PART 32

667 44 18
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Ketika matanya terbuka, Arsen menjauhkan dahinya dari dahi Genie kemudian menarik kepala cewek itu ke dadanya. "Was it your first kiss?" tanyanya setelah napasnya kembali teratur. Muka Genie merona mendengar pertanyaan itu. Ia lalu mengangguk malu-malu. Arsen mencium puncak kepala cewek itu. Ditariknya dagu Genie supaya menghadapnya lantas diusap pipi kirinya. "Thanks for accepting me as I am. With all my defects."

Genie tersenyum kemudian mengangguk. Tapi senyum itu langsung pudar begitu ia teringat sesuatu. Digantikan raut mukanya yang mendadak mendung. Arsen pasti sudah sering mencium banyak cewek. Yang jelas, semua cewek itu sudah ahli dalam berciuman. Sedangkan dirinya? Ia yakin ciumannya tadi pasti sangat kaku. Mengingat ini ciuman pertamanya. Gimana kalo Arsen nggak suka?

"Why do you look sad?" Arsen yang melihat perubahan raut muka Genie tak pelak mengernyit heran.

Genie menunduk. "I'm not a good kisser," jawabnya lirih. "Kakak pasti kecewa sama aku."

"Flower, hey, look!" Cowok itu mengangkat dagu gadisnya. Ditatapnya Genie dengan tatapan yang selalu bikin hati cewek itu menghangat. "Aku sama sekali nggak kecewa. Aku malah seneng. I'm so happy I'm the first guy taking your first kiss." Tanpa sadar, ibu jari Arsen mengusap bibir bawah Genie. Seperti terhipnotis, cewek itu bergeming. "And these lips are mine. I'm the only one who can kiss them." Arsen menatap bibir itu lantas mendekatkan lagi wajahnya ke wajah Genie.

"Hi, hello, spada! I'm coming. Anybody home?!" Suara teriakan Willy menggema di ruang tengah.

"Shit!" Arsen mengumpat kesal. Padahal hampir saja ia akan merasakan bibir manis ceweknya lagi. Tapi gagal karena kedatangan monyet sialan itu.

"Oops! Sorry." Willy menutup mulutnya dengan gerakan yang dibuat-buat layaknya cewek yang tak sengaja melihat adegan tak senonoh.

Arsen menoleh ke belakang dan menatap Willy tajam yang dibalas senyum tanpa dosa oleh temannya itu. "Apa lo bener-bener nggak bisa diem?" geramnya marah. "Apa gue harus turun tangan sendiri buat nyumpal mulut lo?"

Willy terkekeh. "Sorry, Sen. Gue nggak tau kalo lo lagi mesra-mesraan sama cewek lo."

Malu, Genie menyembunyikan mukanya di dada Arsen. David dan Reynald mengulum senyum geli melihat adu mulut kedua temannya. Ini sudah kesekian kali Willy membuat Arsen marah dan cuma ditanggapi santai oleh cowok itu. Mereka bertiga kemudian mendekati pasangan di depan mereka lalu melompati sofa dan duduk di atasnya.

"Yang lain mana?" tanya Reynald, heran karena ruangan tengah yang biasanya ramai tiba-tiba sepi.

"Gue harus ngomong berdua sama Genie. Jadi mereka gue suruh pergi dulu," jawab Arsen. Ketiga temannya mendadak membatu.

"Lo... udah kasih tau soal kita ke Genie?" tanya David hati-hati.

Yang ditanya mengangguk lalu mengeratkan pelukannya. "Lo bertiga pasti nggak bakal percaya." Arsen menunduk menatap ke ceweknya lalu tersenyum. Genie balik menatapnya. "Genie nerima gue. Dia nggak ninggalin gue meski udah tau siapa gue."

David, Willy, dan Reynald menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata. Antara percaya dan tidak percaya. Genie memang polos, tapi mereka yakin cewek itu cukup pintar untuk bisa membedakan antara orang biasa dan gangster.

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang