PART 20

721 54 4
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Setelah memuntahkan kemarahannya pada Paxie, Arsen membawa pergi Genie dari taman itu. Cewek itu masih diam. Keterkejutan dan kemarahan menyelimutinya. Terkejut karena ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Dan marah karena Arsen memukul Paxie tanpa sebab.

Genie mulai meronta. "Kak Arsen, lepasin!"

Arsen diam, tak mengacuhkan rontaan cewek itu. Rahangnya mengeras saat kedua tangan Genie berusaha melepas lingkaran tangannya di pinggangnya. Berontakan Genie membuat dekapannya makin mengetat. Gadis itu harus tahu kalau ia tak suka ditentang.

"Kak Arsen, lepasiiin!" Genie mulai histeris.

Cewek itu benar-benar menguji kesabarannya. Geram, Arsen akhirnya menghentikan langkah, begitu juga dengan Genie. Dengan gerakan cepat, dibungkukkan badannya menghadap cewek itu. Kemudian diselipkan tangan kirinya di belakang lutut Genie. Terakhir, diangkatnya tubuh mungil itu dan diletakkan di atas bahu kanannya.

"Kyaaaaa..." Teriakan ketakutan seketika keluar dari bibir Genie.

Dengan satu tangannya melingkar dan menahan paha bagian belakang Genie supaya tidak jatuh, Arsen kembali berjalan menyusuri koridor. Tak dipedulikan jeritan dan rontaan cewek itu serta tatap kaget para mahasiswa yang dilewatinya.

"Kak Arsen, put me down!" Genie memukul-mukul punggung Arsen, yang sebenarnya percuma karena pukulannya tidak ada apa-apanya untuk cowok itu. Justru tangannyalah yang kini terasa sakit karena memukul punggung keras di depannya. "Kak, put me down! Put me down! Put me down! Put the hell me down!"

Lagi-lagi Arsen tak menggubris jeritan Genie dan terus melangkah. Setibanya di depan lift, cowok itu berhenti lantas memencet tombol bertanda anak panah ke atas. Setelah pintu di hadapannya terbuka, cowok itu masuk ke dalam. Ditekannya angka lima yang membawanya ke lantai paling atas.

Beberapa detik berlalu, pintu lift terbuka. Arsen keluar kemudian berjalan ke arah tangga. Diinjaknya tangga dua-dua sekaligus. Cowok itu tampak terburu-buru. Saking terburu-burunya, ia bahkan melewati tiga tangga teratas. Lalu dibukanya pintu di depannya. Kini sampailah mereka di rooftop gedung fakultas kedokteran. Dibawanya Genie ke tepi, dekat dinding pembatas. Kemudian diturunkannya cewek itu. Saat kakinya menginjak lantai, Genie berhenti berontak. Tapi karena sudah terlanjur marah, gadis itu seketika meluapkan seluruh emosinya. Dipukulnya dada cowok itu berkali-kali.

"Lo bener-bener jahat. Nggak seharusnya lo mukul Kak Paxie. Apa sih sebenernya masalah lo? Lo nggak berhak bersikap kayak gitu depan cowok lain. Lo nggak berhak bersikap seolah-olah lo pacar gue. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Lo bukan siapa-siapa gue. Lo nggak berhak bersikap posesif sama gue!" Genie berteriak dalam satu tarikan napas.

Arsen bergeming, membiarkan cewek itu meletupkan kemarahan. Ditatapnya lurus cewek yang masih memukul dadanya dengan pukulannya yang sekarang melemah. Bening dari kedua mata Genie mengalir. Membentuk jejak air mata di pipi. Sesaat setelah pukulan itu berhenti, Arsen mengangkat kedua tangannya lalu melingkarkannya di tubuh Genie. Satu tangan di pinggang dan satu tangan di bahu. Ditariknya cewek itu dan ditenggelamkan kepalanya di dada bidangnya.

Merasakan hangat dekapan Arsen, isakan Genie makin keras. Wajahnya terkubur di dada Arsen. Kedua tangannya meremas pinggiran kemeja hitam Arsen yang seluruh kancingnya terbuka, menampakkan dalaman kaos putih-yang membalut tubuh sempurna cowok itu di balik kemeja-dan kalung rantai berliontin blackplated stainless steel dog tag pendant.

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang