Malam ini keluarga Demas sedang menikmati makan malam bersama, tak ada yang kurang mereka sangat lengkap dan sangat bahagia. Vania juga serasa terbebaskan dari segala masalah yang ia hadapi. Namun, ditempat lain, Keluarga Reza juga juga sedang menikmati makan malam, tapi keadaan sangat berbeda dengan keluarga Demas. Karna apa? Karna anak bungsu Reza selalu makan di akhir bahkan biasanya ia tak makan dirumah.
"Van, kamu pertandingannya sabtu besok, kan?" Tanya Demas setelah meneguk kopinya.
Vania menatap papanya sambil menganggukkan kepalanya, "iya, pa. Kenapa?"
"Kebetulan sabtu, papa libur, Caraka juga gak ada jadwal dan Alvaro juga libur semester. Jadi kita akan nonton kamu sewaktu pertandingan sayang." Jelas Demas. Vania yang mendengar itu langsung tersenyum dan menampilkan tatapan yang berbinar-binarnya.
"Ahh makasih pa." Ungkap Vania dan memeluk papanya itu.
Seperkian detik kemudian, Vania melepaskan pelukannya, "Vania ke atas dulu ya, mau packing buat pertandingan biar waktu hari H nya gak terlalu tergesa-gesa." Pamit Vania dan hanya diangguki oleh semua orang yang berada dimeja makan ini.
Vania berjalan keatas dengan perasaan senang, bagaimana tidak. Pertandingan di sekolah saja keluarganya akan menyaksikannya bertanding, hal yang sangat luar biasanya baginya.
Sesampainya Vania di kamar, Vania mulai mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Vania mulai mengecek semua media sosialnya dan yang terakhir ia buka adalah Line, disana Vania hanya menscroll pesan yang masuk dan tidak ada punya niatan untuk membalasanya.
Berbeda dengan Leo yang mengeluarkan asap rokoknya di balkon dengan diiringi music. Tiag puluh menit ia menyendiri, setelah di rasa acara makan malam keluarga nya selesai, Leo pun mulai menuruni anak tangga untuk menuju dapur hanya untuk mengambil cemilan dan minuman, setelah mengambil itu semua ia pun langsung kembali ke kamarnya.
Entah apa yang akan dilakukan Leo malam ini, yang intinya Leo bosan dengan kebiasannya. Akhirnya Leo memutuskan untuk pergi keluar hanya untuk menghilangkan penat di dirinya.
Leo baru saja melangkah tiga langkah dari tangga, namanya pun sudah dipanggil oleh suara barriton laki-laki. Ya yang manggil adalaha papanya.
"Leo." Panggill Reza dari ruang tamu. Leo hanya berhenti dan menoleh sekilas kearah Reza tanpa menjawab, dan langsung melanjutkan berjalannya.
"Leo kamu mau kemana?" Tanya Reza yang masih setia mengajak bicara anak bungsunya itu.
Leo berhenti dan menjawab pertanyaan yang menurutnya gak layak untuk dijawab, "bukan urusan Anda." Jawab Leo ketus.
Reza yang mendengar jawaban dari anaknya itu, menghela napas kasar dan mengusap wajahnya kasar. Sebenci itu kah Leo kepadanya? Apa kesalahannya itu sangat fatal sehingga Leo tak mau bicara sama sekali dengannya?
Kini Leo sedang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, ia tak tau harus pergi kemana. Sampai akhirnya Leo memberhentikan motornya di pinggir jalan dan mengecek ponselnya, ia pun mulai scroll time line di aplikasi Linenya. Begitu Leo membaca Time Linenya Nevan, napas Leo mulai memburu kemarahannya sudah berada diubun-ubun, bagaimana tidak? Nevan update yang itu menyangkut pautkan tentang nya.
Nevano.
Anak yang gak tau di untung itu anak yang gak ingat oleh orang tuanya yang sudah mebesarkannya.
Kini Leo beralih membuka roomchat. Ia mencari kontaknya Nevan dan mengiriminya ia pesan disana.
[Line]
Adeleo Orlando: Gue tunggu sekarang lo di arena balapan dekat sekolah. Cepet!
Setelah di rasa pesannya terkirim, Leo langsung melajukan motornya kearah tempat ia akan bertemu kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboyish Girl [Proses Penerbitan]
Fiksi Remaja[Revisi jika sudah tamat] Pada dasarnya kita hadir sebagai utusan Tuhan dengan segala skenario yang telah di atur. Untuk menolak saja itu tak akan bisa karena kita hanyalah manusia biasa. Seperti sekarang, dua insan yang telah di uji kesabarannya me...