1✔ Prolog/Freezer

13K 1K 926
                                    

Gadis berumur 16 tahun dengan rambut panjang yang terurai bebas sedang menatap pantulan bayangan dirinya di hadapan cermin sambil bertanya dalam hati ada ga sih cowok yang bisa naklukin hati gua? Maklum saja, ia sudah trauma dengan kisah cintanya pada masa junior high school.

"Weh Drey udah belom sih?" Nampaknya lelaki berstatus Kakak ini tak segan mengeluarkan suara tenor milik nya.

Tanpa membalas, Audrey segera menyudahi lamunan tak jelasnya di pagi hari ini.

Sudah menjadi kebiasaan David untuk mengantarkan Adik semata wayangnya ini ke sekolah. Mungkin David orang kedua yang sangat menyayangi Audrey, setelah Ayahnya. Pikir Audrey.

Perjalanan keluar komplek terlihat lancar, namun dengan tiba-tiba David memberhentikan motor nya dan berkata, "lu turun di sini aja ya, gua ada urusan. Nih gua kasih uang buat naik taksi."

Ternyata pikiran itu salah. David tidak sayang pada Adiknya. Buktinya, dia rela menurunkan Audrey di pinggir jalan.

Audrey berdiri dengan tangan menjepit uang yang diberikan oleh David.

Agh! Nyebelin banget sih!

"Ahh akhirnya, uang nya aman!" gumam Audrey lega sesaat sampai di sekolah dengan bantuan Thea yang mau memberikan tumpangan pada nya. Ya meskipun harus membayarnya dengan sebatang cokelat.

"Eh Drey, gua mau ngambil buku dulu ya di mobil sebentar," izin Thea lalu meninggalkan Audrey sendiri di pertengahan koridor.

Tanpa harus dipinta, Audrey pun menunggu salah satu sahabat sejatinya itu di pinggir lapangan. Pandangan Audrey tertuju pada olahraga basket yang hampir menguasai satu lapangan. Rasanya asik bisa melihat cowok-cowok tampan yang sudah berolahraga dengan seragam sekolah.

➿➿➿

Di sisi lain, masih ada pria muda nan tampan yang masih tidur lelap di saat anak sekolah lainnya sudah berangkat.

"Adaaaammm!!!" teriak Edwin sang Kakak dari balik pintu.

"Dam lu ga sekolah? Lu kan harus ketemu Pa Alex dulu sebelum masuk." ingat Edwin.

"Pa Alex nelpon gua nih!"

"Dam!"

Itulah ocehan Edwin di pagi hari hanya untuk membangunkan sang Adik yang kalau sudah tidur seperti orang mati.

Adam hanya diam. Perlahan mengumpulkan nyawa nya yang buyar. Mencoba memfokuskan mata untuk melihat jam di ponselnya.

"Hah?!"

Tak perlu diceritakan bagaimana kondisi orang telat. Semua pasti sudah merasakan. Bergerak secepat kilat karena waktu terus mengejar.

Berkat motor 250cc miliknya, Adam bisa sampai di sekolah dengan tepat waktu. Perasaanya cukup lega saat melihat Pak Alex sedang melatih beberapa murid di lapangan.

Ia meletakan motor nya dan mulai mendribble bola basket yang sempat ia bawa disaat kesiangan seperti tadi. Seperti biasa, seorang Adam pasti bisa memasukan bola basket ke dalam ring dengan mudah.

Sayangnya keberuntungan tidak berpihak pada Adam untuk kali ini. Bola basket tersebut meleset dan mengenai perempuan yang berdiri di pinggir lapangan.

Bruk

Semua berkumpul. Hanya sekedar ingin tahu, bukan ingin peduli. Hanya ingin menonton, bukan ingin menolong.

Adam dan Audrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang