PART 27

679 47 11
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Arsen terbangun dengan nyeri hebat yang menghantam kepala. Ia mengerang pelan sambil berusaha bangkit dari posisi tidur. Dipijatnya pelan kedua pelipisnya. Saat nyeri itu makin bertambah, dilihatnya sebutir aspirin dan segelas air putih di atas meja. Segera diambilnya obat itu dan diminumnya.

Ketika akan beranjak ke kamar, tiba-tiba Arsen mendengar sesuatu dari arah dapur. Harum aroma masakan seketika tercium hingga ke ruang tamu. Tak pelak perutnya pun berbunyi minta diisi.

Cowok itu menyibakkan selimut yang menutupi badannya, berdiri, dan melangkah ke dapur. Sesampainya di sana, ia mendapati Genie memunggunginya. Diamatinya cewek itu dari atas sampai bawah. Kaos dan celananya yang dipakai Genie tampak kebesaran hingga membuat cewek itu tenggelam di dalamnya. Celana bagian paling bawah harus dilipat beberapa kali. Lucu banget, gumam Arsen sembari tersenyum geli.

Genie yang sedang sibuk dengan masakan tidak menyadari kehadirannya. Arsen kemudian berjalan mendekat. Ketika berada tepat di belakangnya, ia langsung melingkarkan kedua lengan di pinggang gadis itu lantas mengecup pipi kirinya. Genie yang terkejut refleks menoleh sedikit ke belakang. Senyum hangat menyambutnya.

"Kak Arsen udah bangun?"

Yang ditanya mengangguk lalu menyandarkan dagu di bahu ceweknya. "Masak apa?" tanyanya seraya melongok ke wajan.

Genie tersenyum kemudian kembali berkutat dengan masakannya. "Masak masakan kesukaanmu."

"Capcay goreng?"

Cewek itu mengangguk "Iya."

Senyum lebar mengembang di bibir Arsen. Dieratkan pelukannya di pinggang Genie. Diberinya sekali lagi ciuman di pipi cewek itu.

"Calon istri idaman. Jadi makin sayang deh."

Jantung Genie berdegup kencang mendengar ucapan Arsen. Kupu-kupu seakan berterbangan di dalam perutnya. Kalau setiap masak masakan kesukaan cowok itu Genie akan mendapat pelukan dan ciuman di pipi seperti ini, ia rela tiap hari ke sini dan memasak untuknya. Membayangkan itu membuat muka Genie memerah malu. Duh, otak gue kok jadi konslet gini sih? Gara-gara Kak Arsen nih, rutuknya.

"Kak, bisa lepasin tangannya nggak?" tanyanya, berusaha mengalihkan pikirannya yang melayang kemana-mana.

"Enggak," jawab Arsen polos seraya menggeleng cepat.

"Kak, aku nggak bisa gerak kalo ini nggak dilepas." Genie menunjuk tangan Arsen yang bertaut di perutnya dengan jari telunjuk.

Sebenarnya bukan karena alasan itu, tapi pelukan Arsen bikin dia nggak bisa konsentrasi masak. Takutnya salah memasukkan bahan. Yang harusnya garam malah jadi gula. Yang harusnya kecap asin malah jadi kecap manis.

Lagi-lagi Arsen menggeleng. "Kan yang gerak tangannya bukan badannya? Jadi nggak bakal aku lepas."

"Trus aku ambil bumbu sama piring buat naruh capcaynya gimana kalo kayak gini?" tanyanya gemas. Cowok itu terkekeh. "Kak, mending sekarang kamu lepasin aku trus mandi. Habis itu kita makan bareng."

"Okay, my flower." Arsen melepas tangannya dari pinggang Genie. Tapi mendadak ia ingat sesuatu. "Bentar deh!"

Genie menoleh ke cowoknya. "Apa lagi?"

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang