagai satpam ini.
Nevan menghela napas kasar dan mengacak-ngacak rambutnya frustasi, "ayo lah pak, saya kasih uang seratus rebu buat bapak ngopi di sebelah ya pak." Suap Nevan sambil mengeluarkan uang seratus dari dompetnya.
Pak botak pun terdiam berpikir untuk mengambil keputusannya, "iya deh bapak mau, saya buka kan pintunya dulu ya." Ucap pak botak dan langsung membukakan gerbang untuk Nevan.
Nevan pun melajukan motornya dengan sangat cepat, kini arah jalan Nevan adalah menuju rumah Vania. Setelah sampai di depan gerbang rumah Vania, Nevan pun memencet belnya dan tak lama seorang bapak paru bayah pun membuka kan gerbangnya.
"Pak, apa Vania ada di rumah?" Tanya Nevan kepada bapak tersebut. Ya bapak tersebut adalah Komang satpam dirumah Vania.
Pak Komang sedikit berpikir sebelum akhirnya menjawab, "maaf den, non Vania nggak ada di rumah dari kemarin pulang sekolah."
Nevan mendengar itu pun di buatnya lebih berpikir dalam lagi, "ah masa pak?" Tanya Nevan lagi memastikan. Pak Komang pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Yaudah pak saya pamit dulu, kalau Vania pulang sampaikan salam saya kepada Vania ya. Terima kasih." Pamit Nevan dan langsung melenggang pergi.
Selain Nevan, Calista dkk, ternyata Leo juga mencari sosok cewek yang telah ia kerjain selama ini, ya dia adalah Vania. Leo pun datang kerumah sakit yang kemarin ia bertemu dengan Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Teen Fiction[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...