Follow me on
IG: @rachmafadil
Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)Happy reading... 😊
Paxie memain-mainkan bola berwarna oranye itu sendiri, mengisi waktu istirahat latihan selama sepuluh menit. Ia memang selalu kelihatan total meski cuma latihan. Di saat yang lain duduk-duduk di pinggir lapangan untuk beristirahat, cowok itu hanya mengambil minum kemudian kembali ke lapangan dan berlatih sendiri. Ini dilakukan karena ia ingin meningkatkan skill dan teknik bermainnya walaupun sebenarnya kemampuan basketnya sudah mumpuni. Paxie memang perfeksionis, tapi justru itulah yang membuatnya dihormati oleh teman-teman satu timnya. Dan mereka merasa beruntung punya seorang kapten seperti Paxie.
Di lapangan, kini tampak Paxie sedang mendrible bola dan membawanya ke salah satu keranjang. Saat hendak melakukan shooting, tiba-tiba dari arah samping seseorang merebut bola itu. Kaget, ia pun tersentak ke belakang. Lalu dilihatnya orang yang merebut bola tersebut mendriblenya menuju keranjang satunya, yang tentu saja lebih jauh.
"Sialan!" desis Paxie sengit.
Ia yang langsung mengerti kode tantangan tersirat itu segera berlari mengejar orang yang sudah berani merebut bolanya. Atmosfer di lapangan seketika memanas. Seluruh pasang mata yang berada di sekitar halaman kampus langsung mendekat dan mengerumuni tempat berbentuk persegi panjang itu. Teriakan dan jeritan beberapa murid terdengar histeris, terutama dari para mahasiswi. Gimana nggak histeris melihat dua pangeran Marcient sedang bermain basket? Siapa lagi kedua pangeran itu kalau bukan Arsen dan Paxie?
Permainan itu jadi amat sangat menarik di mata mereka karena dalam kurun waktu tiga tahun Arsen kuliah di sana, baru kali ini cowok itu mau bermain basket dengan kapten Marcient Lion. Padahal sebelum-sebelumnya ia paling malas berurusan sama yang namanya kapten tim, baik itu kapten tim basket atau ketua tim UKM olahraga yang lain. Karena baginya, mereka semua nggak ada bedanya sama mandor yang bisanya cuma ngatur, merintah, dan terobsesi dengan peraturan.
Genie yang sedari tadi tak beranjak dari pinggir lapangan untuk menonton Paxie latihan juga tak kalah terkejut ketika mendadak melihat seorang cowok masuk ke lapangan dan mengganggu gebetannya. Makin kaget lagi waktu dia tahu kalau si pengganggu itu adalah Arsen, cowok yang sangat ingin ia hindari.
Diperhatikannya permainan basket itu kini tambah memanas. Arsen dan Paxie benar-benar bermain gila-gilaan. Hanya dalam kurun waktu kurang dari lima menit, Arsen sudah mendominasi permainan. Beberapa kali pula dia berhasil memasukkan bola. Sedangkan poin Paxie masih nol. Kelihatan banget kalau kapten basket itu kewalahan menghadapi sang preman kampus. Sedangkan di pinggir lapangan, tatap ketersima nampak jelas di mata Genie. Tapi tatap kesima itu justru bukan untuk Paxie, melainkan untuk Arsen.
Sepuluh menit pun berlalu.
Sepuluh menit waktu yang sangat menyenangkan bagi Arsen karena berhasil mengalahkan kapten tim basket Marcient. Dan yang pasti, berhasil mempermalukan cowok itu di depan seluruh penghuni kampus. Permainan itu akhirnya selesai dengan teriakan, jeritan, dan tepuk tangan yang berasal semua mahasiswa yang menonton mereka.
Detik berikutnya, seringai licik tersungging di bibir Arsen saat melihat Paxie membungkuk dengan kedua tangan tertumpu di lututnya yang terasa lemas. Peluh membanjiri tubuh keduanya, membuat baju Arsen dan seragam basket Paxie basah kuyub. Arsen mengusap keringat di dahi, hidung, dan di atas bibirnya dengan punggung tangan. Gerakan itu otomatis bikin cewek-cewek menjerit. Ditambah sekarang dia melepas kemeja hitam kotak-kotaknya yang basah kemudian menyampirkannya di bahu kiri dan hanya menyisakan dalaman putih polos tanpa lengan yang juga basah sehingga melekat ketat di badannya. Mempertontonkan lekuk otot bisep dan trisep di kedua lengan atasnya yang bertato serta mencetak sixpack di perutnya. Tak tahan melihat pemandangan itu, jeritan para cewek makin histeris. Oh Gooooosh... He looks sexy as hell.
