Ada yang Beda

396 28 17
                                    

"Dari mana lu?" tanya Imang ketika Aditya sampai di kost.

"Dari ini, ketemu ama teman di Monas," jawab Aditya.

"Cie! Yang habis jalan-jalan, tidak nyasar, kan lu?"

"Tidaklah, kan udah diajarin kemarin."

"Terus, udah makan?"

"Udah," jawab Aditya. "Kenapa?"

"Kirain belum, padahal gua niat teraktir nih, di warung Kang Dadang."

"O..., nitip boleh?"

"Emang nitip apaan?"

"Aku, nitip kopi hitam aja, deh!"

....

Sehabis Aditya membersihkan badannya, iya tengah duduk di kursi itu sendirian. Imang belum datang juga dari warung. Tiba-tiba Hp-nya berdering. Vijay nama yang tertera di layar telepon itu. Bergegas Aditya menjawab panggilan itu. "Halo!" katanya.

"Apa kabar, Dit?" jawab Vijay di seberang. "Kamu di mana? Kok tidak pernah ada kabar? Emang begitu ya, kalau orang sudah sukses?"

"Ih, apaan sih?" jawab Aditya lalu iya tertawa kecil. "Aku di Jakarta sekarang, Jay!"

"Yah..., padahal aku akan pulang kampung, nih!"

"Emang Ada acara apa? Ada lamaran?" tanya Aditya. "Awet juga hubungan kalian, masih dengan yang itu, kan?"

"Ya elah, Dit! Aku aja sudah lupa, tahun kapan aku putus dengan pacarku yang waktu sekolah dulu."

"Terus sekarang sama siapa lagi?"

"Adalah!" jawab Vijay. "Cuman aku tidak pernah serius dengannya. Masih belum sesuai dengan keinginan." Vijay sedikit tertawa. "Gimana kamu dengan Vina, sudah balikan? Saya dengar-dengar, kalian putus?"

"Iya, Jay!" jawab Aditya. "Saya juga tidak pernah menyangka kalau aku akan putus dengannya." 

Kemudian Aditya menceritakan semua, tidak ada yang disimpan-simpan lagi. Termasuk di facebook itu, dan diungkapkannya pula ketika ia ingin kembali meminta maaf,  tetapi yang mengangkat malah pacar barunya Vina. Sedangkan Vijay serius menyimak di seberang telepon, terkadang ia marah terkadang kesal mendengarnya. Kemudian dia yang emosi mendengar cerita Aditya.

"Saya enggak habis pikir kalau seperti itu," kata Vijay kesal. 

"Sudahlah! Tidak usah bahas itu, Jay! Aku malas, bawaannya aku jadi teringat lagi dan ujung-ujungnya hati ini jadi sakit."

"Ya Allah, Dit! Jadi orang yang gantle dikit kek! Masa gara-gara putus sama satu cewek aja sampai segitunya," ejek Vijay. " Ini sudah 2015 kali, Dit! Yah sudah, 'entar aku kirimkan nomor temanku, dijamin pas pake banget buat kamu, dia juga sedang sendiri sekarang, katanya: dia butuh cowok yang setia. Yah..., yang kayak kamulah, kan?" Vijay tertawa lepas.

Aditya pun membalas tawa itu. "Ya... secepatnya ya! Aku juga sudah bosan, sendiri begini."

"Emang sudah berapa bulan kamu sendiri?"

"Enggak tau, sudah lama perasaan? Kalau tidak salah hampir enam bulan kayaknya."

"Buset! kamu belum pernah punya pacar setelah putus sama Vina? Bisa juga ya? Itu sudah satu semester kali, Dit!" kata Vijay lalu tertawa lepas. "Ok! 'entar saya akan kirimkan nomor cewek itu, dan saya rasa dia benar-benar pas buat kamu. Yah... mungkin saja itu bisa mengobati sakit hatimu sama perempuan yang tidak setia itu."

"Jay," potong Aditya. "Jangan jelek-jelekkan dia! Dia tidak bersalah, mungkin saja itu takdir. Dia jugalah yang telah mengajarkan dan menjadikan aku lelaki yang setia, yang percaya dengan adanya kebahagiaan yang telah aku sia-siakan."

The Story of SailorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang