Follow me on
IG: @rachmafadilVote & komen please!
Jangan jadi silent readers!Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)Happy reading... 😊
Arsen turun dari motor setelah melewati gerbang dan pos satpam sebuah rumah mewah yang ada di dalam kompleks perumahan elit. Rasa gugup tak ayal menggerogotinya. Gimana enggak? Ini pertama kali dirinya datang ke rumah seorang cewek. Meski tujuannya bukan buat mengajak kencan cewek itu, tapi tetap saja sebentar lagi ia akan berhadapan dengan orangtuanya. Berbagai kalimat sudah ia siapkan sepanjang jalan menuju ke sini. Padahal tadi ia sudah merasa yakin dan siap kalau sewaktu-waktu akan diinterogasi orangtua cewek itu. Tapi setibanya di sini, entah kenapa kepercayaan dirinya tiba-tiba menguap.
Crap! Arsen mengumpat dalam hati. Bisa sinting nih gue lama-lama.
Arsen sama sekali tak menyangka, ternyata mendekati cewek incarannya jauh lebih sulit daripada menyeret jalang ke ranjang. Tapi ia tak akan menyerah. Sudah terlanjur di sini, mana mungkin balik lagi? Arsen bukan orang yang mau keluar begitu saja dengan tangan kosong. Because he is used to getting what he wants.
Setelah menghela napas sejenak dan menetralkan jantungnya, yang sialnya, berdetak tak karuan, Arsen memantapkan langkah ke arah pintu rumah di hadapannya. Diketuknya pintu tersebut. Ditunggunya sesaat sampai pintu di depannya terbuka dan menampakkan sosok paruh baya yang masih kelihatan cantik. Aura keibuan tampak jelas dalam sorot matanya.
"Selamat pagi, Tante," sapa Arsen sopan seraya menyunggingkan senyum.
Wanita itu mengernyit. "Pagi," balasnya ramah.
Beliau meneliti Arsen dari atas sampai bawah. Rambutnya tersisir rapi. Kemeja flanel kotak-kotak biru tua membalut tubuh tinggi atletisnya, dengan kedua lengannya yang digulung sampai siku. Dipadukan dengan celana low slung jeans hitam dan sepatu Converse hitam-putih. Sebuah jam tangan kulit yang juga berwarna hitam terlingkar di pergelangan kirinya. Tidak ada tindikan di telinga. Tidak ada leather hand band yang sering dipakainya. Untuk ukuran cowok nakal macam Arsen, penampilannya pagi ini cukup sopan tapi tetap santai dan stylish. Untuk hari ini, ia memang sengaja bertransformasi dari penampilan premannya ke penampilan rapi. Apalagi tujuannya kalau bukan buat memberi kesan baik di depan orangtua Genie.
"Siapa ya?" tanya wanita itu heran.
"Saya Arsen, Tante. Saya ke sini mau jemput Genie. Orangnya ada kan, Tan?"
"Kamu temen anak saya?"
Arsen berpikir sejenak. Bingung mau menjawab apa. Kalau teman, mereka bahkan baru ketemu beberapa hari. Meski ia sudah mengenal Genie lama, cewek itu baru mengenalnya sebentar. Tapi kalau Arsen mengaku sebagai teman, kecil kemungkinan ia diperbolehkan buat dekat sama Genie. Atau lebih baik dia mengaku...
"Saya... pacarnya Genie, Tan."
Mata Mama Genie melebar. Seperti disambar petir di siang bolong, ia benar-benar syok. Karena ini pertama kalinya ada seorang cowok datang ke rumah yang mengaku pacar anaknya.
"Kamu pacar Genie?" Yang ditanya cuma mengangguk. "Kok dia nggak pernah cerita kalo punya pacar?"
"Emm... Mungkin Genie malu, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & The Beast
ChickLit(Sebagian part diprivate. Silakan follow untuk membacanya!) Warning: 18+ Genie, mahasiswi yang berhasil masuk ke universitas swasta elit lewat jalur beasiswa. Selama menjadi mahasiswi di sana, keinginannya cuma dua, yaitu bisa belajar...