Follow me on
IG: @rachmafadil
Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)Happy reading... 😊
Malamnya Genie berniat keluar untuk membeli beberapa makanan ringan dan kebutuhan pribadi seperti pembalut, sabun mandi, dan pasta gigi. Sebenarnya dia bisa saja menyuruh salah satu pembantu membeli semua barang-barang kebutuhannya, mengingat di rumahnya ada banyak pembantu yang siap sedia melayaninya. Tapi cewek itu bukan tipikal anak orang kaya yang manja, yang apa-apa selalu minta tolong pembantu. Genie sudah terbiasa melakukan segala hal sendiri, termasuk memasak dan membersihkan kamarnya. Apalagi malam ini dirinya hanya akan belanja beberapa barang yang tidak terlalu banyak, jadi tak perlulah menyuruh pembantunya keluar rumah. Dan tempatnya pun juga tidak jauh. Cuma beberapa meter dari gerbang depan kompleks perumahannya.
Setelah mengambil dompet dan iPhone-nya, Genie melangkah keluar kamar. Karena mama dan Alex sedang tidak ada di rumah, ia pamit sama salah satu pembantu sebelum kemudian berjalan keluar rumah. Dilihatnya seorang satpam membukakan pintu gerbang untuknya.
"Makasih ya, Pak," ucapnya ke Pak Hasan, salah satu satpam yang mendapat jatah berjaga malam ini.
"Iya, Non. Hati-hati di jalan!"
Genie mengangguk seraya tersenyum. Lalu dilangkahkan kakinya menyurusi trotoar kompleks perumahan elit itu. Jalanan malam ini agak sepi karena waktu sudah menunjuk pukul setengah sepuluh. Tapi ia tak perlu khawatir karena kompleks ini terkenal akan keamanannya.
Dengan mengeratkan jaket, Genie berjalan melewati gerbang berukuran besar dan tinggi yang dijadikan jalur keluar-masuk perumahannya. Makin lama udara makin dingin. Entah perasaan apa yang menyergapnya sekarang, tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Kemudian ia berhenti dan menoleh ke belakang. Genie merasa ada seseorang yang mengikutinya. Takut, ia langsung mempercepat jalannya. Semakin lama langkahnya semakin cepat. Detik kemudian, ia berlari kencang menuju supermarket yang jaraknya hanya tersisa lima puluh meter lagi.
Setibanya di dalam supermarket, dengan sedikit tersengal-sengal, Genie mengambil napas beberapa kali. Lalu ia segera mengambil semua barang-barang yang dibutuhkannya dan membayarnya di kasir. Setelah keluar dari supermarket, ia berhenti sebentar. Bingung, antara mau pulang dengan jalan kaki atau memanggil taksi. Cewek itu berpikir sejenak sebelum kemudian memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Oke, dia cuma perlu mempercepat langkahnya seperti tadi. Kalau ada apa-apa, ia akan lari.
Di tengah perjalanan, sayup-sayup di dengarnya suara aneh. Kadang terdengar suara teriakan, kadang suara itu seperti suara benda yang dihantamkan keras-keras. Dengan memupuk keberanian, Genie mendekat ke arah sumber suara. Sambil membungkuk, cewek itu bersembunyi di balik semak-semak dan pohon besar di depannya. Seketika ia terkesiap saat melihat adegan di depan matanya.
Perkelahian!
Dilihatnya ada beberapa orang yang bergantian menyerang seorang cowok. Cowok itu tampak berusaha mati-matian melawan mereka. Orang-orang bertampang dan berpenampilan preman tadi bergantian memukul dan menendang cowok itu. Genie hampir saja menjerit ketika salah satu dari mereka yang membawa pisau tajam berusaha menusuknya. Untungnya cowok itu berhasil menghindar kemudian menghajar preman itu sampai pingsan. Tapi Genie bisa melihat kalau pisau itu merobek lengan kiri cowok yang mukanya tak bisa ia kenali karena memang tempatnya agak remang-remang.
Perkelahian itu berlangsung beberapa menit sampai akhirnya cowok itu kewalahan karena harus melawan dua belas orang sekaligus. Dan situasi itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh para preman yang masih tersisa untuk mengeroyoknya. Alhasil cowok itu dihajar habis-habisan dan tersungkur ke tanah. Setelah memastikan cowok itu tak bisa berdiri, mereka melepasnya dan beralih mengangkat teman-teman mereka yang pingsan.
Badan Genie gemetar melihat pemandangan itu. Ia sungguh ketakutan. Tapi rasa takut itu tak membuatnya diam di tempat, terlebih saat dilihatnya cowok yang tadi dikeroyok masih berada di sana. Cewek itu lalu berdiri. Dengan hati-hati, ia berjalan pelan mendekati cowok itu. Masih ada sedikit pergerakan di sana. Itu artinya dia belum pingsan.
Setelah berada tepat di samping cowok itu, Genie duduk di tanah dengan kedua kakinya yang terlipat dan lututnya yang menumpu. Lalu ia menyelipkan tangan kirinya di bawah punggung cowok itu dan mengangkat kepalanya ke atas pangkuannya. Diusapnya pelan pipi cowok itu yang berlumuran darah.
"Hei, lo masih bisa denger gue, kan? Gue mohon, jangan pingsan dulu!" tanya Genie panik. Matanya mulai merebak. Dia paling tidak tahan melihat orang terluka parah seperti ini.
Kedua mata cowok itu yang menutup seketika terbuka. Tatapan mereka pun beradu. Sontak Genie terkejut saat menyadari siapa cowok ini.
"Kak... Arsen."
Bibir cowok itu tertarik sedikit ke atas dan membentuk satu senyum kecil. "Ge... nie," ucapnya lirih. Meski sulit, diangkatnya pelan tangan kirinya. Lantas dibelainya lembut pipi Genie dan meninggalkan jejak darah di sana.
Genie menggenggam tangan itu. "Kak, tunggu di sini bentar!"
"Ja... ngan... per... gi!" Arsen terbata-bata.
Cewek itu menggeleng. "Gue nggak akan pergi. Gue cuma mau cari taksi bentar."
"Ge..."
Arsen terbatuk-batuk saat merasakan nyeri di perutnya akibat pukulan bertubi-tubi yang diberikan para preman tadi. Batuk itu otomatis membuat Arsen memuntahkan darah dan mengotori jaket, kaos, serta rok Genie.
Melihat darah cowok itu yang terus keluar, Genie tambah panik. Air matanya seketika mengalir tanpa bisa dibendung lagi. "Kak, lo harus bertahan. Gue cari taksi dulu!"
Dengan hati-hati, diletakkan kembali kepala Arsen ke tanah. Lalu cewek itu segera berlari ke arah trotoar untuk mencari taksi. Tak lama kemudian, dari kejauhan dilihatnya sebuah taksi mendekat. Ia mengulurkan tangannya ke depan untuk menyetop kendaraan roda empat itu. Setelah berhenti, Genie membungkuk dan mengetuk kaca penumpang bagian depan, memberi kode agar sang sopir membukanya.
"Pak, ada orang luka parah. Tolong bantu saya angkat dan bawa dia ke rumah sakit!" pintanya pada si sopir taksi.
"Oh, di mana, Mbak?" tanya sopir itu.
"Di deket taman itu, Pak."
"Baik. Mari saya bantu."
Sopir itu keluar dari mobil. Mereka kemudian melangkah ke tempat yang disebutkan Genie barusan. Ketika sampai di sana, Arsen sudah tidak bergerak. Kemungkinan besar cowok itu pingsan. Tanpa menunggu lama, segera diangkatnya dan dibawanya tubuh yang tak sadarkan diri itu ke arah taksi. Genie masuk lebih dulu, diikuti sang sopir yang dengan hati-hati mendudukkan Arsen di atas jok, tepat di sebelah kiri cewek itu. Genie merentangkan kedua lengannya dan membantu sopir tersebut. Lantas dirangkulnya bahu lebar di sebelahnya. Tangan satunya yang bebas menarik pelan kepala Arsen dan menyandarkan di bahunya. Ketika menyadari lengan kiri cowok itu yang sobek masih mengeluarkan darah, Genie segera menekankan telapak tangannya di sana. Berharap bisa mengurangi aliran darah itu sampai mereka tiba di rumah sakit
Segini dulu.
Sampe sini kalian suka nggak?
Vomment ditunggu.
See you later... :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & The Beast
ChickLit(Sebagian part diprivate. Silakan follow untuk membacanya!) Warning: 18+ Genie, mahasiswi yang berhasil masuk ke universitas swasta elit lewat jalur beasiswa. Selama menjadi mahasiswi di sana, keinginannya cuma dua, yaitu bisa belajar...