PART 29

579 45 13
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Grace sedang membolak-balikkan majalah fashion terbarunya saat sebuah suara memanggilnya dari arah pintu kelas.

"Grace, lo dicariin Arsen. Dia nyuruh lo ke tempat anak teknik mesin sekarang. Dia ada di ruang lima ratus tujuh."

Grace yang mendengar nama Arsen disebut seketika tersenyum senang. Memang tak salah dugaannya. Prince Charming-nya itu akan selalu kembali padanya. Cewek itu lantas menutup majalah di depannya. Diambilnya bedak padat dan lipstick dari dalam tas.

"Bener kan, guys, yang gue bilang. Arsen nggak akan betah lama-lama sama tu cewek. Dia pasti bakal balik lagi ke gue," celetuknya seraya mentouch-up makeup tebalnya.

Lidya dan keempat temannya hanya mampu memandangnya iri. Grace memang selalu jadi 'tempat kembali' Arsen kalau sekiranya cowok itu nggak puas 'main' sama cewek lain. Lidya yang pernah merasakan satu malam panas bersama Arsen mengakui kehebatan cowok itu di atas ranjang. Terus terang, ia ingin merasakannya lagi. Tapi sayang, hal itu mungkin cuma akan jadi imajinasinya karena cowok itu tak mau melakukan lagi bersamanya. Terlebih setelah Arsen punya pacar yang, menurutnya, sangat cantik.

Bohong kalau dia bilang Genie jelek. Pacar Arsen cantik banget. Bahkan lebih cantik dari Grace yang mukanya tertutup topeng tebal yang sering disebut makeup. Genie lebih cenderung manis. Siapapun yang memandangnya pasti tidak akan pernah bosan. Tapi waktu Grace bilang kalau Genie tidak cantik saat mereka-atau lebih tepatnya Grace-melabrak cewek itu di koridor tadi, Lidya cuma diam saja. Ia tak mungkin berkata yang sebenarnya di depan temannya satu ini. Lebih baik dirinya diam daripada berakhir seperti di neraka karena dimusuhi Grace. Cewek di sebelahnya ini bisa melakukan apa saja untuk membuat orang lain menderita. Terutama sama cewek yang nggak dia suka.

Setelah selesai mentouch-up, Grace berdiri. "See you in next class ya, guys. Gue mau ketemu sama pangeran ganteng gue dulu."

Grace melambaikan tangannya yang berjari lentik dan berkuku panjang dengan cat warna-warni. Sambil bersenandung riang dan membayangkan apa yang akan dilakukannya dengan Arsen nanti, cewek itu melangkahkan kaki ke gedung anak teknik mesin.

Selang beberapa saat, ia tiba di depan ruang kelas yang tadi disebutkan teman satu angkatannya. Tanpa perlu menunggu lama, dibukanya lebar-lebar pintu di hadapannya. Dilihatnya Arsen duduk di salah satu bangku. Satu kakinya terlipat di atas kaki yang lain. Sebatang rokok terselip di bibir. Rambutnya yang berantakan dan jaket kulit hitam yang membalut tubuh atletisnya menambah kesan cool sekaligus badass.

Tiba-tiba pintu di belakang Grace tertutup kencang. Menimbulkan bunyi berdebam keras sehingga membuat cewek itu terperanjat. Dan meninggalkan atmosfer menakutkan di dalam ruang kelas tersebut. Seketika kerumunan mulai menyemut dan berjajar di luar jendela kaca kelas yang gordennya terbuka. Mereka penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Grace menatap Arsen yang kini menghembuskan asap rokoknya. Cowok itu kemudian mematikan putung rokok dengan menekan sudutnya di permukaan meja yang menyatu dengan kursi yang didudukinya. Kepalanya yang sedikit menunduk pelan-pelan terangkat. Saat manik cokelat itu menatapnya lurus, seketika Grace merasakan aura mengintimidasi yang terpancar dari tatapan cowok itu. Mendadak badannya merasa kedinginan.

"A-arsen." Suara Grace tiba-tiba tergagap.

Salah satu sudut bibir Arsen terangkat, membentuk satu senyum miring. "Hi, Grace. Long time no see." Itu adalah kalimat ironi karena baru tadi pagi dirinya ketemu sama cewek di depannya ini. Perlahan Arsen berdiri. Dilihatnya badan Grace yang menegang dan mukanya yang memucat. Kemudian dimasukkannya kedua tangan ke dalam saku celana. "Mau main lagi sama gue? Hm?" tanyanya santai seraya mengangkat kedua alis. Diambilnya satu langkah ke depan. Takut, Grace refleks mundur ke belakang. "Lo tinggal pilih, mau main pake cara lembut apa cara kasar?" Mata cewek itu seketika terbelalak. Ia tahu apa yang dimaksud Arsen. Cowok itu tersenyum tipis. "Kenapa diem?" Dilangkahkan sekali lagi kakinya ke arah Grace. Cewek itu otomatis ikut bergerak mundur. "Oya, gue lupa. Lo biasanya suka main pake cara kasar ya? Soalnya kalo pake cara lembut, lo nggak akan ngerasa puas."

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang