PART 15

679 44 4
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Arsen membanting pintu kemudian duduk dan menyandarkan punggung serta kepalanya di sandaran sofa ruang tamu. Ditutupnya mata dengan punggung lengannya yang terlipat di atas wajah. Nafasnya memburu menahan marah karena mendengar permintaan gila Axel. Jadiin Genie taruhan? Sinting tuh orang!

Bukannya Arsen takut sama tantangan itu karena dia yakin, dia pasti menang. Tapi taruhan kali ini bukan uang, mobil, motor, atau cewek jalang seperti yang selama ini mereka pertaruhkan. Ini Genie. Cewek yang selama ini ada dalam pengawasan dan penjagaannya. Cewek incarannya. Apalagi kalau ingat kata-kata Axel yang punya niat buat meniduri cewek itu, benar-benar bikin Arsen muntab.

"BANGSAT!!!"

Cowok itu menggebrak meja kaca di depannya kuat-kuat. Seketika suara kaca pecah terdengar keras. Reynald yang sedang bermain PS di ruang tengah basecamp terlonjak kaget. Dipausenya game yang sedang ia mainkan lalu berlari ke arah ruang sumber suara. Matanya terbelalak begitu melihat pemandangan di hadapannya. Arsen dengan badan sedikit membungkuk, kepala menunduk, dan kedua telapak tangannya yang berdarah. Cowok itu kelihatan sangat kacau. Perlahan, Reynald mendekatinya kemudian duduk di sofa panjang di depannya.

"Lo kenapa, Bos?" tanyanya hati-hati.

Tak ada jawaban dari Arsen. Keheningan menyelimuti ruangan itu. Reynald menunggu dengan sabar sebelum kemudian cowok itu membuka suara.

"Balap liar." Arsen menggumam pelan. Reynald mengernyit bingung. "Axel nantangin gue balap liar." lanjutnya. Kini temannya itu mengerti.

"Trus masalahnya apa?" sahut Reynald. "Lo kan udah sering balap liar dan selalu menang."

Arsen mengangkat kepala. Ditatapnya sahabatnya lurus-lurus. "Masalahnya bukan itu," geramnya tertahan. "Axel pengen Genie dijadiin taruhan."

"Lah biasanya kita juga sering taruhan cewek, Bos. Nggak masalah, kan?" timpal cowok berambut cepak itu.

"Gila lo?! Ini Genie! Bukan cewek jalang yang biasa kita jadiin taruhan!" teriaknya mulai kalap. Reynald terlonjak kaget. Nafas Arsen terengah-engah. Ia menghela napas kasar lantas menunduk lagi. "Gue nggak bisa," lanjutnya lirih.

Reynald menatap Arsen dengan tatapan menyelidik. "Bos, lo beneran suka ya sama Genie?" Yang ditanya menggeleng. "Jangan bohongin diri lo sendiri, Bos!"

Bertahun-tahun selalu bersama Arsen membuat Reynald tahu gimana sosok sahabat sekaligus ketua gengnya itu. Geng yang dinamai Dark Hunter sudah berdiri jauh sebelum dirinya bergabung di sana. Waktu itu Reynald kabur dari rumah orangtua angkatnya yang selalu menindasnya. Padahal ia masih berumur dua belas tahun tahun. Kemudian ia ketemu Arsen ketika cowok itu sedang duduk di atas motor sportnya sambil merokok di atas jembatan dan masih memakai seragam putih biru. Setelah tahu kalau Reynald kabur dari rumah dan nggak punya tempat tinggal, Arsen menolongnya dan membawa dirinya ke basecamp ini. Sejak saat itu, keduanya mulai akrab. Makin lama mereka makin dekat layaknya saudara kandung.

"Gue nggak tau," tukas Arsen sesaat kemudian. "Selama ini gue cuma berusaha buat nepatin janji gue buat jaga dia."

"Tapi tanpa lo sadari, lo udah nyimpen perasaan buat Genie. Cuma lo aja yang nggak mau ngebuka hati lo."

"Gue bukannya nggak mau, tapi gue sengaja nutup hati gue. Lo tau kan apa yang bakalan terjadi kalo Genie sama gue. Buat sekarang, baru Dead Phantom aja yang tau keberadaan dia. Kalo sampe musuh-musuh gue yang lain tau, gue nggak bisa bayangin apa yang bakal terjadi sama Genie nanti. Gue nggak mau dia kenapa-napa. Karna itu cuma akan bikin gue tambah ngerasa bersalah."

"Tapi apa lo yakin mau mendem perasaan lo terus, Bos? Lo udah siap kalo Genie diambil orang lain?"

Arsen mengangkat kepala lagi seraya memicingkan mata. "Maksud lo?"

"Just for your information, Paxie suka sama Genie dan dia juga suka sama tu cowok. Udah gue selidikin, mereka dulu satu sekolahan waktu SMA di Bandung." Reynald memberitahu. "Genie udah lama suka sama Paxie, Bos. Dia kuliah di tempat kita biar bisa satu kampus sama cowok itu."

Tubuh Arsen menegang. Ternyata benar dugaannya. Kejadian di kampus tadi-waktu Genie menangis-memang ada hubungannya sama Paxie. Menyadari itu, seketika Arsen menggertakkan gigi. Kenapa info sepenting ini bisa luput darinya? Padahal ia sudah mengawasi Genie bertahun-tahun sejak cewek itu masih duduk di bangku SMP.

Reynald berdiri kemudian mendekati Arsen dan duduk di sebelahnya. Menepuk pelan bahu sahabatnya yang sedang dilema. Sudah lama ia merasakan sesuatu yang aneh pada Arsen setiap dirinya menceritakan segala hal tentang Genie. Bahkan hanya mendengar nama cewek itu, tubuh Arsen akan langsung bereaksi. Jadi Reynald yakin, temannya satu itu punya perasaan lebih pada Genie. Lebih dari sekedar menepati janji dan melakukan tanggung jawabnya buat mengawasi dan menjaga gadis itu.

"Soal itu dibahas besok lagi aja, Bos. Mending sekarang lo istirahat dulu. Malem ini lo diundang buat ngeDJ di Dixon, kan? Jangan sampe masalah ini ganggu penampilan lo nanti!"

Arsen menghela napas berat lalu berdiri. "Ya udah, gue balik."

"Gak istirahat di sini aja? Sekalian ngobatin tangan lo tuh."

"Males. Tadi gue liat David lagi make out sama Nanda di koridor kampus. Trus si Willy kayaknya lagi ML sama Rania di toilet. Pasti bentar lagi mereka bawa tu jalang dua ke sini," jawab Arsen malas. "Ntar yang ada gue malah nggak bisa tidur gara-gara denger suara mereka di kamar."

Reynald nyengir mendengarnya. Ia sudah bisa menebak apa yang dilakukan David dan Willy di kampus. Hari ini dua cowok itu nggak ada jadwal kuliah sama sekali. So, apalagi yang mereka lakukan di sana kalau bukan buat cari 'mangsa' baru?

"Gue pulang dulu."

Reynald mengangguk. "See you at the club, Bos."

Vomment ditunggu.

See you... :)

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang