Follow me on
IG: @rachmafadilVote & komen please!
Jangan jadi silent readers!Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)Happy reading... 😊
Perlahan mata Arsen terbuka. Rasa pening di kepala seketika menyerangnya begitu pandangannya yang langsung terarah ke lampu di ruangan UGD yang amat menyilaukan mata. Saat penglihatannya makin lama makin jelas, rasa sakit itu perlahan berkurang. Pelan, tangan kanannya bergerak. Tiba-tiba dirasakannya sesuatu membentur pergelangannya. Penasaran, ditolehkan kepalanya ke arah kanan. Dan saat itu juga matanya melihat pemandangan yang menghangatkan hatinya. Malaikatnya tertidur di sampingnya. Malaikat penyelamatnya yang menjaganya sejak tadi.
Senyum tipis terulas di bibir Arsen. Dipandanginya dengan intens wajah cantik nan manis bak bidadari di sebelahnya. Wajah itu menoleh ke kanan, ke arahnya. Seperti terhipnotis, tangan Arsen bergerak mendekati wajah tersebut. Diusapnya lembut pipi putih mulus yang terasa sangat halus di kulitnya. Merasakan belaian itu, mata sang pemilik pipi pelan-pelan terbuka. Diikuti kepalanya yang terangkat.
"Kak Arsen? Lo udah sadar?" Mendengar suara itu, Arsen langsung berhenti bergerak. "Bentar ya, gua mau panggil dokter."
"Genie!" Refleks tangan Arsen mencekal pergelangan tangan Genie ketika cewek itu berdiri, hendak memencet tombol yang tertempel di dinding samping ranjangnya. "Jangan panggil dokter dulu!"
Kecemasan menyelimuti Genie saat mendengar permintaan cowok itu. "Tapi, Kak..."
"Gue nggak pa-pa," potongnya cepat. Suaranya masih terdengar agak lemah. Arsen lantas menarik tangan gadis itu agar mendekat ke arahnya. "Duduk sini! Gue mau ngomong sesuatu sama lo."
Genie mengernyit kemudian duduk di atas ranjang. "Ngomong apa?"
Arsen menatap lurus cewek itu beberapa saat sebelum mulai bicara. "Jangan kelayaban sendiri malem-malem lagi! Jangan pernah keluar malem tanpa gue!" Nada peringatan tegas terdengar jelas dalam suaranya.
Marah mendengar ucapan cowok itu barusan, Genie menarik pergelangan tangannya yang masih ada di genggaman Arsen. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Emang lo siapa ngatur-ngatur gue? Lo nggak punya hak ngatur hidup gue. Bokap, bukan. Kakak, bukan. Pacar, apalagi."
Kalimat panjang lebar Genie jelas bikin rahang Arsen mengeras. Mau tak mau cowok itu tersulut emosi. Dengan sigap, dicekalnya lengan gadis itu dan ditariknya supaya berdiri dan mendekat lagi ke arahnya. Ditatapnya tajam dan dingin kedua mata abu-abu di depannya. Genie meringis merasakan cengkeraman Arsen. Ternyata tenaga cowok itu cukup kuat meski masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Gue nggak peduli apa anggepan lo ke gue." Suara Arsen meninggi satu oktaf. Tak dipedulikan tenggorokannya yang terasa pahit. "Gue cuma minta satu dari lo. Jangan keluar malem sendirian! Jangan keluar rumah tanpa gue! Ngerti?!"
"Kak..." Genie berusaha melepaskan cekalan tangan Arsen di pergelangannya. Tapi gagal.
"Ngerti nggak?!"
"Lepasin!"
Arsen menggertakkan gigi melihat cewek di sampingnya yang masih keukeuh memberontak. "Nggak akan gue lepasin sebelum lo bilang iya."
"Kak Arsen, lepasin!"
"Ngerti nggak lo, hah?!" geramnya. Kesabaran Arsen hampir habis menghadapi cewek keras kepala itu.
"Iya, gue ngerti!" seru Genie pasrah. "Sekarang lepasin gue!"
"Janji dulu sama gue, lo nggak bakal kelayaban sendiri malem-malem!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & The Beast
Chick-Lit(Sebagian part diprivate. Silakan follow untuk membacanya!) Warning: 18+ Genie, mahasiswi yang berhasil masuk ke universitas swasta elit lewat jalur beasiswa. Selama menjadi mahasiswi di sana, keinginannya cuma dua, yaitu bisa belajar...