PART 39

579 44 7
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Please VOTE + COMMENT + SHARE!
It means a lot to me... :)

Happy reading... 😊

Usapan lembut di kepalanya membuat Genie terbuai. Aroma aftershave dan white musk bercampur feromon yang menguar dari tubuh Arsen menggelitik indera penciumannya. Membuatnya terlena dan semakin jatuh ke dalam pesona cowok itu. Ditambah wajah gantengnya yang tak terbantahkan dan tubuh tinggi atletisnya memberi Arsen aura dominasi yang kuat yang sanggup menghipnotisnya, juga banyak gadis, dan mengintimidasi siapapun yang berani menantangnya.

Arsen adalah perwujudan dari semua angan dan asa para gadis yang tanpa lelah selalu berusaha mengejar dan mendapatkannya. Walaupun mereka tahu kalau usaha mereka sia-sia. Maka dari itu, Genie merasa sangat beruntung karena dialah satu-satunya cewek yang berhasil memiliki Arsen.

Setelah tahu tentang kehidupan cowok itu, tentang masa lalunya yang buruk serta keterpurukannya yang dipendamnya seorang diri, kini Genie merasa lebih dekat dengannya. Ia merasa jadi bagian dari Arsen. Jadi separuh hidupnya. Karena ia juga sudah berjanji akan selalu bersamanya. Apapun dan gimana pun keadaannya.

Sesaat setelah keterdiaman mencekam mereka, Genie mendongak menatap cowoknya. "Kak Arsen."

Yang dipanggil menunduk. "Ya?"

"Kamu bilang dulu kamu tinggal di rumah gede itu. Kenapa sekarang tinggal di apartemen? Kenapa nggak di sana lagi? Trus sejak kapan kamu pindah ke sini?"

Arsen bergeming sejenak lalu menghela napas, mengeluarkan seluruh sesak yang memenuhi paru-parunya. "Aku pindah ke sini pas masuk SMA. Aku nggak tinggal di rumah itu lagi soalnya ada orang yang sering dateng nyariin aku di sana."

"Siapa?"

Muka cowok itu mendadak kaku. "Orang yang ngaku papa."

Mata Genie melebar. "Papa Kakak?"

Rahang Arsen mengeras. "Aku nggak punya papa. Buatku, papa udah mati."

Seketika Genie diam. Segitu bencinyakah Arsen sama papanya? Kalau iya, hal itu bisa dimaklumi. Setelah bertahun-tahun hidup tanpa figur seorang ayah lalu tiba-tiba ada orang yang mengaku sebagai papanya, jelas itu jadi pukulan tersendiri bagi Arsen. Semua orang juga pasti akan sulit menerimanya kalau hal itu terjadi pada mereka.

Genie menyandarkan lagi kepalanya di dada Arsen. "Nggak pa-pa kalo kamu nggak mau ngomongin soal dia. Aku ngerti."

Arsen mengecup kepala ceweknya. "Makasih, flower." Kemudian dipandangnya langit dari balik atap kaca kamarnya.

Tiba-tiba Genie teringat novel berbahasa Perancis yang terletak di sampingnya. "Kak," panggilnya seraya mendongak lagi.

"Hm?"

"Arti judul novel itu apa? Trus ceritanya tentang apa?" tanyanya penasaran. "Aku cuma tau sedikit bahasa Perancis. Dan cuma bisa ngomong bonjour doang."

Arsen tergelak. "Le Papillon Des Étoiles artinya the butterflies of the stars. Tu novel ditulis taun dua ribu enam sama Bernard Werber. Ceritanya tentang petualangan seorang ilmuwan, navigator kapal layar, milyader, dan pengikut mereka dalam proyek yang tujuannya buat kabur dari bumi. Si ilmuwan nyusun pesawat luar angkasa yang bentuknya kayak kupu-kupu dan bisa dijalanin pake tenaga matahari. Si milyader bantu secara finansial buat nambah ilmuwan, insinyur, navigator kapal, dan pekerja lain. Setelah ngelewatin banyak hambatan, kapal kupu-kupu itu akhirnya siap buat diterbangin ngelewatin bintang-bintang. Orang-orang yang ikut pesawat itu hidup dan mati di sana. Setelah jalan seribu taun, pesawat itu akhirnya sampe di planet baru. Tapi cuma ada empat orang yang tersisa di pesawat. Satu cewek dan tiga cowok. Di pesawat itu ada pesawat ruang angkasa yang jauh lebih kecil buat bantu mereka mendarat di sana. Tapi ternyata tu pesawat cuma muat dua orang. Akhirnya si cewek dan salah satu dari tiga cowok itu yang dipilih. Dua yang lain pergi buat nyari planet baru lagi."

"Ih, keren banget," gumam Genie terkagum-kagum. "Coba ya aku bisa bahasa Perancis, pasti aku bisa baca novel itu."

Arsen menatap Genie seraya tersenyum penuh arti. "Mau aku ajarin bahasa Perancis?"

Genie mengangguk cepat. "Mau!" serunya semangat.

"Mulai dari yang paling gampang ya?"

"Ok."

"Say je t'aime!"

"Je... t'aime," ucap Genie agak kesulitan.

Senyum Arsen melebar. "Je t'aime aussi."

Cewek itu mengernyit bingung. "Itu artinya apa?"

"Je t'aime artinya I love you dan je t'aime aussi artinya I love you too."

Genie menahan napas mendengar penjelasan Arsen. Kedua sudut bibirnya kemudian terangkat. "Je t'aime, Kak," ujarnya. "And I really mean it."

Sesaat Arsen terpaku. Padahal tadi dia tidak benar-benar serius. Ia sudah berjanji akan menunggu dengan sabar sampai Genie bisa membalas perasaannya. Tapi ia tak menyangka kalimat sakral itu akan diucapkannya sekarang.

Arsen tersenyum seraya mengeratkan pelukannya di pinggang Genie. "Je t'aime aussi, my flower."

Cowok itu lantas memutar badannya ke kiri. Genie menjerit kaget. Posisi mereka otomatis terbalik. Arsen di atas dan Genie di bawah. Kedua lengannya kini ada di kanan-kiri kepala cewek itu, menyangga beban tubuh agar tidak menindihnya. Ia lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Genie. Sedetik kemudian, bibir mereka bersentuhan. Arsen mengusap dan melumat bibir ceweknya. Pelan dan lembut. Menyalurkan seluruh perasaannya yang teramat sangat untuk gadis yang telah memberi warna dan cahaya di hidupnya. Genie memejamkan mata dan mengalungkan tangan di leher cowoknya. Diterima dan dibalasnya ciuman Arsen sepenuh hati.

Selang berapa lama, ciuman mereka terlepas. Arsen menempelkan dahinya di dahi Genie. Ditatapnya lurus cewek itu tepat di manik mata. Senyum bahagia mengembang di bibirnya. Diusapnya pipi Genie dengan sangat lembut, seolah itu adalah berlian yang amat berharga.

"I love you so much. I loved you then. I love you still. Always have. And always will," ucap Arsen sungguh-sungguh.

Mata Genie berkaca-kaca. "I love you more."

Kok makin gak jelas ya?? -_-

Bodo ah, yang penting bisa terus nulis. Hahaha... :D

Vomment ditunggu.

See you in next part... :)

Flower & The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang