PART 1

1.4K 76 0
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Seorang lelaki berkaus putih polos yang tertutup jaket kulit hitam duduk di sebuah sofa yang terletak di sudut ruangan dengan pencahayaan remang-remang. Salah satu kakinya terangkat dan terlipat di atas kakinya yang lain. Sebatang rokok terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mencengkeram sebotol bacardi. Kedua matanya yang memerah karena efek alkohol menatap lurus dan nyalang ke depan.

Siapapun yang melihatnya pasti mengira dia sedang memperhatikan ketiga sexy dancers yang sedang meliuk-meliukkan tubuh mereka dengan gerakan erotis di atas panggung. Tapi bagi orang yang sudah mengenalnya dengan baik, dalam sekali lihat saja mereka tahu kalau fokus pandangannya tidak di sana. Terlebih ketika melihat sikapnya yang sama sekali tak mengacuhkan cewek seksi yang bergelayut manja di sebelahnya, mereka langsung tahu kalau tatapan lelaki itu kosong.

"Arsen!" panggil seorang lelaki yang baru saja masuk ke lounge. Lelaki bernama Reynald itu lalu duduk di ujung sofa.

Mendengar suara sahabatnya, seketika Arsen menoleh dan mengubah posisi duduknya menjadi tegap. "Gimana, Rey? Lo udah dapet info soal cewek itu?"

Reynald mengangkat jempol kanannya. "Sip. Beres, Sen." Dia lalu mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari dalam jaketnya. Diulurkannya benda tersebut ke arah Arsen. "Ini beberapa foto yang gue ambil selama sebulan belakangan."

Arsen mematikan rokok dan meletakkan botol bacardi di atas meja. Lalu dia menerima amplop tersebut dan segera mengambil isinya. Diamatinya dengan cermat foto-foto berjumlah sepuluh itu. Di salah satu foto, tampak seorang gadis memakai kebaya biru tosca sedang tersenyum ke arah lain. Makeup yang tidak terlalu tebal membuatnya kelihatan sangat mempesona. Sepertinya dia tengah menghadiri acara wisuda. Cantik banget, gumam Arsen dalam hati. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas saat memperhatikan wajah gadis yang ada di dalam foto itu.

Sesaat kemudian, kepalanya terangkat dan kembali menatap Reynald. "Nih cewek lulus SMA taun ini, kan?" tanyanya, memastikan.

"Iya."

"Lo tau di mana dia bakal ngelanjutin kuliahnya?"

Reynald mengangguk mantap. "Lo pasti gak nyangka kalo gue kasih tau soal itu." Dia lalu tersenyum lebar. "Tu cewek masuk kampus kita."

Terkejut, mata Arsen refleks melebar mendengar informasi barusan. "Yakin lo?"

"I'm one hundred percent sure about that."

Sebuah seringai muncul di bibir Arsen. "Bagus. Lo sama yang lain tetep awasin dia. Jangan sampe ada cowok yang deketin apalagi nyentuh dia! Kalo ada yang berani pedekate sama dia, langsung kasih tu cowok pelajaran!"

"Sip, Sen. Ada lagi?"

"Nggak. Untuk sekarang itu dulu."

"Oke, kalo gitu gue mau turun cari mangsa." Reynald menyeringai, kemudian beranjak dari sana.

Sepeninggal karibnya, Arsen merasakan usapan lembut di pipi kiri. Lelaki itu menoleh ke samping dan langsung bersitatap dengan sepasang mata hitam pekat milik Ara, perempuan yang tergila-gila padanya. Perempuan yang—menurut dirinya sendiri—tahu banyak tentangnya.

"Arsen ganteng, kok dari tadi kamu nyuekin aku sih?" tanya perempuan itu dengan suara desah manjanya yang selalu sukses membangkitkan gairah lawan jenis. "Kamu nggak mau aku temenin lagi ya? Kalo nggak mau, aku pergi nih," rajuknya dengan muka yang sengaja dibuat cemberut.

"Sori, Ra, gue lagi ada sedikit masalah."

Entah kenapa suara perempuan itu kali ini tidak membuatnya terangsang lagi. Kini kepalanya hanya terisi bayangan sebentuk wajah cantik lengkap dengan senyuman manisnya yang ada di dalam foto itu. Namun di saat bayangan itu datang, detik kemudian bayangan itu musnah. Tepat ketika sebuah pesan yang selalu diingatnya baik-baik kembali terdengar.

"P...please, ja...gain a...dek gu...e ya."

"Gu...e per...caya sama... lo, lo... ng...gak a...kan m...maca...rin ap...ala...gi m...main...in di...a."

Suara itu seolah menyentak kesadarannya. Arsen mengepalkan salah satu tangan. Sakit rasanya ketika hatinya menginginkan seseorang tapi dia tidak bisa memilikinya. Demi sebuah janji yang harus dia tepati. Demi persahabatan kekal sampai maut memisahkan mereka.

"Kamu mikirin cewek itu lagi?" tanya Ara, kesal.

Arsen menatap datar perempuan itu, lalu menggeleng. "Nggak. Gue nggak mikirin dia."

"Nggak usah bohong. Aku tau semuanya soal kamu, Sen." Ara mendekatkan bibirnya ke telinga Arsen, lalu berbisik. "Luar dalem." Lelaki itu berusaha menahan dengusan mendengar ucapannya yang terlalu percaya diri. "Mau aku bantu buat ngelupain dia?"

Arsen mengangkat salah satu alis. "Lo tau apa yang harus lo lakuin."

Ara tersenyum puas kemudian mengangguk. Detik berikutnya, dia mengalungkan lengan di leher Arsen dan menarik wajah lelaki itu supaya mendekat ke wajahnya. Lantas dipagut bibirnya dengan gerakan yang membuatnya turn on. Tangan Arsen mulai bergerilya di paha mulus Ara, menyusup di balik dress ketat yang dikenakannya.

Desahan dan lenguhan Ara keluar saat merasakan usapan Arsen di pangkal paha. Menginginkan lebih, dia bergerak naik ke pangkuan lelaki itu. Digesek-gesekkan pantatnya tepat di atas kejantanan Arsen yang sudah mengeras. Erangan pelan keluar dari bibirnya. Tak tahan, dia langsung menghentikan aktivitasnya. Kemudian ditariknya Ara dan dibawanya ke salah satu kamar yang ada di lantai paling atas klub miliknya.

Di samping alkohol, inilah salah satu cara Arsen untuk melupakan gadis itu, gadis yang sudah bertahun-tahun dicintainya. Meskipun cuma sesaat, setidaknya bayang-bayang gadis itu lenyap ketika dia sedang berada dalam puncak kenikmatan semu.

***

Vomment kalian sangat berharga banget buatku.

See you... ^_^

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang