PART 9

644 42 1
                                    

Follow me on

IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Dua jam sebelumnya.

Seorang cowok duduk di atas motor Ducati-nya yang terparkir di pinggir jalan. Kaki kirinya menjejak aspal, sedangkan kaki kanan terlipat di atas tangki motor. Dengan sebatang rokok terselip di bibir dan asap yang mengepul di depan muka, cowok itu menatap lurus kamar di lantai dua yang masih terang benderang. Tanda kalau sang pemilik kamar belum tidur. Satu pertanyaan terbesit di kepala cowok itu. Apa yang sedang dia lakukan sekarang?

Satu jam kemudian, dilihatnya seseorang keluar dari halaman rumah yang dipandanginya sedari tadi. Cowok itu menyipitkan mata, mengamati siapa orang tersebut. Waktu tahu siapa orang yang sekarang sudah mulai berjalan di trotoar, seketika matanya terbelalak.

Genie? Ngapain dia kelayaban malem-malem? batinnya. Rasa cemas langsung menyergapnya. Dibantingnya putung rokok ke aspal lalu diinjaknya sampai mati. Kemudian diambilnya iPhone di saku celana dan segera dihubungi sahabatnya.

"Ambil motor gue di Paradise Land! Sekarang!" perintahnya begitu teleponnya tersambung.

"Di depan rumah cewek itu?" tanya lawan bicaranya dari seberang.

"Iya. Buruan!"

"Oke. Gue ke sana."

Setelah mematikan sambungan telepon, cowok itu mulai melangkahkan kaki di trotoar. Diikutinya gadis itu dalam jarak aman. Setelah melewati gerbang berbentuk setengah lingkaran dan bertuliskan 'PARADISE LAND' yang diukir indah, dilihatnya seseorang yang tidak dikenalinya muncul dari semak-semak dekat taman. Orang itu berjalan beberapa meter di depannya. Dan ternyata dia juga mengikuti Genie. Pikiran buruk langsung muncul di kepala.

"Brengsek," desisnya.

Diperhatikannya dari kejauhan Genie yang tiba-tiba berhenti. Cewek itu kemudian menoleh. Refleks ia langsung bersembunyi di balik pohon terdekat, begitu juga orang yang ada di depannya. Kini cewek itu kembali berjalan, tapi dengan langkah lebih cepat. Ia lalu mengikuti Genie lagi. Orang yang tadi juga mengikuti cewek itu sekarang kembali berjalan di depannya. Melihat gadis itu melangkah cepat, orang yang tak dikenalnya itu ikut mempercepat jalannya. Tersengat, Arsen langsung lari dan menyergap orang tersebut. Dibekapnya mulutnya supaya tak mengeluarkan suara dan diseretnya ke semak-semak pinggir trotoar. Kemudian diputarnya paksa orang itu dan diberinya satu tonjokan keras di pipi kiri.

"MAU APA LO, HAH?!" bentaknya.

"Akhirnya gue berhasil juga nyeret lo...," Suara seseorang terdengar dari belakangnya. "Arsen."

Mata Arsen seketika terbelalak mendengar suara yang sudah amat sangat dikenalnya. Axel? Arsen balik badan dan langsung berhadapan dengan ketua geng Dead Phantom, musuh bebuyutannya. Di belakangnya berdiri delapan belas orang yang tidak lain adalah anggota geng itu.

"Fuck!" Arsen mengumpat marah.

Senyum miring tersungging di bibir Axel. "Gue nggak nyangka, ternyata tuh cewek berguna juga buat nyeret lo ke sini," ujarnya. "Betewe, kayaknya boleh tuh kalo kapan-kapan gue ajak dia 'main' bentar. Secara orangnya cantik banget gitu. Kalo gue perhatiin, tu cewek kayaknya masih perawan juga."

"Bangsat!" geram Arsen.

Ia menggertakkan gigi mendengar kata-kata Axel barusan, terutama saat cowok itu mengucapkan kalimat terakhir. Bahkan dalam bayangan terliarnya sekalipun, Arsen tak pernah berpikir buat menyentuh Genie sejauh itu. Tak ayal kedua tangannya terkepal kuat. Saking kuatnya, sampai-sampai buku-buku jarinya memutih. Mata tajamnya terhunus lurus ke manik mata musuhnya. Dalam hati Arsen bersumpah, nggak akan dia biarkan siapapun menyentuh gadis itu. Apalagi sampai menyakiti dan menodainya.

"Mau lo apa, hah?!" tanyanya kemudian.

"Mau gue?" Rahang Axel mengeras. Ditentangnya mata cokelat milik Arsen. "Lo mati."

Axel mengedikkan kepala, memberi kode pada anak buahnya untuk maju menyerang Arsen. Akhirnya perkelahian pun dimulai. Pukulan, tendangan, dan bantingan terdengar bergantian ketika cowok itu berusaha menjatuhkan anggota Dead Phantom. Satu-satu dari mereka terkapar di tanah sebelum kemudian tak sadarkan diri. Sedangkan nafas Arsen sudah tersengal-sengal. Ia benar-benar hampir kewalahan menghadapi mereka.

Axel terbelalak kaget saat melihat kedua belas anak buahnya jatuh pingsan. Ia sungguh tak menyangka kalau Arsen ternyata sekuat itu. Merasa terpojok, cowok itu mengisyaratkan anak buahnya yang masih tersisa untuk maju dengannya dan menyerang musuh di depannya bersama-sama. Arsen yang tak siap dengan pengeroyokan itu sontak langsung terpental ke tanah. Ditambah kondisinya yang sudah kelelahan karena berkelahi dengan kedua belas anggota The Dead Phantom tadi membuatnya tak mampu lagi melawan mereka.

Beberapa saat kemudian, Arsen terkapar tak berdaya. Tapi pukulan dan tendangan masih dilancarkan musuhnya tanpa perlawanan sedikit pun darinya. Seluruh badannya sudah mati rasa. Cowok itu sudah tak sanggup bergerak. Mungkin sebentar lagi ia benar-benar akan mati. Apakah dia akan mati dalam keadaan mengenaskan seperti ini?

Di saat pikiran akan kematian terlintas di kepala, tiba-tiba Arsen merasakan seseorang mengangkat bahunya. Dinginnya tanah kini digantikan dengan sentuhan yang menyalurkan kehangatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya. Sentuhan itu terasa begitu halus dan lembut di pipinya.

"Hei, lo masih bisa denger gue, kan? Gue mohon, jangan pingsan dulu!"

Suara yang terdengar seperti alunan lagu itu benar-benar menenangkan hatinya. Penasaran dengan si pemilik suara itu, pelan Arsen membuka kedua matanya.

"Kak... Arsen." Sayup-sayup suara itu terdengar lagi.

Awalnya pandangan Arsen agak kabur, tapi ia masih bisa melihat wajah itu. Wajah yang sangat cantik layaknya bidadari. Makin lama penglihatannya makin jelas. Hingga sekarang Arsen tahu siapa bidadari ini. Kemudian cowok itu tersenyum tipis. Apa dia malaikat penyelamat yang dikirim buat gue? tanyanya dalam hati.

"Ge... nie," panggilnya lirih.

Yang dipanggil mengangguk. "Ya, ini gue."

Sambil menahan nyeri di seluruh badan, Arsen mengangkat tangan kirinya ke arah pipi Genie. Cowok itu ingin menyentuh dan mengusapnya. Ingin meyakinkan dirinya kalau ini bukan mimpi. Meyakinkan dirinya kalau ini memang Genie, malaikat yang dikirim untuknya. Saat tangannya sudah berada di pipi cewek itu, Arsen merasakan tangannya kini berada di dalam genggaman Genie. Hangat. Benar-benar hangat.

"Kak, tunggu di sini bentar!" pinta cewek itu tiba-tiba.

Mendengar permintaan itu, sontak Arsen terkejut. Genie hendak meninggalkannya. Ia akan ditinggalkan lagi. Kontan cowok itu segera menahannya.

"Ja... ngan... per... gi!" ucapnya terbata-bata. Ia ingin cewek itu tetap di sini.

Genie menggeleng. "Gue nggak akan pergi kemana-mana. Gue cuma mau cari taksi bentar."

"Ge..."

Waktu akan menahan Genie lagi untuk tak beranjak pergi, mendadak Arsen merasakan nyeri hebat di perutnya. Tak kuat, ia pun terbatuk-batuk. Cairan kental berwarna merah terus-menerus keluar dari mulutnya.Sampai akhirnya lama-kelamaan pandangannya menggelap.

Vomment ditunggu.

See you... :)

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang