PART 38

619 48 6
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Arsen mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Jarak beberapa senti di antara mereka seketika lenyap begitu bibirnya menempel di bibir Genie. Merasakan sesuatu yang kenyal dan hangat menyentuh bibirnya, perlahan Genie memejamkan mata. Detik kemudian, dirasakannya lumatan lembut di bibir mungilnya.

           Tanpa melepas ciuman mereka, Arsen menyelipkan tangan kanannya di bawah lutut Genie. Diangkat badan cewek itu dan diletakkan di atas pangkuannya. Refleks, Genie melingkarkan lengan di leher cowoknya. Arsen mengklaim bibir gadisnya. Memagutnya dengan lembut. Mencecap dan menghisap rasa manisnya.

           Selang beberapa menit waktu yang dibutuhkan mereka untuk saling mengungkapkan perasaan satu sama lain, ciuman itu akhirnya terlepas. Arsenlah yang lagi-lagi berinisiatif menghentikannya. Sebelum dia kehilangan kendali diri. Sebelum hal yang tak diinginkannya terjadi. Karena konsekuensi akhir adalah penyesalan tak termaafkan kalau hal itu sampai terjadi.

           Kehabisan napas, keduanya menghirup udara dalam-dalam. Dahi mereka saling menempel. Jantung mereka berdetak dua kali lebih cepat karena ciuman yang baru saja mereka lakukan.

           "Kak," panggil Genie sesaat kemudian.

           "Hm?"

           Ditatapnya lurus mata Arsen. "Can I... Can I ask you something?"

           "Yeah."

           "Where are your grandparents now?"

           Arsen menarik kepala ke belakang, melepas keningnya dari kening Genie. Dibawanya kepala cewek itu ke dadanya dan disandarkannya dagu di puncaknya. Dihirupnya napas dan dihembuskannya pelan. Keheningan menyergap keduanya untuk sesaat sebelum kemudian ia menemukan kekuatannya kembali.

           "They passed away," jawabnya lirih. "Waktu tau kalo sebentar lagi mau punya cucu, kakek sama nenek pergi ke rumah sakit tempat mama dirawat. Malemnya jam sembilan, aku lahir. Tapi gantinya mama yang meninggal." Pelukan Arsen mengetat. "Meski kakek sama nenek nggak nerima hubungan mama sama cowok itu, tapi mereka mau nerima aku. Akhirnya aku dibawa pulang sama mereka dan dirawat dengan baik. Kakek sama nenek udah kayak orangtua kedua buat aku. Waktu liburan kelulusan SD, kami bertiga pergi jalan-jalan. Tapi waktu pulang ke rumah, tiba-tiba ada truk besar dari depan yang nabrak mobil kami. Dan satu-satunya penumpang yang selamat cuma aku." Arsen kembali tercekat.

           Genie mendekap pinggang Arsen erat. Arsen menunduk dan menyandarkan dahi di kepala ceweknya. Kerlip menggenang di pelupuk matanya mengingat kejadian sembilan tahun lalu. Gimana dia harus hidup sendiri di usianya yang masih sebelas tahun. Melewati hari-harinya sebagai anak yang beranjak remaja tanpa sentuhan orangtua. Melewati hari-harinya sebagai siswa SMP dan SMA tanpa kasih sayang mereka. Dia melewati semuanya sendiri di usia yang seharusnya masih membutuhkan peran kedua orangtuanya.

           Arsen menelan ludah dengan getir. "Akhirnya hak asuhku jatuh ke waliku sampe umur delapan belas taun. Dia temen baik kakek. Tapi aku nggak tinggal sama dia. Aku masih tetep tinggal di rumahku yang sekarang dipake anggota Dark Hunter. Temen kakek itu cuma sesekali dateng ke sana buat jenguk," lanjutnya pelan. "Kakekku mafia dan waliku itu anggotanya yang paling deket sama dia. Kakek punya banyak bisnis illegal. Tapi karna nggak mau istri dan anak-cucunya makan dari hasil bisnis gelap, kakek bikin perusahaan otomotif. Setelah dia meninggal, semua warisannya otomatis jatoh ke tanganku. Dan tepat di ulang taunku yang kedelapan belas kemaren, apartemen ini, rumah yang dipake anggota Dark Hunter, dan perusahaan otomotif itu resmi jadi milikku."

           "Kakak tinggal sendiri di rumah segede itu?"