Arsen memperhatikan Paxie yang masih membungkuk. Sebenarnya tadi ia cuma berniat menjajal kemampuan dan teknik bermain cowok itu. Tapi di tengah jalannya permainan, Arsen tak sengaja menoleh ke Genie dan melihat keterpanaan gadis itu yang terarah padanya. Tak ayal dia tersenyum puas dan memutuskan untuk menunjukkan cewek itu skill basketnya yang sebenarnya. Dan satu-satunya cara yaitu dengan bermain sama Paxie habis-habisan.
Soal teknik permainan Arsen? Jangan ditanya lagi! Cowok itu nggak cuma jago dalam bermain basket, tapi juga streetball. Ia sudah sering diundang dalam acara dan pertandingan olahraga tersebut, baik lokal, nasional, maupun internasional. Daripada cuma menekuni basket, Arsen memang lebih memilih streetball. Karena selain tak terlalu terkekang peraturan, olahraga itu juga membuatnya bisa berekspresi lewat trik-trik yang sudah ada atau bahkan mengkombinasikannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Lewat streeball, cowok itu juga dapat menunjukkan gaya bermain atau atraksi-atraksi menarik yang dimunculkan dari ketrampilannya dalam usaha mencetak poin. Seperti yang tadi ia perlihatkan selama permainan.
Arsen lantas memasukkan kedua tangannya ke saku celana kemudian menyeret kakinya mendekati Paxie. Saat jarak mereka tersisa selangkah, ia berhenti. Tepat di depan cowok itu.
"Mungkin menurut anak-anak, lo tu keren karna status lo kapten basket." Arsen mulai mengeluarkan suara. Tubuh Paxie menegang mendengar kata-kata cowok di hadapannya. "Tapi buat gue, kemampuan lo nggak ada apa-apanya," lanjutnya dengan nada meremehkan.
Tak pelak sang kapten mendongak seraya menahan geraman mendengar kalimat hinaan barusan. Kemudian cowok itu berdiri. Dengan berani, ditentangnya mata cokelat milik cowok pembuat onar itu. Dalam keadaan santai seperti ini, tatapan Arsen tetap terlihat tajam. Tatapan yang selalu sukses bikin semua murid sekolah ini ketar-ketir saking takutnya. Pantas memang kalau Arsen terkenal dengan sebutan si Mata Elang. Karena bentuk matanya yang indah tapi tatapannya menusuk. Tapi itu sama sekali tak membuat Paxie gentar.
"Jadi maksud lo nantangin gue main cuma mau ngejek gue, hah?" tanya sang ketua tim basket yang sekarang mulai emosi.
"Nggak. Gue cuma penasaran aja, apa lo bisa ngalahin gue dengan kemampuan dan teknik permainan lo yang 'keren' itu. Kata anak-anak sih, bukan gue," jawabnya sambil mengedikkan bahu. "Tapi ternyata..." Arsen memajukan sedikit mukanya. "skill sama teknik lo masih payah."
Setelah mengatakan itu, Arsen melenggang meninggalkan Paxie yang menahan kuat-kuat kemarahannya. Arsen lalu menoleh ke arah Genie. Pandangan mereka bertemu. Seketika dilemparkannya satu tatapan penuh arti ke cewek itu dan ditariknya salah satu sudut bibirnya ke atas. Melihat tatapan tersebut, jantung Genie langsung berdegup kencang dan bulu kuduknya meremang.
Sedangkan di tengah lapangan, Paxie mengepalkan keduatelapak tangannya. Cowok itu tak henti menatap punggung lebar yang berjalan menjauh. Ingin sekali dihajarnya Arsen habis-habisan. Tapi diurungkannya niat mengingat statusnya sebagai ketua senat yang mengharuskannya untuk selalu menjaga suasana lingkungan kampus tetap kondusif. Kalau sampai dia memulai perkelahian lebih dulu, sudah pasti jabatannya akan dicopot dan nama baiknya akan tercemar.
Segini dulu ya.
Maaf kalo dikit.
Vomment ditunggu.
See you later... :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & The Beast
ChickLit(Sebagian part diprivate. Silakan follow untuk membacanya!) Warning: 18+ Genie, mahasiswi yang berhasil masuk ke universitas swasta elit lewat jalur beasiswa. Selama menjadi mahasiswi di sana, keinginannya cuma dua, yaitu bisa belajar...