Musik klasik melayang menyambut para tamu undangan yang keluar masuk dari dalam baruga (pelaminan); tampak ramai. Di sisi kiri dan kanan pintu gerbang, berdirilah beberapa penyambut tamu. Dan, ada Dhyan dan Aditya yang melangkah masuk ke pesta itu. Pesta yang Aditya yakini adalah pesta pernikahan teman kekasihnya semasa SMA dahulu. Ia terlihat begitu santai, dalam pikirannya: tidak ada yang perlu diurungkan. Begitu penuh percaya diri. Apa lagi ia dengan baju batik putih yang berpadu dengan coklat muda, membuatnya serasi dengan gaun yang menyelimuti tubuh si gadis di sampingnya. Siapa lagi kalau bukan Dhyan yang dengan busana batik yang terlihat berat ia bawa. Kain yang ia kenakan kali ini sungguh menutup sempurna seluruh tubuhnya.
Iya, penampilannya sungguh menarik hati. Setiap yang melihat setiap terperangah. Entah kesempurnaan itu dari mana datangnya. Mengapa ia berlabuh tepat pada diri wanita yang satu ini? Mengapa ia dapat membuat kecantikannya nampak, dan bukan dengan menonjolkan? Malah semakin ia tutupi semakin terpancar lebih dalam aura cantiknya.
Dan, Aditya tidak minder deri semua itu, ia tetap bisa mengimbangi. Manis senyumnya yang ia tebar ke semua penjuru, membuatnya juga terlihat sedang berbahagia. Siapa yang tidak iri dengannya. Memiliki calon pendamping seperti layaknya yang ditampilkan oleh kekasihnya, penampilan yang sudah bukan lagi hal yang lumrah, bahkan mungkin telah punah untuk di zaman sekarang.
Mula-mula Dhyan sibuk memperkenalkan Aditya ke teman-temannya yang ada di dalam baruga (pelaminan) itu. Berhubung karena si mempelai masih dalam tahap berhias untuk busana malam. Oleh karena itu, mereka punya waktu yang panjang untuk bergurau sambil menunggu si pengantin.
Aditya terlihat begitu asik mengobrol dengan salah seorang dari tamu pesta itu, yang katanya suaminya juga pelaut. Ria nama panggilannya. Namanya diketahui sejak ia berkenalan dengan Aditya tadi. Ia berteman baik dengan Dhyan sejak masa SMA. Ria, Dhyan dan si Pengantin, mereka adalah dara yang tidak terpisahkan di sekolah, dahulu. Mereka tertawa dengan riang bersama-sama. Dhyan yang ikut serta menjadi pendengar dari pembicaraan mereka juga ikut tertawa renyah tanpa henti.
* * *
Dari arah pintu masuk, tampak seorang yang berbusana putih, dengan hiasan mahkota di kepalanya. Ia terlihat seperti ratu pada malam ini. Cantik, anggun apa lagi. "Aditya?" Perempuan itu berteriak dalam hati. Ia tersentak menyaksikan kehadiran Aditya. Sementara yang diperhatikan, sibuk tertawa kiri dan kanan. "Kenapa, Kak Aditya ada di sini?" lanjutnya berucap pelan.
"Aku mau kita berjanji, tidak akan ada kata putus di antara kita. Jika kata putus itu sampai terucap, maka tidak akan ada lagi kata balikan, setuju?" Ingatannya tiba-tiba melayang kepada kenangan masa lalu, yang begitu indah. Namun, telah usai.
Perempuan itu kemudian tersenyum sendirinya. "Sudah terbukti!" ucapnya dalam hati. Pandangannya tidak pernah lepas dari Aditya yang sedang sibuk dengan yang lainnya di depan sana. Ia dapat melihatnya dengan jelas.
"Kita tidak akan bersama. Kau telah mengambilnya. Kata mama, 'orang yang habis melakukan ini tidak akan bisa bersama hingga akhir' ...."
"Yank, jangan bilang gitu! Maafkan aku, dan aku sadar kalau hadiah itu telah aku renggut, dan tidak akan mungkin dapat aku kembalikan lagi. Jangan khawatir! Bukan karena itu, dan bukan dengan alasan itu aku sayang dan cinta sama kamu, melainkan hati ini sememangnya bergantung sama kamu. Satu hal yang harus kamu tahu: hati dan cinta ini hanya untukmu. Tanpa beralasan dan tanpa bersyarat apapun."
Dan, semua kenangan itu telah berlalu dan terlintas begitu saja, bahkan sangat jelas dirasanya. Rasa bersalahnya. Janji dan sumpah yang pernah ia ucapkan dulu, semuanya berakhir sia-sia. "Maafkan aku, Kak!" ucapnya dalam hati, sekilas ia membayangkan Aditya yang sedang bersanding dengannya. Namun, sesaat kemudian bayangan itu menghilang. Dan, itu hanyalah halusinasi. Yang ada di sampingnya bukanlah Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Sailor
Fiksi UmumSebagian cerita hanya bisa dibaca oleh pengikut saya. Jadi kalau mau baca cerita secara keseluruhan jangan lupa untuk meng-follow saya terlebih dahulu. Dari kecil, Aditya tidak pernah puas akan pendidikannya. Semangat untuk bersekolah selalu dipata...