           Arsen menggangguk. "Ada beberapa pembantu sebenernya. Tapi mereka nggak termasuk keluarga kandung, kan? Jadi, ya, aku tinggal sendiri di rumah itu," jawabnya. "Nggak lama setelah itu, aku ketemu sama Reynald, David, dan Willy. Aku ngajak mereka tinggal di sana. Nasib kami berempat sama. Sama-sama nggak punya keluarga. Karna tinggal serumah, akhirnya makin lama kami makin deket dan jadi sahabat. Bahkan sodara."

           "Trus anggota yang lain, gimana kamu bisa ketemu sama mereka?"

           "Dulu waktu masih sekolah, aku blangsak banget. Karna nggak pernah dapet pantauan dari ortu, aku terjerumus ke pergaulan bebas. Tapi justru itu yang bikin aku jadi punya banyak temen. Temen yang sama-sama blangsak. Sama-sama rusak. Dan mereka sekarang jadi anggota Dark Hunter." Arsen tersenyum miris. "Ngerokok, minum, mabok-mabokan, free sex, clubbing udah jadi kebiasaanku. Aku nggak pernah punya tujuan hidup. I was really lost. Yang aku tau selama ini, aku cuma harus ngelanjutin hidup. Dengan cara apapun yang menurutku bisa buat bertahan hidup. Meski itu dengan cara merusak diri sendiri."

           Bening di mata Genie mengalir. Ia tidak pernah menyangka, seorang Arsen yang tampak kuat di luar ternyata sangat rapuh di dalam. Ia tidak pernah mengira kalau selama ini cowok itu merasakan kesakitan yang sanggup menghancurkannya berkeping-keping dalam sekali sentuhan. Meskipun sentuhan itu sehalus helaian bulu.

           Lahir di luar nikah tanpa seorang ayah dan ditinggal ibu serta kakek-neneknya sudah sangat cukup untuk meninggalkan luka pada Arsen.

           Arsen adalah hati yang retak tak berbentuk. Dia adalah luka tak berdarah dan bernanah yang selama ini tak tersentuh penawar. Luka menganga yang sangat dalam. Luka yang bahkan amat susah untuk ditutup kembali. Mungkin bisa, tapi butuh waktu yang sangat lama.

           Genie menyentuh dada Arsen. "Kakak nggak akan pernah sendiri lagi sekarang. Aku bakal terus ada di sini nemenin kamu. Kita akan pergi sama-sama. Lari sama-sama. Capek sama-sama. Seneng sama-sama. Sedih sama-sama. Kamu nggak akan ngelakuin itu semua sendirian lagi."

           Arsen termangu. Padahal dia bukan cowok baik-baik. Dia brengsek, blangsak, bajingan, rusak, kotor, dan lain-lain. Katakanlah semua hal buruk ada padanya. Bukankah kata orang, cewek baik-baik untuk cowok baik-baik juga? Tapi kenapa Arsen bisa mendapatkan gadis sebaik, selembut, sehalus, dan sesuci ini?

           Arsen mengangkat tangannya dan mengusap pipi Genie yang basah karena air mata. Kemudian ditempelkan dahinya di dahi cewek itu. "You know how happy and lucky I am to have you here in my life?"

           Genie tersenyum. "I know."

           "I'm the lucky bastard who has a pure angel as my girlfriend." Cowok itu ikut tersenyum.

           "And I'm the lucky good girl who has a bad boy as my boyfriend."

           Arsen tergelak. "You know what, flower? Good girls always fall in love with bad boys. And every girl want a bad boy who is good only for her."

           "Well, it's hard to resist a bad boy who's a good man."

           Arsen menyeringai. "A good man with a good look," tambahnya.

           Genie mencebik. "Narsis."

           Tawa Arsen meledak. Sambil menarik Genie bersamanya, cowok itu menjatuhkan punggung ke ranjang. Genie refleks memekik. Detik berikutnya, sebuah kecupan dirasakannya di puncak kepala. Lama dan dalam.

           Arsen lalu menatap mata Genie. "I may be a real bad boy, but I'm a real good man." Diusapnya pipi kanan ceweknya. "And I'll be good just for you."

            Genie tersenyum lebar. "I know." Kemudian disandarkan kepalanya di dada Arsen dan didengarnya detak jantungnya yang selalu menenangkan.     

Segini dulu.

Ntar aku ketik dulu lanjutannya.

Vomment ditunggu.

See you... :D

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang