"Ra, aku di depan, buka pintunya!" perintah Aditya setelah panggilan teleponnya tersambung, dan panggilan itu adalah panggilan yang ketiga kalinya. Iya, masih jam sembilan lewat 30 menit, tetapi penghuni rumah itu telah tertidur pules. Hanya ada cahaya kecil yang terpantul dari arah dapur. Untung saja sebelum Aditya ke Bone, kemarin, ia memberitahu Nairah kalau ia akan datang dan bermalam di rumahnya.
"Kau, Dit?" tanya Nairah di seberang dengan suara berat; dia baru bangun dari tidurnya.
"Iya, buka pintu!" jawab Aditya lalu membawa motornya ke samping rumah, di sana ada tempat parkir khusus yang selalu ia gunakan dulu.
Tidak lama kemudian, Nairah pun muncul di balik pintu seraya berkata, "Kok datangnya tengah malam, singgah di manako?"
"Mau tau aja!" balas Aditya lalu sedikit tersenyum ke Nairah, dan kemudian langsung ke kamar mandi.
"Dit, kamu mau makan?" tanya Nairah yang sedang memeriksa isi rice cooker.
"Tidak!" balas Aditya yang masih di dalam kamar mandi.
"Makan di manako?" tanya Nairah lagi, "tidak biasa-biasanya kamu kenyang habis naik motor?"
"Ah, bawel!" Aditya terus ke kamar yang sering ia gunakan dahulu.
"Dit, di situ ada selimut, kan?" Nairah masih saja membuntuti Aditya sedari tadi.
"Ada!" jawab Aditya, dan langsung menjatuhkan badannya di kasur. Ini bukan pertama kalinya Aditya bermalam di rumah itu. Rumah yang telah ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Kamar kosong disediakan khusus untuk Aditya dan teman-teman sekolahnya Nairah yang lain. Ketika semester terakhir, Aditya dan Dafah sering bermalam di rumah itu, kadang rumah itu tidak pernah dikunci ketika malam hari, dan Aditya serta yang lainnya, mereka boleh datang sesuka hatinya.
* * *
Hampir jam 2 pagi, tetapi masih saja Aditya terjaga. Ia tidak bisa tidur memikirkan Vina. Banyak hal yang bermain di benaknya. Namun, yang paling ia hiraukan, mengapa hatinya seakan tidak lagi seperti dulu. Mengapa pandangannya ke Vina tidak lagi seperti yang ia harapkan. Bahkan ia telah memandangi Vina cukup lama, tetapi ia tidak lagi menemukan kebahagiaan sebagaimana dahulunya, yang di dalam bola mata itu terdapat sebuah cahaya yang bersinar penuh kebahagiaan. Entah apakah itu karena ‘Dhyan' ... sekalipun Aditya juga tak dapat mengerti dengan perasaannya sendiri.
* * *
"Dit, bangun mako!" kata Nairah yang sedang menyapu di kamar itu. "Katanya mau pigi urus SKCK?"
"Emm..." balas Aditya yang berusaha menjawab, meskipun matanya masih tertutup. "Emang udah jam berapa, Ra?"
"Jam sembilan!"
"O..., ia sebentar!"
"Janganmako bilang sebentar, bangun mako, ha!"
"Ya sudah, kau keluar dululah!" kata Aditya sambil menggerakkan badannya yang masih tertutup selimut.
"Tunggu! Jangan bergerak!" kata Nairah. Ia pun tahu kebiasaan Aditya kalau tidur hanya menggunakan dalaman.
"Santai aja kali, Ra!"
* * *
Baru saja adzan Magrib telah dikomandangkan , dan di depan sana, ada Aditya yang menghentikan motornya. Ia tampak samar-samar, ia baru saja datang sejak ia keluar rumah dari tadi pagi.
"Habis dari manami ini anak?" kata ibunya Nairah sambil mengambil jemuran yang tergantung di teras itu.
"Ini ... Tante!" kata Aditya sedikit canggung untuk menjelaskan. "Sehabis mengurus SKCK tadi, saya ketemuan sama teman," lanjutnya, ia kemudian tersenyum dan buru-buru masuk rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/82728337-288-k990965.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Sailor
General FictionSebagian cerita hanya bisa dibaca oleh pengikut saya. Jadi kalau mau baca cerita secara keseluruhan jangan lupa untuk meng-follow saya terlebih dahulu. Dari kecil, Aditya tidak pernah puas akan pendidikannya. Semangat untuk bersekolah selalu dipata...