Jadwal

348 26 10
                                    

Pagi-pagi, masih sekitar jam sembilan. Mentari sedang beranjak naik. Sinarnya pun menghangatkan alam dan seisinya. Dan, seperti pada hari-hari sebelumnya, Aditya yang selalu saja di kandang sapi. Dia asik memerhatikan sapi-sapinya yang sedang mengunyah jerami. Dari tadi, ia duduk di sudut tempat makan sapinya itu sambil mengelus-elus anak sapi kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan i-Lacamara. Ah, nama itu, terlalu keren kedengaran.

"Kak, HP-nya bunyi!" teriak Riani dari arah pintu dapur. Pintu itu adalah akses ke kandang sapi.

"Angkat dulu!" balas Aditya. Ia takut kalau panggilan itu terputus begitu saja.

"Iya, udah aku angkatko!" Riani memberikan telepon itu lekas-lekas ke kakaknya.

"Halo!" kata Aditya sambil memosisikan telepon itu, ke telinga kanannya. Ia kemudian sedikit menjauh dari kandang. Di dekat kandang jaringan selluler tidaklah terlalu bagus.

"Halo, selamat pagi!" Terdengar suara perempuan yang berbicara di seberang, "dengan Pak Aditya?"

"Benar, Bu!" Aditya menjawab penasaran.

"Pak Aditya, ini care online dari Suryo Cipta Trainer."

"Oh, iya, Bu!" jawab Aditya sambil tersenyum manis. Ia mulai mengenali suara itu.

"Ini, Pak! Saya mau kasi info tentang jadwal keberangkatan bapak. Bapak sudah chek di website?"

"Belum, Bu." Seketika itu juga, Aditya bagai ditimpa durian jatuh. Ia tampak begitu senang. Jadwal keberangkatan itu telah lama ia tunggu-tunggu.

"Jadi skejul bapak, ke kapal Varadai, di tanggal 25 bulan ini. Jika, Bapak bersedia, diharapka kedatangannya di kantor tanggal 20 untuk tanda tangan kontrak."

"Iya, Bu saya bersedia!" Aditya menjawab dengan penuh semangat. Betapa senangnya dia. Bukan main! Jadwal yang selama ini ia tunggu-tunggu, akhirnya datang juga.

"Sertifikatnya sudah rampung, kan, Pak?"

"Iya, sudah, Bu."

"Oh, baiklah!" sambung care online itu, "kalau begitu, sampai ketemu di Jakarta ya, Pak! Oyah, ke Jakartanya sebelum tanggal 20 ya, Pak! Soalnya untuk pengurusan kontraknya harus selesai sebelum jam makan siang. Syahbandar akhir-akhir ini ramai."

"Iya, Bu!"

"Baiklah, Pak! Itu saja, terimakasih! Sampai ketemu di Jakarta, dan selamat beraktifitas kembali."

"Iya, Bu! Sama-sama." Setelah panggilan itu terputus. Aditya lompat-lompat kiri dan kanan sendirinya, mengepalkan tangan, begitu senangnya dia di depan kandang. Dan, tanpa ia sadari, Riani muncul di depan pintu. Aditya berhenti dari aksinya dengan kecepatan super.

"Kak, telepon dari mana, kok senang sekali?" Riani tertawa kecil. Baru kali ini ia melihat kakaknya seperti itu. Yang setahunya: kakaknya selalu menjaga wibawa di depannya.

"Ini, dari kantor, Dek!" Aditya menjawab penuh dengan keceriaan di wajahnya. Tidak dapat ia tutup-tutupi kesenangan yang terpancar begitu saja. Bahkan, ia tidak memedulikan aksinya yang sempat dipergoki adiknya.

"Terus ada apa, Kak?"

"Jadwal keberangkatanku udah fix,, Dek."

"Iya, Kak!?" Riani pun ikut senang, bahkan ia lebih senang dari kakaknya seketika itu. Ia pun tahu bagaimana kakaknya menunggu jadwal tersebut. Ia juga sudah lelah menunggu kabar itu, bahkan Riani terkadang berpikir: kakaknya tidak lagi dipedulikan oleh perusahaan. Kadang juga berpikir negatif kalau kakaknya hanya mengada-ada, bakal kerja di kapal pesiar. Dan, hari ini ia baru percaya sepenuhnya.

The Story of SailorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang